• Nama kelompok:
1. Gel liofilik
2. Gel liofobik
1. Gel liofilik, umumnya adalah molekul-molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul
dari fase pendispersi. Penambahan molekul akan
menambah viskositasnya. Adanya perubahan temperatur
dapat menyebabkan gel tertentu menjadi bentuk padat
dan cairnya dan adanya pengocokan dapat membuat
beberapa gel menjadi encer dan memadat kembali setelah
beberapa saat didiamkan (tiksotropi).
• Gelling oil
digunakan dalam gel hidrofobik, likuid dihasilkan gel yang
lembut , mudah tersebar dan membentuk lapisan film yang tahan air
pada permukaan kulit. Untuk membuat gel, polimer harus
didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi. Contoh: polietilen
• Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat
sensitive/bereaksi dengan logam berat.
Contoh EDTA, TEA
• Penambahan humektan
Penambahan bahan bertujuan untuk mencegah
kehilangan air dan untuk melembabkan. Contoh :
gliserol, propilenglikol, dan sorbitol dengan konsentrasi
10-20%.
• Enhancer
Digunakan untuk mempercepat penetrasi obat ke dalam
target organ yang dituju agar bahan aktif organ cepat
memberikan efek terapi. Contoh: fatty acid, asam oleat,
propilen glikol, alkohol, senyawa terpen
• Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap
serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak
air sehingga membutuhkan pengawet sebagai
antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus
memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling
agent
• Bahan aktif
adalah obat yang ditambahkan untuk tujuan
terapeutik. Ada berbagai macam bahan aktif, tergantung
dari tujuan sediaan dan terapi yang akan dibuat.
Contoh formulasi sediaan gel
R/ piroksikam 0,5
Aqupec 505 HV 1
Tretanolamin 3
Propilen glikol 15
Etanol 20
Metil paraben 0,1
Aqua destillata ad 100
m.f. Gel
S.u.e
Pro: Ny Ayu
Pembuatan:
1. Aqupec 505 HV didispersikan dalam air selama ± 24
jam hingga mengembang
2. Kemudian diaduk sempurna untuk menghindari
terbentuknya gumpalan dari aquapec 505 HV tersebut
3. Setelah itu ditambahkan trietanolamin tetes demi tetes
sambil diaduk pelan
4. Piroksikam dilarutkan dalam campuran trietanolamin
dan air
5. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam basis gel dan
diaduk hingga homogen
6. Metil paraben filarutkan dalam air panas, kemudian
ditambahkan pada basis gel
7. Setelah itu ditambahkan campuran etanol dan
sebagian air ke dalam basis gel kemudian diaduk
hingga homogen.
Evaluasi Sediaan Gel
• Uji Organoleptis
meliputi bentuk, warna, dan bau. Tujuannya untuk mengetahui apakah
suatu sediaan sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan
merupakan tes awal sediaan yang telah dibuat
• Uji homogenitas
Homogenitas diuji melalui pemeriksaan secara visual, yaitu sediaan
dioleskan pada suatu bidang datar kemudian diamati tampilannya dan
keberadaan agregatnya
• Uji viskositas
Dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk
mengalir. Makin tinggi viskositasnya, maka makin besar tahanannya. Alat
yang daigunakan adalah viskotester VT04.
• Uji pH
pH diukur di setiap standart dengan menggunakan pH meter yang
dikalibrasi sebelum setiap penggunaan dengan buffered solusi pada pH 4,
7,dan 10. Jumlah yang ditetapkan masing-masing diuji dan diencerkan
dengan aqua destillata dikalibrasi dan dicampur dengan baik. Elektroda
pH meter ditenggelamkan dalam dasar larutan uji yang siap untuk
penentuan pH
• Uji daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di
tingkatkan bebannya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian
diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban.
• Uji keseragaman kandungan dan penetapan kadar
Dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 350 nm. Tujuannya untuk mengetahui kebenaran kadar
yang tercantum pada kemasan dengan kadar sebenarnya
• Uji iritasi
Tes iritasi kulit dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan pedoman
setelah mendapatkan persetujuan pada relawan manusia. Untuk setiap
gel, lima relawan dipilih dan 1 gram gel yang diformulasikan dioleskan
pada area sekuas 2 inci persegi pada bagian tangan
Keuntungan dan kekurangan gel
menurut Lachman, 1994
Keuntungan Kekurangan
• Efek pendinginan pada kulit • Harus menggunakan zat aktif
saat digunakan, yang larut di dalam air
• penampilan sediaan yang sehingga diperlukan
jernih dan elegan, penggunaan peningkat
• pada pemakaian di kulit kelarutan seperti surfaktan
setelah kering meninggalkan agar gel tetap jernih pada
film tembus pandang, berbagai perubahan
• elastis, temperatur,
• mudah dicuci dengan air, • Sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat,
• pelepasan obatnya baik,
• Kandungan surfaktan yang
• kemampuan penyebarannya
tinggi dapat menyebabkan
pada kulit baik.
iritasi dan harga lebih mahal.
Contoh sediaan gel
Menurut FI V:
Pasta adalah sediaan semipadat
yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal.
Menurut Fornas:
Pasta adalah sediaan berupa massa
lembek yang dimaksudkan untuk
pemakaian luar, digunakan sebagai
antiseptikum atau pelindung kulit
1. Daya absorbsi pasta lebih besar
2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan
serosal pada tempat pemakaian
3. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal
4. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum
5. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum
6. Memiliki persentase bahan padat daripada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40% - 50%
1. Pasta berlemak