Anda di halaman 1dari 39

Gel, Pasta, dan Plester

• Nama kelompok:

• 1. Pangestu Nugraha (16330015)


• 2. Frida Yuli Nur Lisa (16330016)
• 3. Mufidah Rahmawati PN(16330017)
• 4. Dwi Wulandari (16330019)
• 5. Birgita Yusmalinda (16330020)
Gel
Menurut FI V
Gel, kadang-kadang disebut Jeli,
merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara
topikal atau dimasukkan ke dalam lubang
tubuh.
Karakteristik gel
• Swelling
• Sineresis
• Efek suhu
• Efek elektrolit
• Elastisitas dan Irigiditas
• Rheologi
Tipe gel:
1. Gel fase tunggal
2. Sistem dua fase
1. Gel fase tungal terdiri dari makromolekul
organik yang tersebar serba sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya
ikatan antara molekul makro yang terdispersi
dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik(misalnya Karbomer)
atau dari gom alam (misalnya Tragakan)
2. Sistem dua fase, massa gel terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah.
Contohnya gel Aluminium Hidroksida. Jika
ukuran partikel dari fase terdispersi reltif
besar disebut magma, misalnya magma
bentonit
Berdasarkan interaksi dengan fase
pendispersi

1. Gel liofilik
2. Gel liofobik
1. Gel liofilik, umumnya adalah molekul-molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul
dari fase pendispersi. Penambahan molekul akan
menambah viskositasnya. Adanya perubahan temperatur
dapat menyebabkan gel tertentu menjadi bentuk padat
dan cairnya dan adanya pengocokan dapat membuat
beberapa gel menjadi encer dan memadat kembali setelah
beberapa saat didiamkan (tiksotropi).

2. Gel liofobik, umumnya terdiri dari partikel-partikel


anorganik. Interaksi dengna fase pendispersinya sedikit
sekali. Penambahan molekul tidak mempengaruh viskositas.
Penambahan viskositas dilakukan dengan cara peningkatan
konsentrasi dari medium pendispersi.
Komponen sediaan gel meliputi:
• Bahan aktif
• Gelling agent
• Chelating agent
• Pengawet
• Penambahan humektan
• Enhancer
• Gelling agent
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur
yaitu getah alam misal tragakan, xanthan, bahan semi sintetis misal
metilselulosa, karboksimetilselulosa atau hidroksietilselulosa
ataupun bahan sintetik misal karbomer (Carbopol), polimer dan
karboksivinil.

• Gelling oil
digunakan dalam gel hidrofobik, likuid dihasilkan gel yang
lembut , mudah tersebar dan membentuk lapisan film yang tahan air
pada permukaan kulit. Untuk membuat gel, polimer harus
didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi. Contoh: polietilen
• Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat
sensitive/bereaksi dengan logam berat.
Contoh EDTA, TEA
• Penambahan humektan
Penambahan bahan bertujuan untuk mencegah
kehilangan air dan untuk melembabkan. Contoh :
gliserol, propilenglikol, dan sorbitol dengan konsentrasi
10-20%.
• Enhancer
Digunakan untuk mempercepat penetrasi obat ke dalam
target organ yang dituju agar bahan aktif organ cepat
memberikan efek terapi. Contoh: fatty acid, asam oleat,
propilen glikol, alkohol, senyawa terpen
• Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap
serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak
air sehingga membutuhkan pengawet sebagai
antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus
memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling
agent
• Bahan aktif
adalah obat yang ditambahkan untuk tujuan
terapeutik. Ada berbagai macam bahan aktif, tergantung
dari tujuan sediaan dan terapi yang akan dibuat.
Contoh formulasi sediaan gel
R/ piroksikam 0,5
Aqupec 505 HV 1
Tretanolamin 3
Propilen glikol 15
Etanol 20
Metil paraben 0,1
Aqua destillata ad 100
m.f. Gel
S.u.e
Pro: Ny Ayu
Pembuatan:
1. Aqupec 505 HV didispersikan dalam air selama ± 24
jam hingga mengembang
2. Kemudian diaduk sempurna untuk menghindari
terbentuknya gumpalan dari aquapec 505 HV tersebut
3. Setelah itu ditambahkan trietanolamin tetes demi tetes
sambil diaduk pelan
4. Piroksikam dilarutkan dalam campuran trietanolamin
dan air
5. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam basis gel dan
diaduk hingga homogen
6. Metil paraben filarutkan dalam air panas, kemudian
ditambahkan pada basis gel
7. Setelah itu ditambahkan campuran etanol dan
sebagian air ke dalam basis gel kemudian diaduk
hingga homogen.
Evaluasi Sediaan Gel
• Uji Organoleptis
meliputi bentuk, warna, dan bau. Tujuannya untuk mengetahui apakah
suatu sediaan sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan
merupakan tes awal sediaan yang telah dibuat
• Uji homogenitas
Homogenitas diuji melalui pemeriksaan secara visual, yaitu sediaan
dioleskan pada suatu bidang datar kemudian diamati tampilannya dan
keberadaan agregatnya
• Uji viskositas
Dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk
mengalir. Makin tinggi viskositasnya, maka makin besar tahanannya. Alat
yang daigunakan adalah viskotester VT04.
• Uji pH
pH diukur di setiap standart dengan menggunakan pH meter yang
dikalibrasi sebelum setiap penggunaan dengan buffered solusi pada pH 4,
7,dan 10. Jumlah yang ditetapkan masing-masing diuji dan diencerkan
dengan aqua destillata dikalibrasi dan dicampur dengan baik. Elektroda
pH meter ditenggelamkan dalam dasar larutan uji yang siap untuk
penentuan pH
• Uji daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di
tingkatkan bebannya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian
diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban.
• Uji keseragaman kandungan dan penetapan kadar
Dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 350 nm. Tujuannya untuk mengetahui kebenaran kadar
yang tercantum pada kemasan dengan kadar sebenarnya
• Uji iritasi
Tes iritasi kulit dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan pedoman
setelah mendapatkan persetujuan pada relawan manusia. Untuk setiap
gel, lima relawan dipilih dan 1 gram gel yang diformulasikan dioleskan
pada area sekuas 2 inci persegi pada bagian tangan
Keuntungan dan kekurangan gel
menurut Lachman, 1994
Keuntungan Kekurangan
• Efek pendinginan pada kulit • Harus menggunakan zat aktif
saat digunakan, yang larut di dalam air
• penampilan sediaan yang sehingga diperlukan
jernih dan elegan, penggunaan peningkat
• pada pemakaian di kulit kelarutan seperti surfaktan
setelah kering meninggalkan agar gel tetap jernih pada
film tembus pandang, berbagai perubahan
• elastis, temperatur,
• mudah dicuci dengan air, • Sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat,
• pelepasan obatnya baik,
• Kandungan surfaktan yang
• kemampuan penyebarannya
tinggi dapat menyebabkan
pada kulit baik.
iritasi dan harga lebih mahal.
Contoh sediaan gel
Menurut FI V:
Pasta adalah sediaan semipadat
yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal.
Menurut Fornas:
Pasta adalah sediaan berupa massa
lembek yang dimaksudkan untuk
pemakaian luar, digunakan sebagai
antiseptikum atau pelindung kulit
1. Daya absorbsi pasta lebih besar
2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan
serosal pada tempat pemakaian
3. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal
4. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum
5. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum
6. Memiliki persentase bahan padat daripada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40% - 50%
1. Pasta berlemak

Suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat


padat(serbuk).
Bahan dasar : Vaselin, Parafin cair
fungsi : untuk lesi akut yang cenderung membentuk
kerak, menggelembung atau mengeluarkan cairan
contoh : Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (F.N. 1978),
Zinci Pasta (F.N. 1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta
(F.N. 1978)
2. Pasta Kering
suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat
(serbuk).
3. pasta Pendingin
Campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair
dikenal dengan salep tiga dara
4. Pasta Dentifriciae (pasta gigi)
Suatu campuran kental terdiri dari serbuk dan
Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta
gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir
untuk memperoleh efek lokal.Misalnya pasta gigi
Triamsinolon Asetonida.
METODE PEMBUATAN PASTA
1. Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan
segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan
semua atau beberapa komponen dari pasta
dicampurkan dengan meleburkannya secara
bersamaan, kemudian didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada campuran yang sedang mengental
setelah didinginkan dan diaduk
Komponen-komponen pasta
Zat aktif yang sering digunakan contohnya zinc oksida, sulfur dan
zat aktif lain yang tentunya dapat dibuat dalam bentuk semisolid
Basis atau Pembawanya
Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta
tidak jauh berbeda dengan basis yang digunakan dalam sediaan
salep, yaitu:
1. Basis Hidrokarbon, contoh: Vaselin untuk pasta zinc, Parafincair
untuk pasta alluminium
2. Basis Absorpsi, contoh :Lanolin
3. Basis air-misibel, contoh: salep beremulsi
4. Basis larut air, contoh: PEG (polyethylene Glycol)
Zat tambahan (pengawet,antioksidan, emulien, emulsifier,
surfaktan, zat penstabil,peningkat penetrasi, dan lainnya)
RUTE PEMBERIAN

Rute pemberian pasta adalah Topikal


yaitu, pemakaian bentuk sediaan
pada permukaan kulit dan
memberikan efek lokal pada tempat
pemakaian.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PASTA
Keuntungan:
1. Mengikat cairan sekret (eksudat)
2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka, sehingga
mengurangi rasa gatal lokal
3. Lebih melekat pada kulit sehinggan kontaknya dengan
jaringan lebih lama
4. Konsentrasi lebih kental dari salep
5. Daya absorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep
Kerugian:
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta
pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian
tubuh yang berbulu
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit
epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
CONTOH RESEP
R/ Zinci pastae 20
m.f.pastae
S.u.e
Pro : zidane (15 th)
Dalam resep standar
Tiap 100 gram mengandung:
1. ZnO 2.5 gram
2. Amylum tritici 2.5 gram
3. Vaselin flavum ad 10 gram
Perhitungan bahan
Contoh obat
Menurut FI V
Plester adalah bahan yang
digunakan untuk pemakaian luar
terbuat dari bahan yang dapat
melekat pada kulit dan menempel
pada pembalut.
Menurut IMO
Plester adalah bentuk sediaan,
dimana obat yang dicampur
didalamnya diratakan pada kain
linen dan ditempelkan pada kulit
Karakteristik plester
Bobot molekul (<500 Dalton), kelarutan Log P
(1-3,5), dosis efektif terendah (<20 mg), waktu
paruh pendek, tidak toksik pada kulit,
Bioavaibilitas obat secara oral rendah, dan
indeks terapi sempit.
Keuntungan dan kerugian penggunaan plester
Keuntungan:
1. Menghindari kesulitan absorpsi obat melalui saluran cerna disebabkan
oleh pH saluran cerna, aktivitas enzim, interaksi obat dengan makanan,
minuman atau pemberian obat secara oral lainnya.
2. Menggantikan pemakaian obat melalui mulut bila tidak sesuai tidak
mengalami first pass effect karena dia tidak melewati portal hepatic
sehingga dapat menghindari problem rendahnya bioavailabilitas.
3. Menyediakan kemudahan identifikasi secara tepat tentang pengobatan
dalam keadaan darurat (misalnya tidak sadar, atau pasien dalam keadaan
koma)
Kerugian:
1. Cara pemberian melalui kulit tidak sesuai untuk obat-obat yang
menimbulkan iritasi atau peka pada kulit.
2. Hanya obat-obat yang relatif mempunyai potensi yang sesuai
disampaikan melalui kulit oleh karena sifat impermeabilitas kulit,
sehingga obat yang dapat masuk menembus pada kulit. Dan Terbatas,
hanya untuk obat dengan bobot molekul (<500 Dalton).
Macam-macam plester
1. Autoclave tape
Plester untuk mengontrol keadaan mesin sterilisasi, untuk
membedakan kemasan/alat mana yang telah mengalami proses
sterilisasi mana yang belum (sebagai indikator)
2. Adhesive tape
Dikenal sebagai plester yang berpori, berwarna merah kecokelatan,
dan agak tebal yaitu ZnO sejenis: leucoplast,tensoplast,band-aid,
handyplast
3. Medical tape
Merupakan plester obat,yaitu plester yang mengandung obat seperti:
salonplas, takuhon, capsicum plester(koyo cap cabe)
4. Surgical tape
plester yang digunakan dalam pembedahan yang tidak meninggalkan
residu dan tidak menimbulkan rasa sakit apabila dilepaskan setelah
menempel dan tidak menyebabkan gatal-gatal serta alergi, seperti
micropore, durapore, transpore, blenderm
Metode pembuatan plester
1. Tipe matriks
Lapisan backing layer, Campuran obat dan
polimer, dan Adhesive layer.
2. Tipe membran/reservoir
Lapisan backing layer, Larutan obat, Control
rate, adalah Adhesive layer.
Mekanismenya adalah Partikel obat terlarut kemudian
Terbentk molekul dan Berdifusi melewati polimer setelah itu
Berpenetrasi melewati barier. Obat masuk dari luar kulit dan
melewati jaringankulit. Sirkulasi sistemik dengan Tiga jalur
penetrasi potensial: kelenjar keringat, minyak atau folikel
rambut-tembus dan stratum korneum. Tiga jalur tersebut
yaitu Jalur appendageal tidak efektif hanya 0,1% luas
permukaan kulit, Jalur utama penetrasi obat ke lapisan
epidermis melewati stratum korneum dan lapisan penentu
(Stratum Korneum) dan kemudian Jalur difusi melalui
stratum korneum melaluidua jalur yaitu : jalur transeluler dan
jalurantar sel.
Evaluasinya adalah Uji ketebalan sediaan Patch , Uji
Kemampuan Mengembang , Uji Kelembaban yang terserap ,
Uji kehilangan kelembaban , Uji keseragaman kandungan
obat , Uji iritasi pada kulit , Uji difusi secara in-vitro , Uji
Stabilitas.
Contoh sediaan plester

Anda mungkin juga menyukai