Anda di halaman 1dari 29

`  MATERI

KULIAH
AGAMA DI POLTEKKES
NEGERI MATARAM

Dr. Muslihun Muslim, M.Ag.


(Dosen IAIN Mataram dan anggota FKUB NTB)
Materi Perkuliahan

 Agama di Indonesia
 Pengertian agama secara umum
dan khusus
 Sejarah agama di dunia dan di
Indonesia
 Kedudukan dan fungsi agama
 Motivasi dan tujuan beragama
AGAMA DI INDONESIA:
PENGERTIAN AGAMA SECARA UMUM
DAN KHUSUS
 Agama, menurut James H. Leube, ada 48 teori
tentang agama.
 Menurut Mukti Ali, tidak ada yang paling sulit
diberikan pengertian selain kata agama. Hal ini
disebabkan tiga hal.
 Pertama, pengalaman agama adalah soal batini,
subjektif, dan sangat individualis sifatnya;
 kedua, barangkali tidak ada orang yang begitu
semangat dan emosional selain orang yang
membicarakan agama;
 ketiga, konsepsi tentang agama selalu dipengaruhi oleh
tujuan orang yang memberikan definisi tersebut.
AGAMA
 Akar kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat
hubungannya dengan agama Hindu dan Budha.
 Akar kata agama adalah gam yang artinya pergi, namun
setelah mendapat awalan dan akhiran a berubah arti
menjadi jalan.
 Dalam bahasa Bali, agama berarti peraturan dan tata cara
upacara yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
raja; igama berarti peraturan dan tata cara upacara yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan dewa-dewa
sedangkan ugama berarti peraturan dan tata cara upacara
yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.
 Ketiga kata ini dipakai dengan arti yang sama oleh tiga
bahasa: agama (bahasa Indonesia), igama (Jawa), dan
ugama (Melayu/Malaysia).
Lanjutan
 Agama dalam bahasa Inggris adalah
RELIGION yang berasal dari bahasa latin,
yaitu RELEGERE yang kemudian menjadi
RELIGI yang artinya mengumpulkan dan
membaca.
 Artinya bahwa agama mengandung tata cara
mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul
dalam kitab suci yang harus dibaca.
 Namun kata RELIGI yang dipakai dalam
agama NASRANI hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan. Hal ini menimbul
kerancuan dalam kata agama maupun religi.
Lanjutan
 Islam bukan agama tradisi dan tidak
hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan saja tetapi lebih luas,
yaitu mengatur seluruh kehidupan
manusia baik hubungannya dengan
Tuhan, manusia yang lainnya, maupun
lingkungan sekitarnya.
 Oleh karena itu, untuk menghindari
kerancuan tersebut dipergunakanlah
kata DÎN AL-ISLÂM.
Lanjutan
 Untuk menunjukkan makna agama, digunakan tiga kata
yakni agama (bahasa sanskrit), al-din (bahasa Arab),
dan religion (kata latin).
 Agama dalam bahasa Sanskrit lebih menonjolkan soal
tradisi, religion dalam bahasa latin menonjolkan ikatan
manusia dengan kelompoknya di samping dengan
dewanya.
 Kata religion tidak terdapat dalam Injil, sedangkan al-
din terdapat dalam al-Qur’an yang konotasinya sangat
berlainan dengan kata agama atau religion.
 Dalam hakekatnya, al-din bukan tradisi saja dan bukan
religion atau ikatan saja.
Lanjutan
 Di negara-negara Eropa, ruang lingkup
agama hanya terbatas pada hubungan
manusia dengan Tuhannya (hubungan
vertikal).
 Sedangkan dalam Islam, ruang lingkup
agama sangat luas mencakup segala sisi
kehidupan manusia baik hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia yang lain, dirinya
sendiri maupun dengan alam sekitarnya.
Lanjutan
 Agama adalah the problem of ultimate concern
(masalah yang mengenai kepentingan mutlak setiap
manusia).
 Setiap manusia yang beragama selalu terikat dengan
agama yang dianutnya. Hal ini menyebabkan sulitnya
mendefinisikan agama yang mencakup semua agama,
dimana setiap orang yang beragama cenderung
memahami agama menurut ajaran agamanya.
 Ada beberapa segi yang sama pada semua agama,
yaitu kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan
dengan mengadakan hubungan dengan-Nya melalui
upacara, penyembahan dan membentuk sikap hidup
manusia menurut ajaran agamanya
AGAMA DI INDONESIA:
Sejarah Agama di Dunia dan
di Indonesia
TEORI EVOLUSIANISME
TENTANG AGAMA

 Adalah teori yang menyatakan


adanya proses kepercayaan yang
amat sederhana, lama kelmaan
meningkat menjadi sempurna.
 Teori ini dikemukakan oleh Max
Muller, EB Taylor, Robertson Smith,
Lubbock, dan Jevens.
PROSES PEMIKIRAN TTG TUHAN
MENURUT TEORI EVOLUSIONISME
 DINAMISME
 Manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam
kehidupan.
 Istilah dinamisme ini berasal dari perkataan
Yunani “dinamis”, artinya kekuasaan, kekuatan,
dan khasiat.
 Dinamisme adalah kepercayaan terhadap
sesuatu daya kekuatan atau kekuasaan yang
keramat dan tidak berpribadi.
Lanjutan
 ANIMISME
 Adalah kepercayaan tentang adanya roh atau
nyawa pada semua benda.
 Roh tersusun dari suatu juz atau materi yang
halus sekali yang dekat menyerupai uap atau
udara. Roh itu makam yang mempunyai bentuk
dan umur.
 Kata roh ini berasal dari bahasa latin “anima”
yang artinya roh atau nyawa.
Lanjutan
 POLITHEISME
 Adalah kepercayaan dan penyembahan terhadap
Tuhan-tuhan yang banyak.
 Latarbelakangnya karena kepercayaan dinamisme
dan animisme lama kelamaan tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi
sanjungan dan pujaan. Semula hanya ada satu dewa
dengan lainnya memiliki kedudukan yang sama.
Lambat laun dianggap hanya satu dewa yang
memiliki kelebihan.
 Pada agama Hindu ada tiga dewa (Trimurti): Brahma,
Siwa, dan Wisnu, Disamping itu dikenal tri tunggal (tri
instan)
 Pada agama Kristen yang diartikan Tuhan ialah Allah
Bapak, Yesus Kristus, dan roh Kudus.
Lanjutan
 HONOTHEISME
 Adalah Kepercayaan satu Tuhan untuk satu
bangsa (Tuhan tingkat Nasional).
 Latarbelakangnya karena Politheisme tidak
memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendikiawan. Oleh karena itu, dewa-dewa itu
diadakan seleksi karena tidak mungkin memiliki
kekuatan yang sama.
Lanjutan
 MONOTHEISME
 Adalah kepercayaan yang mengakui hanya satu
tuhan dan bersifat internasional
 Kepercayaan ini merupakan langkah selanjutnya dari
kepercayaan Henotheisme.
 Bentuk monotheisme ditinjau dari filsafat ketuhanan
dibagi menjadi tiga:
○ Deisme: pemahaman bahwa Tuhan sebagai pencipta
alam, berada di luar alam.
○ Panteisme: Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama
alam.
○ Theisme (eklektisisme): Tuhan YME sebagai pencipta
alam, tidak bersama alam dan tuhan tidak ada alam.
Namun Tuhan selalu dekat dengan alam
PANDANGAN PARA AHLI TENTANG AGAMA

 Menurut Emil Durkheim (Prancis, 1858-1917):


Semua agama itu pada dasarnya sama dan
merupakan gejala sosial yang dapat ditemukan
pada tiap kelompok manusia.
 Dengan demikian, agama di dunia dianggap
sama sehingga tidak perlu pembedaan pada
agama Samawi (langit) dan Ardhi (bumi).
 Prof. Rasyidi: Agama di dunia ini ada dua, yakni
(1) agama samawi atau agama wahyu yang
datang dari Tuhan; (2) agama ardhy atau
alamiyah yang timbul dari kebudayaan
sekelompok manusia.
DUA JENIS AGAMA DUNIA
 AGAMA WAHYU adalah agama yang diturunkan oleh
Allah dari langit dengan perantaraan malaikat Jibril
yang membawa wahyu Allah kepada para nabi dan
Rasul untuk selanjutnya disampaikan kepada umat
para nabi dan rasul masing-masing.
 AGAMA WAHYU disebut juga agama SAMAWI,
LANGIT, PROFESTIS, di AS-SAMAWI, REVEALID
RELIGION. Agama jenis ini adalah: Islam dengn
kitabnya al-Qur’an lewat Nabi Muhammad saw.,
Kristen (Nasrani) dengan kitabnya Injil lewat nabi Isa
as, Yahudi dengan kitabnya Taurat yang diturunkan
lewat nabi Musa as.
Lanjutan
 AGAMA NON WAHYU ATAU AGAMA KEBUDAYAAN.
Disebut demikian karena lahir dari kebudayaan
manusia. Secara historis, agama non wahyu pada
awalnya diciptakan oleh para filosuf, ahli pikir, pemimpin
dari masyarakat atau penganjur/penyiar masyarakat itu.
 Oleh karena itu, agama non wahy u itu bagian dari
kebudayaan, bagian dari filsafat atau hasil pemikiran
dari masyarakat.
 AGAMA NON WAHYU disebut juga AGAMA BUDAYA,
BUMI, FILSAFAT, RA’YU, DIN AT-TABI’I, DIN AL-ARDI,
NATURAL RELIGION, NON REVEALED RELIGION.
 Adapun yang tergolong ke dalam jenis agama non
wahyu ini adalah: Hinduisme, Yahudisme, Sikhisme,
Zoroasterianisme, comfusianisme, Taoisme,
Shinthoisme, Budhisme.
CIRI-CIRI UMUM AGAMA
 Merupakan suatu sistem tauhid keimanan atau
keyakinan terhadap eksistensi sesuatu yang
absolut (mutlak) di luar diri manusia yang
merupakan penyebab (causa prima) pertama dari
segala sesuatu di dunia.
 Merupakan suatu sistem ritual atau peribadatan
atau kaidah yang menjadi pola hubungan dengan
ciptaan lainnya dari yang absolut (causa prima)
yang seirama dengan sistem tauhid.
 Merupakan satu sistem nilai (value system) atau
sistem norma/kaidah yang menjadi pola hubungan
manusia dan pola ciptaan dengan lainnya dari
yang absolut yang seirama dengan sistem tauhid
dan ritual tersebut.
CIRI-CIRI AGAMA WAHYU
 Mengakui eksistensi wahyu Allah sebagai kebenaran yang mutlak
 Diturunkan oleh Allah dari langit melalui malaikat jibril kepada nabi
dan rasul
 Nabi dan rasul menerima wahyu untuk disampaikan kepada umat
masing-masing.
 Penyampaian wahyu Allah kepada nabi dan Rasul dengan pasti
dapat ditentukan waktu kelahirannya.
 Memiliki kitab suci
 Konsep ketuhanan adalah serba esa
 Kebenaran prinsip ajaran agama itu dapat bertahan dari kritik akal
manusia
 Tidak berubah dengan perubahan mental dan sosial masyarakat
penganutnya
 Sistem menghayati, berpikir, dan beramal tidaklah inheren dengan
segi kehidupan unsur kebudayaan masyarakat penganutnya
CIRI-CIRI AGAMA NON-WAHYU
 Tidak mengakui eksistensi wahyu Allah sebagai kebenaran
yang mutlak
 Tidak diturunkan oleh Allah dari langit melalui malaikat jibril
kepada nabi dan rasul
 Tidak disampaikan oleh Nabi dan rasul , serta tidak
mengakui esistensi keduanya.
 Tidak dapat ditentukan waktu kelahirannya dengan tepat.
 Tidak memiliki kitab suci yang diwarsikan oleh Nabi dan rasul
Allah kepada umatnya.
 Konsep ketuhanan bukanlah serba esa
 Kebenaran prinsip ajaran agama itu tak dapat bertahan dari
kritik akal manusia
 Terjadi perubahan mental dan sosial masyarakat
penganutnya
 Sistem menghayati, berpikir, dan beramal adalah inheren
dengan segi kehidupan unsur kebudayaan masyarakat
penganutnya khususnya unsur kebudayaannya.
Lanjutan
 Agama yang dianut pada zaman prasejarah
yang berisi takhayul, yang bisa disebut
agama animisme telah memberikan nilai-nilai
yang berharga bagi manusia.
 Menurut Ghalab, agama animisme telah
memberikan manfaat bagi manusia berupa:
 Mengurangi kejahatan
 Mengurangi tindak pidana
 Mengurangi atau menumpulkan syahwat
 Membahagiakan dan menyenangkan manusia.
Prof. Harun Nasution:
ADA 4 UNSUR AGAMA

 Kekuatan Gaib.
 Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di
dunia dan akhrat btergantng pada adanya
hubungan baik dengan kekuatan gaib.
 Respons yang bersifat emosionil dari manusia
(seperti takut, cinta).
 Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci,
dalam bentuk kekuatan gaib, kita yang
mengandung ajaran agama dan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu
Lanjutan
 Prof Harun Nasution: Agama monoteisme
adalah agama Islam, Yahudi, Kristen (Protestan
dan Katolik), dan Hindu. Monoteisme Kristen
dengan fahama trinitas dan monoteisme Hindu
dengan faham politeisme yang banyak terdapat
di dalamnya, tidak dapat dikatakan monoteisme
murni.
 Prof. Rasyidi, tidak setuju dengan pembagian
Harun di atas, khususnya berkaitan dengan
monoteisme murni dan monoteisme tidak
murni. Yang ada adalah Monoteisme dan
politeisme.
AGAMA DI INDONESIA: KEDUDUKAN
DAN FUNGSI AGAMA
 Kedudukan agama bagi manusia sangat penting
karena manusia menjadi penganut yang setia
terhadap agama. Agama telah memberikan sesuatu
yang sangat berharga bagi kehidupan manusia yang
tidak mungkin diuji dengan pengalaman maupun akal
seperti halnya menguji kebenaran ilmu dan filsafat,
karena agama lebih banyak menyangkut perasaan
dan keyakinan.
 Menurut Hocking, agama merupakan obat dari
kesukaran dan kekhawatiran yang dihadapi manusia.
Agama merupakan pernyataan penghargaan manusia
dalam dunia yang besar,. Agama menjadi suatu
lembaga yang bersemangat untuk memperoleh
kehidupan yang baik dan membayangkannya sebagai
suatu tuntunan kosmos.
AGAMA DI INDONESIA:
MOTIVASI DAN TUJUAN BERAGAMA
 Prof. Harun Nasution: Tujuan hidup beragama
dalam agama monoteisme ialah membersihkan diri
dan mensucikan jiwa atau roh.
 Sementara, menurut Prof Rasyidi: Tujuan
beragama dalam Islam bukan hanya
membersihkan diri dan mensucikan jiwa atau roh,
tetapi bertujuan untuk hidup yang baik di dunia,
baik dalam keluarga, negara atau dunia
internasional, agar di akhirat juga dapat hidup yang
baik, karena akhirat adalah kelangsungan dari
dunia.
 Dua tujuan di atas menurut Prof Rasyidi hanya
sebagai sarana dasar untuk mendapatkan
kebahagiaan dan bukan tujuan beragama.
Referensi
 HM. Rasyidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution
tentang Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya
(Jakarta: Bulan Bintang, 1977).
 David Trueblood, Philosophy of Religion,
diterjemahkan menjadi Filsafat Agama, Penerjemah
HM Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1965).
 Djuretnaq A. Imam Muhni, Moral dan Religi
(Yogyakarta: Kanisius, 1994).
 Ahmad Muhasim, Pendidikan Agama Islam
(Mataram, Cerdas, 2007).
 Sahlun A Nasir dan MH Hanafi Anshari, Pokok-
Pokok Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi (Surabaya: Al-Ikhlas, 1984).

Anda mungkin juga menyukai