Anda di halaman 1dari 15

“ VESIKA URINARIA”

Nama kelompok :
Adi Latif Magroby Dina Aprilia Dewi
Anisya Minda Eldin Maulidin
Ardian Rivai Elis Holisoh
Arif Mutadi Eva Rosita
Ashari Kurniawan Farhan Akbar
Bella Sifa Fitriani
Chairunnisa Helmi Rialdi
Cindy Yolanda Hilma
Dea Damayanti Ike widia
Desti Nurdamayanti
Dhealisa Rochsalinadewi
Pengertian
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan
keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera,
bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan
komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara
anatomic buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh
tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. ( R. Sjamsuhidayat,
1998)
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau
penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut
isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih
mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong (arif muttaqin :
211)
Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana
terjadinya ruda paksa pada area vesika urianaria baik saat vesika
urinaria dalam keadaan penuh ataupun tidak.
Etiologi
Ruptur kandung kemih terutama terjadi sehingga akibat
trauma tumpul pada panggul, tetapi bisa juga karena
trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh
senjata tajam, dan cedera dari luar, cedera iatrogenik dan
patah tulang panggul. Pecahan-pecahan tulang panggul
yang berasal dari fraktur dapat menusuk kandung kemih
tetapi rupture kandung kemih yang khas ialah akibat
trauma tumpul pada panggul atas kandung terisi penuh.
Tenaga mendadak atas massa urinaria yang terbendung di
dalam kandung kemih yang menyebabkan rupture.
Penyebab iatrogenic termasuk pascaintervensi bedah dari
ginekologi, urolodi, dan operasi ortopedi di dekat kandung
kemih. Penyebab lain melibatkan trauma obstetric pada
saat melahirkan.
Manifestasi
a. Fraktur tulang pelvis disertai perdarahan
hebat
b. Abdomen bagian tempat jejas/hemato
c. Tidak bisa buang air kecil kadang keluar darah
dari uretra.
d. Nyeri suprapubik
e. Ketegangan otot dinding perut bawah
f. Trauma tulang panggul
Klasifikasi
a. Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.
Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul
(89%-100%).
b. Rupture kandung kemih intraperitoneal.
Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya
urine secara horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme
cidera adalah peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba
kekandung kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu
ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadi
perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum.
c. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.
Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung
kemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka
tusuk abdominal bawah. Hal itu akan menyebabkan intraperitoneal,
ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung kemih.
Patofisiologi
Trauma vesikaurinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas/kecelakaan
kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-
buli. Trauma vesika urinaria tumpul dapat menyebabkan rupture buli-buli
terutama bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patelegik
sepetrti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan
rupture. Trauma vesika urinaria tajam akibat luka trusuk atau luka tembak
lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun
transperineal dan penyebablain adalah instrumentasi urologic.Fraktur
tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih,
pada kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan
hematuria tanpa eksravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat
intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih
ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis
pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi
ekstravasasi urin dari rongga perivesikal.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Hematokrit menurun.
b. Cystografi : menunjukkan ekstravasase
urine, vesika urinaria dapat pindah atau
tertekan.
Penatalaksanaan
a. Atasi syok dan perdarahan.
b. Istirahat baring sampai hematuri hilang.
c. Bila ditemukan fraktur tulang punggung
disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal
dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan
dengan laparatomi.
Komplikasi
a. Perdarahan
b. Shock
c. Sepsis
d. Ekstravasasi (penyebaran darah ke
jariangan
ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA KANDUNG KEMIH
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a) Rasa nyeri pada kandung kemih (nyeri abdomen bawah atau nyeri di
daerah suprapubik) dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau
infeksi kandung emih. Perasaan ingin kencing, tenesmus nyeri ketika
mengejan) dan disuria terminal (nyeri pada akhir urinary) sering dijumpai.
b) Pasien mngatakan kadang tidak bisa buang air kecil dan keluar darah
dari uretra.
c) Pasien selalu menanyakan tindakan yang akan dilakukan
2. Data Obyektif
a) Pada saat urin dipantau kadang terdapat darah dan
hematuria/perdarahan segar bisa terjadi
b) Gelisah, cemas
c) Espresi wajah ketakutan
d) Takikardi
e) Tekanan darah meningkat
Lanjutan
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Perhatikan abdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ berongga yang
mampu membesar untuk mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat
ginjal

Perkusi:
a. Pasien dalam posisi terlentang
b. Perkusi dilakukan dari arah depan
c. Lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih, daerah suprapubis

Palpasi:
Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah suprapubis.
a. Normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis pubis tetapi setelah
membesar meregang ini dapat terlihat distensi pada area suprapubis
b. Bila kandung kemih penuh akan terdengar dullness atau redup
c. Pada kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung
kemih. Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin
tidak dapat dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini
mengakibatkan distensi kandung kemih yang bias di palpasi di daerah suprapubis
Diagnosa
a. Nyeri akut b.d trauma saluran perkemihan
b. Hambatan mobilisasi fisik b/d dengan nyeri
c. cemas atau takut berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
Intervensi
1. Dx I (Nyeri akut b.d trauma saluran perkemihan)
a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0
– 10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan
tepat.
b. Ukur tanda-tanda vital.
c. Berikan posisi yang nyaman (posisi semi fowler)
d. Ajarkan klien teknik nafas dalam.
e. Ajarkan teknik distraksi seperti pijatan punggung
f. Berikan analgesik sesuai indikasi.
2. Dx II (Hambatan mobilisasi fisik b/d
dengan nyeri)
a. Catat respon emosi/peri-laku pada
imobilisasi.
b. Bantu klien untuk mela-kukan ROM pasif ke
aktif secara bertahap.
c. Bantu klien dalam me-menuhi kebutuhannya
setiap hari.
d. Menjelaskan pada klien tentang penyebab
kele-mahan dan manfaat tindakan.
3. Dx III (cemas atau takut berhubungan
dengan perubahan status kesehatan.)
a. Kaji tingkat kecemasan klien.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengung-
kapkan perasaannya.
c. Berikan informasi ke-pada klien tentang
kondisinya.
d. Beri dorongan spiritual sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.

Anda mungkin juga menyukai