Anda di halaman 1dari 20

SIANIDA

DEFINISI
• Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik,
cara masuk ke dalam tubuh dapat melalui :
• - inhalasi, misalnya gas HCN (gas
penerangan, sisa pembakaran seluloid,
penyemprotan / fumigasi kapal)
• - oral, yaitu garam CN yang dipakai pada
peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta
fotografi dan amigdalin yang didapat dari
singkong, ubi dan biji apel
• Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan
tidak dapat berikatan dengan Hb kecuali dalam bentuk methemoglobin
akan terbentuk sianmethemoglobin. CN akan menginaktifkan enzim
oksidatif beberapa jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase juga
merangsang pernapasan bekerja pada ujung sensorik sinus (kemoreseptor)
sehingga pernapasan cepat. Dengan demikian proses oksidasi-reduksi
dalam sel tidak berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi
melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan. Hal ini
merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia
tetapi darahnya kaya akan O2.
• Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau
NaCN adalah 200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian
dalam 30 menit sedangkan gas CN 20000 ppm akan menyebabkan
meninggal seketika.
TANDA DAN GEJALA KERACUNAN
• Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat
menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam
beberapa menit. Dalam interval yang pendek antara menelan racun
sampai kematian, korban mengeluh merasa terbakar pada kerongkongan
dan lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, photophobia,
tinitus, pusing, kelelahan dan sesak napas. Dapat pula ditemukan sianosis
pada muka, keluar busa dari mulut, nadi cepat dan lemah, napas cepat
dan kadang-kadang tidak teratur, refleks melambat, udara pernapasan
berbau amandel. Menjelang kematian, sianosis tampak nyata dan timbul
kedutan otot-otot yang berlanjut dengan kejang disertai inkontinensia
urin dan alvi. Racun yang diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran
bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan
kerongkongan, pusing, kelemahan ekstremitas, kolaps, kejang, koma, dan
meninggal.
GEJALA KLINIS
• Efek utama dari racun sianida adalah
timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara
progresif. Gejala dan tanda fisik yang
ditemukan sangat tergantung dari;1
· Dosis sianida
· Banyaknya paparan
· Jenis paparan
· Tipe komponen dari sianida
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul
sekitar 15-30 menit kemudian, sehingga masih bisa
diselamatkan dengan pemberian antidotum.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah;1,7
· Hiperpnea sementara,
· Nyeri kepala,
· Dispnea
· Kecemasan
· Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
· Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh
terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.
Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan
merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah
itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3
menit kemudian akan mengalami apnea yang
dalam jangka waktu 5-8 menit akan
mengakibatkan aktifitas otot jantung
terhambat karena hipoksia dan berakhir
dengan kematian.
TOKSISITAS
Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-
macam. Dosis letal dari sianida adalah;1
· Asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000
mg•min/m3
· Sianogen klorida sekitar 11,000 mg•min/m3.
· Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
· Perkiraan dalam bentuk cairan yang
mengiritasi kulit 100 mg/kg.
Pemeriksaan Forensik
• Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang
merupakan tanda patognomonik untuk keracunan CN, dengan cara
menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung.
Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari
mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang, karena darah kaya
akan oksi hemoglobin (karena jaringan dicegah dari penggunaan
oksigen) dan ditemukannya cyanmethemoglobin. Pemeriksaan
selanjutnya biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.
• Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan
kelainan pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah
kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan
mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi
lambung yang dapat terjadi antemortal dan postmortal.
Pemeriksaan Laboratorium
• Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke
laboratorium, membutuhkan perhatian khusus bahwa
sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya,
transportasinya atau tidak dikemasnya sampel tersebut.
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dan
diperhatikan jika ada kemungkinan terjadinya keracunan
sianida.
• Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas
hidrogen sianida, paru-parunya harus dikirim utuh,
dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon (bukan
polivinil klorida).
Uji kertas saring
• Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga
menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban,
diamkan sampai agak mengering, kemudian teteskan Na 2CO3 10 % 1 tetes.
Uji positif bila terbentuk warna ungu.
• Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan HNO3 1%, kemudian ke dalam
larutan kanji 1% dan keringkan. Setelah itu kertas saring dipotong-potong
seperti kertas lakmus. Kertas ini dipakai untuk pemeriksaan masal pada
pekerja yang diduga kontak dengan CN. Caranya dengan membasahkan
kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji positif bila warna berubah menjadi
biru. Hasil uji berwarna biru muda meragukan sedangkan bila warna tidak
berubah (merah muda) berarti tidak dapat keracunan.
• Kertas saring dicelup ke dalam larutan KCL, dan dipotong kecil-kecil. Kertas
tersebut dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka warna akan
berubah menjadi merah terang karena terbentuk sianmethemoglobin
Pemeriksaan sianida (isi lambung )
• a. Reaksi Schonbein-Pagenstecher (Reaksi Guajacol)
• Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol
Erlenmeyer. Kertas saring (panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm)
dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol,
keringkan. Lalu celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air
dan kertas saring digantungkan di atas jaringan dalam botol. Bila
isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan,
agar KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan. Bila hasil
reaksi positif, akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring.
• Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi
lambung mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon; sehingga
reaksi ini hanya untuk skrining.
b. Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin).
• Isi lambung/ jaringan didestilasi dengan
destilator.
• 5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes FeSO4
10% rp + 3 tetes FeCl3 5%,
• Panaskan sampai hampir mendidih, lalu
dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi
tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3,
teruskan sampai endapan larut kembali dan
terbentuk biru berlin.
c. Cara Gettler Goldbaum.
Dengan menggunakan 2 buah flange (‘piringan’), dan
diantara kedua flange dijepitkan kertas saring Whatman
No. 50 yang digunting sebesar flange. Kertas saring
dicelupkan ke dalam larutan FeSO4 10% rp selama 5
menit, keringkan lalu celupkan ke dalam larutan NaOH
20% selama beberapa detik. Letakkan dan jepitkan kertas
saring di antara kedua flange. Panaskan bahan dan
salurkan uap yang terbentuk hingga melewati kertas
saring ber-reagensia antara kedua flange. Hasil positif
bila terjadi perubahan warna pada kertas saring, menjadi
biru.
d. Kristalografi
• Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/
minuman, muntahan, isi lambung di masukkan ke
dalam gelas beker, dipanaskan dalam pemanas air
sampai kering, kemudian dilarutkan dalam aceton
dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan
dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat di
bawah mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal
seperti sapu, ini adalah golongan hidrokarbon
terklorinasi.
• Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan
penentuan titik cair, misal veronal murni
mencair pada suhu 191° C. Uji kristal dilakukan
terhadap sisa obat yang ditemukan dalam isi
lambung. Masing-masing barbiturat
mempunyai kristal yang khas bila dilihat
dengan mikroskop. Metoda Kopanyi (reaksi
warna kobalt) dengan modifikasinya.
e. Metoda Kopanyi
• Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam
sebuah corong. Periksa dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali
tambahkan HCl sampai bersifat asam. Tambahkan 100 ml eter, kocok
selama beberapa menit. Diamkan sebentar, tampak air terpisah dari
eter, lapisan air dibuang, barbiturat terdapat dalam lapisan eter.
Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di atas
penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa
barbiturat yang mengering.
• Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot
plate. Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol
absolut) dan 2 tetes isopropilamin (5% dalam metil-alkohol absolut),
Barbiturat akan memberi warna merah muda sampai ungu.
• Pemeriksaan kuantitatif dan kuantitatif dapat
dilakukan dengan kromatografi lapis tipis
(TLC), kromatografi gas cair (GLC),
spektrofotometri ultra-violet dan
spektrofotofluorimetri.
Analisis Sianida

Anda mungkin juga menyukai