Anda di halaman 1dari 56

Fungsi Ginjal

Fungsi Ginjal

a. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh melalui pengaturan ekskresi


garam dan air.
b. Mengatur osmolalitas cairan tubuh.
c. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa
d. Membuang hasil akhir metabolisme
 Urea difiltrasi diglomerulus, 40-60% direabsorbsi di tubulus pengumpul.
 Kreatinin
 Asam urat  mempengaruhi pH urin karena berada dalam bentuk ionnya atau
garamnya yang larut
Fungsi Ginjal

c. Mengekskresikan : obat, pestisida, toksin dan zat zat eksogen yg masuk dalam
sirkulasi
d. Memproduksi bbrp senyawa berikut:
 Eritropoietin
 Renin
 Kalikrein
 Prostaglandin dan tromboksan
e. Melakukan metabolisme
 Mengubah vit D inaktif  aktif
 Sintesis amonia dari asam amino
 Sintesis glukosa dari sumber non glukosa
 Menginaktivasi hormon-hormon
Filtrasi

 Filtrat glomerulus : cairan bebas protein dan mengandung kristaloid dengan


kadar = plasma; kristaloid yang terikat dengan protein sulit melewati
membaran
 Masih mengandung sedikit protein (albumin) kurang dari 10 mg/L
 Hanya 20% plasma yang difiltrasi oleh glomerulus  19% direabsorbsi, 1% di
ekskresi
20 – 25 % volume darah (1200 – 1300 ml /
menit) yang dipompa oleh jantung akan
masuk ke dalam ginjal

Sekitar 125 – 150 ml darah/menit akan


difiltrasi oleh glomerus

Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)


(Glomerular Filtration Rate / GFR)
5
Reabsorbsi

 99% volume filtrat di reabsorbsi  1% menjadi urin


 Zat yang direabsorbsi:
- Protein - asam amino,
- glukosa - fruktosa,
- sodium - potasium,
- kalsium - bikarbonat,
- klorida
 80% diabsorbsi pada tubulus proksimal dan loop of henle
 19% diabsorbsi pada tubulus distal dan kandung kemih
Sekresi

 Ion hidrogen
 mengeluarkan ion hidrogen sebagai respon untuk menurunkan pH darah
 Produk samping dari metabolisme
 Obat-obatan yang secara aktif dikeluarkan melalui nephron
Faktor yang mempengaruhi fungsi
ginjal

ADH PTH

Water
Ekskresi
retensio phosphat
n Reabsorbsi
kalsium
Sintesis vit
Sekresi D
sodium

Reabsorbs Aldoste
ANP ron
i sodium
Sistem yang dipengaruhi ginjal

Sel darah vasokonstrik


merah si

Angiotensin
RENIN II

Aldost
EPO Reabsorbs
i sodium eron

Vit D Absorps
Reabsorpsi i
phosphat kalsium
Reabsorbsi
kalsium Absorpsi
Pelepasan phosphat
kalsium
Pelpasan
PO4
Pengaturan Tekanan Darah oleh ginjal

Angiotensinoge
n
RENIN ↑

Penurunan Angiotensin I
tekanan darah

Angiotensin II

Tekanan darah
meningkat
Reabsorbsi
sodium dan air ALDOSTERON ↑

SISTEM RAAS
Pengaturan Tekanan Darah oleh ginjal

Reabsorbsi
sodium dan air
ANP ↑ ↓

Penurunan
tekanan darah

Peningkatan
Tekanan darah
di atrium Eksresi
kanan sodium dan air

Pengaturan Tekanan Darah oleh ginjal

Tekanan darah Hipotalamik


rendah neuron
Reabsorbsi
ADH ↑
sodium dan air

Osmolalitas
meningkat baroreseptor

Tekanan darah
meningkat
dan
osmolalitas
turun
Penyakit Ginjal
Penyebab Penyakit Ginjal

Hypertension
Cysts,
Anomalies Diabetes

Autoimmune Heavy
Diseases
Kidney Failure Blood Loss

Neurogenic
Nephritis Problems
Accident / Trauma
Penyakit Ginjal

 Gangguan Ginjal Akut (GGA)


pe↓ fungsi ginjal dalam beberapa jam sampai beberapa minggu diikuti oleh kegagalan
ginjal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme nitrogen dengan atau tanpa disertai
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Penyakit Ginjal Kronik
penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan LFG dibawah 60 mL/min/1.73 m2
selama 3 bulan atau lebih
GGA

 Pre renal
Menyebabkan suplai darah ke ginjal berkurang
 Renal
Kerusakan pada ginjal itu sendiri ( nekrosis tubular akut, glomerulonefritis)
 Post renal
Sumbatan saluran kencing (tumor bladder,uterus, cervix, pelvis ginjal)
Akibat GGA

 Penurunan LFG dan reabsorbsi serta sekresi menyebabkan :


 Oedem secara umum dan paru paru
 Akumulasi urea dan sisa metabolisme di dalam darah
 Ketidakseimbangan elektrolit, retensi potasium (hiperkalemia)
 Acidosis disebabkan gangguan eksresi hidrogen
Glomerulonefritis

 Peradangan pada glomerulus


 Efek glomerulonefritis :
 Hematuria
 Asymptomatic proteinuria
 Acute nefritis
 Anuria or oliguria
 Hipertensi
 Hematuria
 Retensi cairan
 Uremia
 Sindrom nefrotik
 Penyakit ginjal kronik
Sindrom Nefrotik

 Bukan penyakit namun sekumpulan gejala


Kerusakan
penyakit ginjal :
glomerular
 Proteinuria berat
 Hipoalbuminemia Protein plasma dan
 Oedema lemak ikut dalam
filtrat
 Hiperlipidemia

Tekanan plasma
osmotik berkurang

Reabsorbsi air
dan garam Oedema

Aliran darah ke
Sekresi
ginjal berkurang
renin
Faktor Risiko sindrom nefrotik

 Glomerulonefritis
 Diabetes Mellitus
 Sistemic Lupus Erythematosus
 Infeksi malaria, endocarditis, sifilis dan hebatitis B
 Obat-obatan  penicillamine, gold, captopril, phenytoin
Nekrosis Tubular akut

 Iskemik
 Hemoragik
 Trauma berat
 Dehidrasi
 Obstruksi intestin akut
 Luka bakar
 Nefrotoksik
 Carbon tetracloride, chromoc acid, ethylene glicol, mercury
 Trilene, aminoglikosida, overdosis paracetamol,
 Myoglobin, hemoglobin (dari transfusi yang tidak sesuai)
Penyakit ginjal kronis (PGK)

 Penyebab umum:
 Glomerulonefritis kronis
 Diabetes melitus
 Pyelonefritis kronis
 Hipertensi
 Akibat
 Penurunan LFG
 Penurunan reabsorbsi
 Penurunan sekresi
 Glomerular fibrosis
Efek klinis PGK

 Uremia  karena penurunan LFG dan gangguan sekresi urea di tubulus


 Poliuria  karena gangguan reabsorbsi air
 Asidosis  karena tubulus gagal mensekresikan hidrogen
 Gangguan keseimbangan elektrolit  karena gangguan resobsi dan sekresi
 Anemia  defisiensi hormon EPO
 Hipertensi merupakan akibat jika bukan karena penyebab
Ginjal dan Diabetes

 Gagal ginjal  10% penyebab kematian pd DM (T1 dan2) dan hingga 50% 
pada T1DM
 Diabetes menyebabkan Sindrom nefrotik karena :
 Glomerulosklerosis yang progresif disertai atropi tubulus
 Pyelonefritis akut dengan nekrosis papilari
 Atheroma pada arteri ginjal menyebabkan iskemia ginjal dan hipertensi
Ginjal dan Hipertensi

 Hipertensi merupakan faktor pemicu utama terjadinya penyakit ginjal


 27% pasien cuci darah  penderita hipertensi
 Peningkatan tekanan darah akan mempengaruhi tekanan intraglomerular
 Peningkatan darah mengganggu fungsi normal ginjal
Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah
Penyebab Hipertensi
1. HIPERTENSI PRIMER/ ESENSIAL
• 95% hipertensi tidak diketahui
penyebabnya
• Faktor pemicu hipertensi esensial belum
jelas namun obesitas, asupan garam yang
tinggi dan kolesterol yang tinggi berperan
dalam hipertensi jenis ini
2. HIPERTENSI SEKUNDER
• 5% hipertensi disebabkan oleh penyakit
endokrin, penyakit jantung, gangguan
anak ginjal dll
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
 BJ
URIN ANALISIS
 1,002-1,03

 pH  4,8 - 7,5
 Protein  Negatif
 Glukosa urin 2jam PP  negatif
 nitrit urine  negatif
 glukosa urine  negatif
 keton urine  negatif
 urobilinogen urin  0,2-1,0
 bilirubin urine  negatif
 Mikroskopis urine :
- eritrosit  <1
- lekosit  <6
- sel epitel
- bakteri  negatif
- kristal  negatif
- silinder  negatif
Penyebab false + dan false - pada hasil
urinalisis
LFG

 LFG  jumlah cairan yang difiltrasi ke dalam kapsula bowman per satuan
waktu.
 Satuan: ml/min/1.73m2
 Rata-rata LFG= 125 ml/menit  180 L/hari
 Total volume plasma 3 L  ginjal memfiltrasi darah 60x/hari  2,5 kali per
jam (1x filtrasi  24 menit)
 Dipengaruhi oleh :
 Tekanan filtrasi
 Koefisien filtrasi
Pemanfaatan Klinis LFG

Indeks fungsi ginjal


Deteksi dini kerusakan ginjal
Pemantauan progresi penyakit ke arah gagal ginjal
terminal (ESRD)
Pemantauan kecukupan terapi ginjal pengganti
Membantu mengoptimalkan terapi obat di mana
klirens obat berperan kritis

Price, Clin. Chem. Acta 297, 2000: 55-66


Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

 Estimasi LFG berperan pada diagnosis, evaluasi, dan


manajemen penyakit ginjal kronik / PGK (Penyakit Ginjal
Kronik)
 LFG digunakan oleh NKF untuk mengklasifikasi dan
menentukan tahap PGK
 PGK : LFG < 60 ml/mnt /per 1.73 m2 atau adanya kerusakan
ginjal, tanpa diketahui penyebabnya, selama 3 bulan atau
lebih.
 Penyakit gagal ginjal kronik dan beberapa bentuk ginjal akut → GFR
< 12mL/menit.
 GFR menurun seiring usia : setelah 30 tahun ↓ 1mL/menit

NKF/KDOQI, 2002
Coresh & Steven, 2006
Penurunan LFG

http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/knowGFR.cfm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pengukuran LFG untuk mengetahui fungsi ginjal
- LFG tak dapat diukur secara langsung

- Untuk memperkirakan LFG dapat diperiksa

1. KREATININ KLIRENS (URINE 24 JAM)


2. BERSIHAN INULIN
3. KREATININ PLASMA DAN BUN
4. RADIOFARMAKA Tc-DTPA
5. CYSTATIN C
Bersihan inulin

Inulin difiltrasi secara bebas pada glomerulus dan tidak disekresi/direabsorpsi


oleh tubulus.
Jarang dilakukan.
Bersihan kreatinin

 Kreatinin : hasil metabolisme otot, dilepaskan secara konstan dan dieksresikan


dalam urin dengan kecepatan yang sama → kadar dalam plasma hamper konstan (0,7-
1,5 mg/100mL).
 Creatine disintesis di hati, pankreas, dan ginjal dari asam amino arginin, glisin,
dan metionin → sirkulasi → otot, otak, dan organ lainnya→ phosphocreatine :
reservoir energi seperti ATP.
 Kreatinin adalah produk dari creatine dan phosphocreatine → darah→ eksresi
melalui ginjal.
 Kreatinin banyak diproduksi di otot → kreatinin darah sebanding dengan massa
otot.
 Bersihan kreatinin mengukur kemampuan glomerulus bahan kimia dari darah.
 Pria > wanita.
 Disekresi melaui urin dengan filtrasi, tidak direabsorpsi, tapi bila kadar serum tinggi →
sedikit disekresi oleh tubulus.
Kreatinin plasma dan nitrogen urea
darah (BUN)
 BUN : 10-20 mg/100mL
 Urea : hasil metabolisme protein.
 Kreatinin plasma lebih tepat dari BUN.
 BUN dipengaruhi diet protein, dan katabolisme protein tubuh.
Urea N

 Urea N merupakan produk akhir dari metabolisme protein , urea disintesis


oleh hati.
 Urea N mudah difiltrasi oleh ginjal.
 Urea Nitrogen mencerminkan perbandingan antara produksi dan klirens urea.
 BUN dapat tinggi pada keadaan penyakit ginjal akut maupun kronik.
Kelemahan pemeriksaan Kreatinin
Effect on Mechanisms / comments
Serum
Creatinine
Kidney disease Increase Decreased GFR : However increase is blunted by
increased tubular secretion of creatinine & by reduced
creatinine generation
Reduced muscle Decrease Reduced Creatinine generation : common in children,
mass women, older & malnourished patients

Ingestion of Increase Transient increase in creatinine generation : however,


cooked meat the increase may be blunted by transient increase in
GFR
Malnutrition Decrease Reduced creatinine generation due to reduced muscle
mass and reduced meat intake

Trimethoprim, Increase Inhibition on tubular creatinine secretion


cimetidine
Flucytosine, Decrease Positive interference with iminohydrolase & picric acid
some assays for creatinine, respectively
cephalosporin
Ketoacidosis Increase Positive interference with picric acid for creatinine
NKF K / DOQI Guidelines 41
Kriteria Penanda LFG Ideal
Secara biologis bersifat inert dan non-toksik
Tidak terikat protein plasma
Difiltrasi seluruhnya oleh glomerulus
Tidak dimetabolisme, disintesis atau disimpan
oleh ginjal
Tidak direabsorbsi atau disekresi oleh tubulus
ginjal
Klirens tetap konstan meskipun konsentrasi
dalam plasma meningkat

Curr Opin Nephrol Hypertens 2001; 10: 551-553


42
Cystatin C
telah digunakan dalam penelitian klinis
selama lebih dari 20 tahun
tahun 2004, Cystatin C diapproved oleh
FDA sebagai alternatif pengukuran fungsi
ginjal
Studi-studi epidemiologi : merupakan prediktor
LFG yang lebih baik dari kreatinin

Shlipak et al, 2006


Cystatin C- Penanda Ideal untuk LFG:
1. Di filtrasi oleh Glomerulus tanpa diseksresi oleh tubulus
 berat molekul 13.250 Dalton,
 protein non-glycosylated tidak terikat dengan plasma protein yang
lain
2. Diproduksi stabil, tersirkulasi konstan
 Gen yang mengatur ekspresi Cystatin C merupakan tipe house keeping,
menjamin diproduksi stabil.
 Disintesis oleh semua sel berinti
 Cystatin tidak dipengaruhi oleh reaksi fase akut
3. Tidak masuk ke sirkulasi lagi setelah difiltrasi
 direabsorbsi oleh sel tubulus dan cepat didegradasi.
 disfungsi tubulus → absorbsi terganggu → Cystatin C dikeluarkan
dalam urin. → penanda disfungsi tubulus
4. Hanya di eliminasi oleh ginjal
Cystatin C hanya di klirens via filtrasi glomerulus
Cystatin C versus serum creatinine
While the 1st significant increase in Crea was

Proportional increase in analyte


noted in 31-40ml/min GFR, the 1st significant
increase in CysC was seen for 61-70ml/min GFR

Cystatin C more Sensitive than Creatinine

GFR, ml/min/1.73m²

Proportional changes in cystatin C ( ) and creatinine (  ) normalized using


their respective concentrations at 72ml/min/1.73m² GFR.
Cystatin C vs. creatinine *P< 0.05, **P< 0.01;
Cystatin C or creatinine vs. values at 72 ml/min/1.73m² GFR, °P< 0.05, °°P< 0.01.

Newman DJ, Kidney International, 1995 45


45
Cystatin C – Tidak terpengaruh usia

46
Aplikasi Cystatin C

 Pemantauan fungsi renal graft


 Pemantauan progresi penyakit ginjal kronik
 Pada acute kidney injury
 Pada diabetes tipe 1 dan tipe 2
 Pada pasien sirosis hati
 Pada pasien kemoterapi
 Pada orang tua  menentukan risiko mortalitas pada orang tua
Beta 2 microglobulin

 Difiltrasi oleh glomerulus


 Direabsorbsi tubulus
 Konsentrasinya meningkat pada
 Gagal ginjal
 Multiple myeloma
Menyebabkan
 Lymphoma
keterbatasan
 Neoplasma sebagai
 Inflamasi kronik penanda
ginjal
 Amyloidosis
 Komplikasi dengan granulomatous
Pemeriksaan Albumin Urin
 Albumin urin kualitatif
 Pasien dengan hasil dipstik positif (1+ atau >) harus dikonfirmasi pemeriksaan
kuantitatif
 Albumin urin kuantitatif
 Sampel urin 24 jam  untuk diagnosis
 Sampel urin dalam waktu tertentu
 Sampel urin sewaktu (rasio albumin/kreatinin urin sewaktu) first morning
urine sample
Klasifikasi Albuminuria
Urine 24 Urine dalam Urine
Kategori Albuminuria jam (mg/24 waktu sewaktu (ug/
jam) tertentu mg kreatinin
(ug/menit)

Normoalbuminuria < 30 < 20 < 30

Mikroalbuminuria 30 -299 20 – 199 30 – 299

Makroalbuminuria ≥ 300 ≥ 200 ≥ 300


NORMO – MICRO – MACROALBUMINURIA

51
 Faktor – faktor yang menyebabkan hasil albumin urine positif palsu adalah:
 Aktivitas berat dalam 24 jam sebelum dilakukan pemeriksaan
 Infeksi pada saluran kemih
 Demam tinggi
 Hipertensi berat
 Gagal jantung
 albumin (urin 24 jam) ≥ 30 mg (pada 2 dari 3 kali pemeriksaan kurun waktu 3-
6 bulan, tanpa penyebab albuminuria lainnya) → nefropati diabetik .
 ± 20-40% penderita diabetes akan mengalami nefropati diabetik
PEMERIKSAAN ALBUMIN URIN

Diabetes Care, 2008


Kasus 1 : Nefritis glomerulus: Jennie

 Diagnosis dari Jennie's Kidney Disorder


 Konsekuensi dari infeksi streptokokus → kehilangan kemampuan menyaring
produk limbah dari darah.
 Sakit tenggorokan Jennie →mungkin termasuk kelompok infeksi A beta-
hemolytic streptococcal atau "radang tenggorokan" → memicu respons
antibody → kompleks antigen-antibodi beredar dalam darah→ peradangan
glomeruli ginjal → ↓ kemampuan filtrasi glomeruli → ↓ aliran produk limbah
dari darah ke urine.
Kasus 2

 Penilaian Sindrom Nephrotic: Pasien Diabetes


 urine 24 jam Emily (wanita berusia 35 tahun diabetes melitus tipe 1) → curiga
konsentrasi protein urin akan tinggi berdasar tes sebelumnya.
 Pasien menderita nefropati diabetic.
 konsekuensi diabetes jangka panjang : glikosilasi protein jaringan dan
peningkatan kejadian penyakit vaskular. Nefropati diabetik adalah akibat efek
diabetes pada glomerulus : dinding kapiler glomeruli menjadi lebih permeabel
terhadap bahan kimia → ?
 Penyakit ini dan penyakit sindrom nefrotik lainnya ditandai dengan
proteinuria berat >3,5 sampai 4,0 g / hari.
 kreatinin darah Emily normal, protein dan albumin darah ↓, kolesterol dan
trigliserida ↑, proteinuria.
 Sindrom nefrotik Emily didiagnosis pada tahap awal penyakit ini.
 Saat diabetes Emily berkembang → uji urin untuk mikroalbuminuria.
 American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan uji mikroalbuminuria
secara periodik pada penderita diabetes dewasa.
 Mikroalbuminuria memiliki prognostic yang signifikan untuk pengembangan
penyakit ginjal pada pasien diabetes tipe 1.

Anda mungkin juga menyukai