Anda di halaman 1dari 50

SPONDILITIS TUBERKULOSA

By :
Ignatius Letsoin, MD, Msi.Med, FINS
Neurologist & Interventional Neurologist
Interventional Neurology And Stroke Program
Jayapura General Hospital - Papua
I. Pendahuluan

• 1779  Percival Pott (pd mumi di Peru & Mesir)


Merupakan et/ paraplegia terbyk stlh trauma
Penyakit yg serius o.k defisit neurologi &
deformitas berat
• Negara maju 10 -20 kasus baru TBC diantara
100.000 penduduk
• >90% TB terjadi di negara miskin
• TBC paru  tersering
• Penting utk mengenali lebih dini
sebelum terjadi kerusakan pd tlg
punggung shg menyebabkan
kerusakan saraf yg berakhir dg
kelumpuhan

• Bila didapati seorang anak dg


klinis terlihat lekukan yang jelas
pd bgn pertengahan tulang
punggung, dg pemendekkan
dada, mgkn suatu Pott‘s Disease
(TBC pd tulang punggung)

• Adanya riwayat TB pd anamnesa


• Anak memiliki masalah membungkuk ke depan
untuk memungut
• Tanda kelumpuhan atau kelemahan pada kaki
• Hilangnya air seni dan bowel
• Mempunyai riwayat TB
• Mantoux test (+)
• Gambar 1. Lesi primer pada seorang anak berumur 4 tahun: berawan
difus di bawah iga keempat; kelenjar hilus yang membesar di atas dan
di sebelah medialnya

(Diambil dari: Simon G. X-Ray Diagnosis for clinical students and practitioners.
Alih Bahasa: Sjahriar Rasad, Gani Ilyas S, Sudarmo P, Kasuma T. Edisi kedua.
Cetakan ke 2. Jakarta: Saptodadi; 1986: 280-93)
Gambaran MRI Spondilitis TB Torakal
Foto X-ray Abses TB level cervikal
II. Epidemiologi
• TBC Endemik
• Berhubungan dg sosial-ekonomi rendah
• Laki - laki : perempuan = 1,5 - 2,0 : 1
• Di Negara India,China, Indonesia, Banglades &
Pakistan merupakan kasus kejadian spondilitis
TB paling besar
• AS  orang dewasa
• Negara berkembang  anak-anak & dewasa
Corpus vertebra

Discus intervertebral

Ligamentum flavum

Ligamentum
longitudinal
posterior
III. Gejala Klinis
• Gejala umum infeksi tuberkulosa
• 80 % pd torakal dan lumbal
• Tergantung : stadium, tempat yg terkena,
komplikasi yg timbul spt defisit neurologi, abses,
deformitas
• Dlm 3 - 4 bln stlh infeksi
• Nyeri pd tlg belakang (spinal atau radikular)
• Kelainan neurologis (50 %)  kompresi tlg
belakang, paraplegia / parese & ggn sensasi
IV. Patogenesis

• Merupakan kelanjutan dari penyebaran TBC yg


sdh ada
• Melalui aliran darah arteri vertebralis
• Pertama bersarang di korpus vertebra, dekat lap
epifiseal atas atau bawah
• Erosi  merusak korpus vertebra, menjebol
diskus intervertebralis ke dlm kanalis vertebralis
 deformasi tl belakang  gibus & penekanan
pd med spinalis
Ada 3 btk : sentral, paradiskus, anterior
TIPE SENTRAL
• Doub & Bradley tjd akibat infeksi yang mencapai
sentral dari korpus melalui cabang dari arteri
spinalis posterior
• Hodgoson dkk, tjd akibat infeksi yg kemungkinan
besar melalui pleksus venosus
• Tipe ini mengakibatkan destruksi seluruh korpus
(CONSERTINA COLLAPSE)
• Sering terjadi pada penderita anak-anak
• Penyempitan dr ruas antar diskus biasax minimal
& bayangan paravertebral tak tergambar baik
• Lesi mengenai korpus  ekspansi peradangan
mendesak ddg korpus yg menipis  pembesaran
korpus spt balon (Balloning)
Didapatkan fraktur kompresi yang diakibatkan destruksi
pada korpus Vert LIII & LIV
TIPE PARADISKAL
• Dimulai dengan masuknya kuman melalui a.
Epifisialis  merusak terlebih dahulu tulang
subchondral,  mengerosi dan menembus
lempeng tulang rawan,  akhirnya merusak pula
diskus intervertebralis dan tulang vertebra
berdekatan
• Ditandai dg menyempitnya diskus & osteoporosis
dari tulang korpus vertebra yang berdekatan
• Korpus yang terkena  lisis  timbul granulasi
dan pus  + tekanan gaya gravitasi  kompresi
korpus bag anterior  deformitas Gibus
• Abses  t’dorong kesegala arah  kolaps dari
korpus vertebra
Terdapat suatu tulang berbentuk baji yang terjadi dari 2 vertebra.
Terdapat dua arcus neuralis (panah) yang bersatu dengan korpus yang
bersatu dan berbentuk baji

(Diambil dari: Palmer PES, Cockshott WP, Hegedus V, Samuael E. Manual


radiographic Interpretation for general practitioners. Alih Bahasa: L. Hartono.
Cetakan ke-4. Jakarta: EGC; 1995: 154-55)
TIPE ANTERIOR
• Penyebaran Abses sepanjang bawah lig longitud.
anterior  kerusakan superfisial bbrp korpus
vertebra yg berdekatan tanpa merusak diskus
intervertebralis
• karena kerusakan yang ditimbulkan superfisialis
maka tidak menimbulkan deformitas yang berarti.
Tetapi abses yang jumlahnya besar akan
menjalar ke permukaan dan menimbulkan fistula.
• Radang granulomatosa  merusak tulang scr
progresif  osteolitik & avaskuler nekrosis 
skuester & perkijuan+pus  Cold Abses
A B

A. Suatu abses paravertebral bilateral yang besar. B. Suatu abses


pada sisi kiri vertebra thoracalis. Tidak jelas adanya lesi tulang

(Diambil dari: Palmer PES, Cockshott WP, Hegedus V, Samuael E. Manual


radiographic Interpretation for general practitioners. Alih Bahasa: L. Hartono.
Cetakan ke-4. Jakarta: EGC; 1995: 154-55)
• Gilroy & Meyer  abses terdpt pd daerah
vertebra torakalis atas dan tengah

• Non paraplegia  vertebra lumbalis

• Kerusakan medula spinalis menurut Pott :


1. Penekanan oleh abses dingin
2. Iskemia akibat penekanan pd a. Spinalis
3. Endarteritis TBC setinggi blokade spinalnya
4. Kanalis spinalis sempit krn angulasi
V. Diagnosis

Anamnesis :
• Nyeri/Sakit pd punggung
• Rasa kaku
• Lemah
• BB turun
• Batuk - batuk
• Subfebris
• Kelemahan tungkai
Pemeriksaan Fisik
• KU kurang baik
• Nyeri pd daerah yang terkena
• Servikal  leher kaku, sakit jk gerak, gerak
terbatas
• Gibus
• Infeksi TBC di tempat lain
• Paraplegia inferior  UMN dan batas defisit
sensorik setinggi tempat gibus
Laboratorium

• Darah rutin : LED 


• Tes Tuberkulin (+)
• Sputum BTA 3x, kultur sputum
• Kultur thd M.Tuberkulosa dr bahan material
bedah (70 % kasus)
Radiologi
 Kolumna vertebralis anteroposterior & lateral :
1. Diskus intervertebralis menyempit
2. Dekalsifikasi korpus vertebra
3. Bayangan jaringan lunak paraspinal
4. Erosi bbrp korpus vertebra
5. Deformitas kolumna vertebralis

 Ro Thorax
 CT Scanning :
1. Lbh baik utk melihat tulang  lesi litik ireguler,
sklerosis, diskus sempit, sekeliling tulang sempit
2. Kontras rendah  jaringan lunak, epidural,
paraspinal
3. Deteksi lesi awal  kalsifikasi abses pd jaringan
lunak
4. Kalsifikasi
• Mielografi / MRI : epidural abses
• Mielografi  tingginya lesi
• MRI  lokasi anatomi dan kompresi neural
• PA  Granulasi eksudativa dan nekrosis
kaseosa
VI. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan spondilitis tuberkulosa
adalah dengan metode konservatif yaitu
pemberian tuberkulostatika dan metode operatif
yatu dengan radikal debridement. Prinsip
pemberian tuberkulostatika harus dikombinasi,
tidak boleh terputus dan jangka waktu lama atau
dikenal sebagai combined, continued dan
prolonged
British Medical Research Council  OAT 6 -
9 bulan
• Umum :
1. Istirahat di tempat tidur
2. Diet yang baik
3. Roboransia
• Obat Anti Tuberkulosa :
1. Isoniazid (H) 300 mg/hari
2. Rifampisin (R) 600 mg/hari
3. Pirazinamid (Z) 25 mg/kgBB/hari
4. Etambutol (E) 15 mg/kgBB/hari
• RHZE  2 bulan pertama
• RH  sampai 6 bulan
• Lama pemberian OAT  6 - 9 bulan dpt lbh
dr 1 tahun

• Indonesia  12 bulan  2RHZE/ 10 RH


• Lama pemberian tergantung dari
menghilangnya gejala dan KU penderita

• Efek samping : ringan atau berat


Pembedahan
• Debrideman, dekompresi, fusion
• Pertimbangan Operasi :
1. Pengobatan lama
2. Blm tentu terjadi “bone union” tanpa
operasi
3. Defisit neurologi
4. Deformitas tlg belakang
5. Tdk ada respon dg OAT
6. Perpendek masa perawatan
7. Spondilitis tuberkulosa pd servikal  pembedahan
lbh awal
Operasi  setelah pemberian OAT 3 bln
VII. Komplikasi

• Abses

• Deformitas

• Defisit neurologi dan paraplegia


VIII. Prognosis

• Tdk ada deformitas & pengobatan yg tepat 


berhasil baik

• Jk penekanan pd medula spinalis tdk berat 


paraplegia msh dpt membaik
TERIMA KASIH
Efek samping OAT :
1. Isoniazid (INH)
• Ringan  kesemutan, rasa terbakar pd kaki,
nyeri otot
• Beri Piridoksin 10 mg/ hari atau B kompleks 
OAT diteruskan
• Berat  Hepatitis (0,5 % penderita)  OAT
dihentikan  pedoman TB pd keadaan khusus
2. Rifampisin
• Ringan :
1. Sindroma flu  demam, menggigil, nyeri
tulang
2. Sindroma perut  sakit perut, mual, tdk
nafsu makan, muntah, diare
3. Sindroma kulit  gatal - gatal, kemerahan
pd kulit
2. Rifampisin
• Berat (jarang terjadi) :
1. Hepatitis imbas obat  OAT dihentikan
 TB keadaan khusus
2. Purpura, anemia hemolitik, syok, gagal
ginjal  OAT stop
3. Sindroma respirasi  sesak napas
3. Pirazinamid

• Hepatitis imbas obat

• Nyeri sendi  artritis Gout

• Demam, mual, kemerahan, reaksi kulit


yang lain
4. Etambutol
• Gangguan penglihatan  ketajaman
berkurang, buta warna merah dan hijau
• Tergantung dosis yg dipakai
• Jarang jk dosisnya 15 - 25 mg/kgBB/ hr
atau 30 mg/kgBB tiga kali seminggu
• Ggn penglihatan kembali normal dl bbrp
minggu stlh obat dihentikan
• Tidak diberikan pd anak - anak
5. Streptomisin
• Utama : kerusakan saraf kedelapan
keseimbangan dan pendengaran
• Sesuai dg pe  dosis dan umur
• Meningkat pd ggn fungsi ginjal
• Tinitus, pusing, kehilangan
keseimbangan
• Hilang jk obat di hentikan atau dosis
dikurangi 0,25 gr
• Reaksi hipersensitivitas  demam, sakit
kepala, muntah, eritema pd kulit
• Dpt menembus plasenta
Tabel 1. Efek samping ringan OAT

Efek samping Penyebab Penanganan


Tidak nafsu Obat diminum
makan, mual Rifampisin malam hari sebelum
sakit perut tidur
Beri
Nyeri sendi Pirazinamid
aspirin/allopurinol
Kesemutan s/d
Beri vitamin B6 10
rasa terbakar INH
mg/hari
di kaki
Warna Beri penjelasan,
kemerahan Rifampisin tidak perlu diberi
pada air seni apa-apa
Tabel 2. Efek samping berat OAT
Efek samping Penyebab Penanganan
Gatal dan kemerahan Semua jenis Beri antihistamin dan
pada kulit OAT dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Obat dihentikan
Gangguan
Streptomisin Obat dihentikan
keseimbangan
Hampir Hentikan semua OAT
Ikterik
semua OAT sampai ikterik menghilang
Bingung dan muntah- Hampir Hentikan semua obat
muntah semua obat lakukan uji fungsi hati
Gangguan
Etambutol Hentikan obat
penglihatan
Purpura dan renjatan
Rifampisin Hentikan obat
(syok)
Penatalaksanaan pd
hepatitis imbas obat :
• Klinik (+), ikterik (+), mual, muntah 
OAT stop
• Klinik (-), laboratorium :
1. Bilirubin > 2 gr/dl  OAT stop
2. SGOT, SGPT > 5 x  OAT stop
3. SGOT, SGPT > 3x, gejala (+)  OAT
stop
4. SGOT, SGPT > 3x, gejala (-)  OAT
diteruskan dg pengawasan
Paduan obat yg dianjurkan :
• Stop OAT yg bersifat hepatotoksik (RHZ)
• Monitor klinik dan laboratorium
• Jk klinik dan lab normal kembali (bil,
SGOT, SGPT)  beri INH desensitisasi spi
dosis penuh 300 mg  monitor gjl klinik
dan lab pd saat dosis penuh  jk klinik &
lab normal  + Rifampisin 
desensitisasi spi dosis penuh  RHES

Anda mungkin juga menyukai