Anda di halaman 1dari 23

Oleh :

Septhia Imelda, S.Ked 04084821719210


PEMBIMBING:
dr. Nova Kurniati, Sp.PD. KAI dr. Yuniza, Sp.PD

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG


PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

PENUTUP
 Penyebab tersering kecacingan adalah infeksi parasit dari
kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) (Mascarini, 2011).
 Jenis nematoda usus yang sering menginfeksi manusia yaitu
cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing
cambuk (Trichuris trichiura) dan Strongiloidiasis
(Strongyloides stercoralis) (WHO, 2013).
 Di Asia, prevalensi kecacingan akibat infeksi STH sekitar 67%
 Depkes RI (2006) prevalensi kecacingan pada anak SD sebesar
60-80%
Penyakit parasit
yang disebabkan oleh cacing gelang
Strongyloides stercoralis.

Taxonomi
 Sub kingdom : Metazoa
 Phylum : Nemathelminthes
 Kelas : Nematoda
 Sub Kelas : Phasmidia
 Ordo : Rhabditida
 Super family : Strongyloidea
 Genus : Strongyloides
 Species : Strongyloides stercoralis
 (Jeffrey dan Leach,1993)
Cacing jantan memiliki panjang ± 1 mm, dengan
ekor melingkar dengan spikulum, dan esofagus
pendek dengan dua bulbus.

Cacing betina memiliki panjang yang sama


dengan jantan, ± 10 mm, dengan uterus berisi
telur, dan ekor runcing, serta memiliki esofagus
pendek dengan dua bulbus.
• Genetik

Individu
• Higiene Perorangan (Kebersihan diri)
• Perilaku
• Faktor sosial

• Iklim dan Suhu

Lingkungan
• Tanah
• Sinar Matahari
• Angin
 Larva menembus saluran limfatik atau kapiler terbawa sampai
ke jantung kanan dan kapiler pulmonal.
 Keluar dari kapiler pulmonal dan penetrasi ke dalam alveoli
paru.
 Menimbulkan infiltrasi seluler pada paru.
 Parasit bermigrasi ke saluran nafas atas, sampai ke esophagus
dan tertelan masuk ke lambung dan usus  dewasa
Gejala Klinis

Kulit Paru-paru

Creeping eruption/ Loeffler syndrome


CLM
kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atau berkelok,
meninggi, disebabkan penetrasi dan migrasi larva nematoda dari
hewan melalui epidermis.

Risiko infeksi cacing tambang meningkat pada individu yang


sering terpapar dengan pasir atau tanah yang terkontaminasi
dengan kotoran hewan, misalnya bermain di bak pasir,
berjalan tanpa menggunakan alas kaki di pantai dan tukang
kebun. Lokasi yang sering terkena adalah kaki, tangan,
bokong, dan kelamin.
Manifestasi Klinis

Papul eritem linear (snake-


Tungkai, plantar like appearance) atau
tangan, anus,
Tempat
berkelok-kelok, Ø2–3
bokong, paha mm dan membentuk
Larva mati terowongan (burrow),

predileksi
polisiklik, serpiginosa
dalam dua
sampai Gatal terutama malam hari,
delapan pekan hilang timbul

dan terjadi Bagian tubuh


resolusi erupsi, yang sering
tetapi ada yang kontak
melaporkan dengan Lesi papul eritem
lesi tetap ada tempat larva
menunjukkan
larva telah berada
sampai satu di kulit selama
tahun. beberapa
jam/hari. Lebar
lesi terowongan
sekitar 3 mm
dengan panjang
dapat mencapai
kisaran 15-20 cm
Penegakkan diagnosis
papul dan/atau
vesikel, eritem, Pemeriksaan
serpiginosa, meninggi
riwayat membentuk Penunjang
kontak terowongan dengan
dengan lebar dua sampai tiga
tanah atau milimeter dan
pasir yang panjangnya dapat
terinfeksi mencapai 15-20 cm
larva cacing dari tempat penetrasi
serta disertai rasa
gatal.

Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Paru-paru
Migrasi larva ke paru –
paru dapat merangsang
timbulnya gejala
tergantung dari
banyaknya larva yang
ada dan intensitas Kumpulan gejala klinis
respon imunnya.
yang ditimbulkan oleh
parasit muda ini saat
sedang berada di paru
dan saluran
pernafasan disebut
dengan Sindroma
Loeffler
Gambaran bercak
infiltrat yang
menyebar pada
gambaran
radiologis paru
Anoreksia, berat
badan menurun, nyeri
abdomen, kram,
muntah, diare kronik,
konstipasi, terkadang
terjadi obstruksi pada
usus.

Pada infeksi yang berat Dari infeksi yang


terjadi kerusakkan kronik bebeapa kasus
mukosa usus, gejala Usus dapat berlangsung
(Gastrointestinal hingga 30 tahun
dapat berupa ulkus
symptom) sebagai akibat
peptikum.
kemampuan larvanya
untuk melakukan
autoinfeksi.
 Makroskopis  menilai warna, konsistensi, jumlah, bentuk,
bau, dan ada-tidaknya mukus

 Mikroskopis  memeriksa parasit dan telur cacing


Kato Katz
dan Metode
Kuantitatif Stoll.
Mikroskopis

Metode natif (direct


slide), Metode Apung
Kualitatif (Flotation method),
Metode Selotif dan
Metode Modifikasi Kato
Katz.
 Pada diagnosis klinis tidak pasti karena strongyloidiasis tidak
memberikan gejala klinis yang nyata.

 Diagnosis pasti adalah ditemukannya larva di dalam feses,


dalam biakkan atau dalam aspirsi duodenum.

 Biakkkan tinja selama kurang lebih 2 x 24 jam menghasilkan


larva filariform dan cacing dewasa yang hidup bebas.
 Menemukan larva rhabditiform atau pun larva filariform pada
sediaan feses, cairan duodenum, cairan ascites, dan sputum
(pada kasus yang disseminated).

 Larva rhabditiform  sediaan tinja segar.


 Larva filariform  pembiakan tinja dan pembiakan sekret
duodenum yang diambil dengan duodenal sonde.

 Serologis dengan Antibody Detection Assay


Ivermectin (kesemubhan
100%)

Efek samping : diare, gatal- 0,2 mg/kgBB/hari, dosis


gatal tunggal.
mengantuk >> ivermectin
dibandingkan dengan
albendazole.
Albendazole Thiabendazol
(kesembuhan (tidak ada di
98,7%) Indonesia

Pemberiannya:
albendazole 400 mg 2x
Dosis albendazole 25
per hari (anak <2
mg/kgBB/hari,.
tahun: 200 mg) selama
3-5 hari
 Memutuskan mata rantai

 Pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati tetapi tidak


memutuskan mata rantai penularan yang antara lain dilakukan
dengan pengobatan massal, perbaikan sanitasi di lingkungan
dan hygiene perorangan serta pendidikan kesehatan
Memutuskan rantai daur hidup dengan
• Berdefekasi di jamban dan mencuci
menjaga kebersihan dengan cuci
tangan setelah defekasi dengan
tangan dan menggunting kuku secara
menggunakan sabun.
rutin.

Hindari makanan yang akan dijajakan


• Pencegahan infeksi cacing tambang
terbuka dengan dunia luar dan kurangi
dengan membiasakan masyarakat
intensitas memegang makanan dengan
untuk memakai alas kaki
menggunakan tangan.

Mencuci sayuran mentah atau lalapan


dengan air bersih yang mengalir
terlebih dahulu.
Edukasi •Mengendalikan penyebaran STH dengan
•Mengeluarkan semua cacing cara menurunkan kontaminasi air dan
dewasa dari saluran tanah.
•Menurunkan penyebaran dan
gastrointestinal •Sanitasi merupakan intervensi utama
terjadinya reinfeksi dengan cara
untuk menghilangkan infeksi kecacingan,
memperbaiki perilaku kesehatan.
•Mengurangi kontaminasi dengan
tanah dan air melalui promosi
penggunaan jamban dan perilaku
Pengobatan kebersihan
Sanitasi
infeksi cacing perbaikan

Anda mungkin juga menyukai