Anda di halaman 1dari 18

Therapeutic Management of Epistaxis

in CHU Yalgado Ouedraogo

Gyébré YMC1, Gouéta A1, Zaghré N, Sérémé M1, Ouédraogo BP,


Ouattara M dan Ouoba K
Introduction

• Epistaksis merupakan salah satu kedaruratan yang


paling umum ditemui dalam praktik THT sehari-hari.

• Epistaksis dapat mengenai hingga 60% populasi.

• Penatalaksanaannya harus sesuai dengan gejala


dan etiologi.
Material and Methods

• Penelitian ini merupakan studi prospektif selama


periode 1 tahun, dari Januari sampai Desember 2015
di bagian THT dan Bedah Kepala Leher di CHU
Yalgado Ouedraogo, Ouagadougou.

• Terdapat 264 kasus epistaksis yang dijadikan sampel


penelitian.

• Data pasien didapatkan dari lembar kuesioner dan


saat dilakukan wawancara langsung dengan pasien.
Material and Methods

• Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik sosio-


demografi (umur, jenis kelamin, dan riwayat pasien),
manifestasi klinis (jumlah, lokasi anatomis dari sumber
perdarahan, dan kekambuhan), penyebab epistaksis,
dan aspek terapeutik.
Result

• Epistaksis mewakili 15% keadaan darurat selama pelayanan.

• Usia rata-rata pasien adalah 30,8 tahun dengan jarak usia


mulai dari 2 bulan sampai 80 tahun.

• Kami mencatat 213 orang dewasa (80,7%) dan 51 anak-


anak (19,3%).

• Subjek pria mewakili 194 kasus (73,5%) dan perempuan 70


kasus (26,5%).
Result

• Epistaksis yang berada di anterior 90,1% kasus, unilateral


pada 56,8% kasus dan epistaksis berat pada 40,2% kasus.

• Penyebab paling umum dari epistaksis adalah locoregional


(45,8%), didominasi oleh trauma pada struktur wajah (33%).
Tumor jinak mewakili 2,2%, dan tumor ganas 1,6%.

• Hipertensi arterial (14%) adalah penyebab umum yang paling


sering.
Result

• Tindakan non-bedah merupakan metode intervensi utama


dalam 98,5% kasus.

• Penatalaksanaan pada dasarnya terdiri dari pemasangan


tampon hidung anterior (80,3%) dan pemberian etamsylate
(75%).

• Kami mengamati 5,8% komplikasi.

• Tingkat kematian adalah 5%.


Discussion

• Epistaksis adalah kedaruratan yang paling


sering ditemui dibidang THT yakni 15% dari
total keseluruhan kedaruratan THT
Discussion

• Rata-rata usia pasien adalah 30,8 tahun. Pasien usia muda juga
pernah dicatat oleh penulis Afrika. Hasil kami berbeda dari
penulis Barat yang menunjukkan bahwa epistaksis adalah
masalah geriatri yang mempengaruhi subjek usia rata-rata
sekitar 60 tahun. didominasi oleh laki-laki (73,7%) dengan sex
ratio sebesar 1,8. alasannya adalah laki-laki lebih sering
melakukan pekerjaan yang memiliki risiko trauma yang tinggi.
Discussion

• Etiologi utama dari epistaksis yakni bermacam-


macam. Etiologi yang paling sering dalam terjadinya
epistaksis adalah penyebab locoregional sebanyak
45,8% kasus dengan trauma pada wajah sebanyak
33% kasus dan idiopatik sebanyak 36% kasus.
Discussion

• Setiap epistaksis tanpa penyebab yang jelas telah


dipertahankan sebagai epistaksis idiopatik. Faktor lain yang
tergolong epistaksis idiopatik diantaranya: seringnya
menggaruk hidung, paparan sinar matahari, aktifitas fisik dan
hipertensi. Hal ini sesuai dengan laporan Nigeria pada pasien
hipertensi yang tidak terkontrol (penghentian pengobatan
antihipertensi) menunjukkan gejala epistaksis
Discussion

• Penatalaksanaan epistaksis yang baik sesuai dalam


pepatah terdahulu: resusitasi pasien, tentukan sumber
perdarahan, hentikan perdarahan dan obati penyebab
epistaksis.

• Modalitas pengobatan dapat dipisahkan menjadi dua


kelompok: intervensi non-bedah atau konservatif dan
pendekatan intervensi atau pembedahan.
Discussion

• Etamsylate adalah penatalaksanaan hemostasis yang


paling sering digunakan karena stoknya yang banyak

• Tingkat penggunaan transfusi darah dalam penelitian


kami (3,8%) lebih rendah dari yang dilaporkan dalam
literatur sebelumnya yang menunjukkan antara 6,92-
15,1% kasus
Discussion

• Penggunaan antibiotik profilaksis selain dilakukan


pemasangan tampon anterior masih kontroversial.
Sebagian penulis merekomendasikan penggunaan
antibiotik profilaksis karena adanya risiko komplikasi
infeksi seperti sinusitis dan toxic shock syndrome.
Conclusion

Epistaksis berpotensi menjadi gejala yang serius. Hal ini dapat


mengancam jiwa pasien dengan banyaknya jumlah
perdarahan dan kekambuhan, maka dari itu dibutuhkan
koordinasi tindakan dalam penatalaksanaan pasien dengan
epistaksis: yakni atasi kedaruratan sambil mencari etiologi
(penyebab) untuk manajemen yang efisien.

Anda mungkin juga menyukai