Anda di halaman 1dari 57

MODUL MUSKULOSKELETAL

Oleh:
Kelompok 3
 Yosep Andrianu Loren I11112050
 RR.Syarifah Rafiqah Sri W.A I1011131021
 Estela Salomina Momot I1011131022
 Dendi Frannuzul Ramadhan I1011131065
 Permata Iswari Sartika Dewi I1011151011
 Vincent Sanjaya I1011151022
 Lia Pramita I1011151026
 Muhammad Fikri Raihan I1011151028
 Zaitin Nur I1011151040
 Luthfi Putra Suseno I1011151050
 Chalchi Ruhita Mlatti I1011151055
 Septi Adelia I1011151057
A 35-year-old housewife came to the clinic with right wrist pain over
the past three months. At the beginning, she felt discomfort on her right
wrist which did not interfere with her activities, but she reported a
gradual onset of pain about 4 weeks ago. She described the pain as
burning located at the wrist and the base of the right thumb, especially
when she tried to lift her 11-months-old son. She also reported some
swelling of the right wrist. Over time, the pain had worsened to the point
where it hurt all the time, even at night, and disrupted her daily activities
such as cooking, cleaning (sweeping, swabbing, dusting), carrying
groceries, and lifting her son. Her verbal analogue scale was 4 and 8
during rest and while performing activities, respectively.

Her physician whom she visited 2 weeks ago recommended over the
counter medication (ibuprofen) and thumb spica splint to manage her
symptoms. She found the thumb spica splint to be cumbersome and
impractical during participation in most household chores and child
minding activities, and therefore discontinued use.

She reported no past history of upper extremity injury. A systems review


and family health history was unremarkable.
Hasil Pemeriksaan Fisik:

Edema pada pergelangan tangan dan dasar jempol


kanan.

ROM pergelangan tangan dan dasar jempol kanan =


terbatas

Tes Finklestein tangan kanan = positif

Nyeri tekan daerah thenar tangan kanan


1. Spica splint : a type of orthopedic splint
use immobilise trumb or wrist while
allowing other digit freedom to move.
2. Swelling : a transient abnormal
enlargmen of a body point or area not
caused by proliferatio of cell.
3. Ibuprofen : a drug belonging to the grup
of non steroidal anti-inflamatory drugs
(NSAID).
A 35 years-old housewife

Right wrist pain

Swelling of the right wrist

No past history of upper extremity injury

A pain like burning

A gradual onset of pain

Verbal analog scale four and eight during rest and while performing
activites

Duration of paint : 6 weeks


Housewife 35 years of experience pain
in the wrist accompanied by a burning
sensation, swelling and prognosis
worsened since the last four weeks
and no family history of disease
Housewife 35 years of experience arthritis is
characterized by pain, swelling in the right
wrist and the base of the thumb as a
burning.
1. Tenosinovitis de quarvein

a. Definisi

b. Etiologi

c. Patofisiologi

d. Manifestasi klinis

e. Diagnosis

f. Tatalaksana

g. Prognosis
2.Artritis gout

a. Definisi

b. Etiologi

c. Faktor risiko

d. Patogenesis

e. Manifestasi klinis

f. Diagnosis

g. Tatalaksana
3. Rheumatoid artritis
a. Definisi

b. Etiologi
c. Faktor risiko
d. Patogenesis
e. Manifestasi klinis
f. Diagnosis
g. Tatalaksana
h. Prognosis
4. Osteoartritis
a. Definisi
b. Etiologi
c. Faktor risiko
d. Patogenesis
e. Manifestasi klinis
f. Diagnosis
g. Tatalaksana
h. Prognosis
5. Nyeri
a. klasifikasi

b. Patofisiologi

6. Jelaskan mengenai mekanisme terjadinya nyeri


bengkak dan rasa terbakar pada kasus!

7. Jelaskan mengenai skala penilaian nyeri!


8. Ibuprofen
a. Farmakokinetik
b. Farmakodinamik
c. Indikasi
d. Kontraindikasi
a. Definisi
Penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus
stiloideus akibat inflamasi kronik
pembungkus tendon otot abduktor polisis
longus dan ekstensor polisis brevis setinggi
radius distal dan jepitan pada kedua tendon
tersebut.

Rasjad, C. 1996. Penyakit de Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalam


Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ujung Pandang: Penerbit Bintang Lamumpatue
b. Etiologi
1. Overuse
2. Trauma langsung
3. Peradangan sendi

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Alih Bahasa : YasminAsih, dkk. Jakarta :
EGC
c. Patofisiologi
Gerakan dan pembebanan yang berlebihan menimbulkan adanya
pergesekan, tekanan, dan iskemia pada sekitar sendi
carpometacarpal I, serta nyeri pada pergelangan tangan tepatnya
pada m.abductor pollicis longus dan m.ekstensor pollicis brevis.
Proses peradangan ini juga bisa mengakibatkan timbulnya bengkak
dan nyeri. Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan
termasuk pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor
pollicis longus dan tendon otot ekstensor pollicis brevis pada tepi
lateral. Inflamasi pada daerah ini umumnya terlihat pada pasien yang
menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk kegiatan-kegiatan yang
repetitif. Karena itu, de Quervain's syndrome dapat terjadi sebagai
hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif).

Apley & Salomon. 2012. Ortopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta: Widya Medika
d. Manifestasi klinis
Gejala pada Tenosinovitis de quervain berupa nyeri di
radial pergelangan tangan, kejang, rasa terbakar dan
bengkak pada daerah ibu jari dan kesulitan
mencengkeram pada daerah yang terkena. Nyeri ini
diperparah dengan pergerakan dari ibu jari maupun
pergelangan tangan, selain itu nyeri dapat menyebar ke
lengan bawah.

Ilyas, Asif, Ast Michael, Schaffer AA, Thoder J. 2007. De quervain tenosynovitis of the wrist. J Am Acad
Orthop Surg. 15(12): 757-764.
e. Diagnosis
Pada pasien dengan hiperurisemia dan arthritis akut klasik
pada pangkal ibu jari dapat didiagnosis Gout dan diobati,
apabila diagnosis diragukan analisis pada cairan sinovial harus
dilakukan. Sinar X dapat digunakan sebagai pengidentifikasi
asam urat kronis. Diagnosa gout didasarkan pada kristal
monosodium urat dalam cairan sinovial. Hiperurisemia
merupakan fitur klinis klasik pada gout, akan tetapi hampir
dari setengah kejadian gout tanpa adanya hiperurisemia dan
kebanyakan orang yang mengalami peningkatan tingkat asam
urat tidak berkembang menjadi gout, dengan demikian
kemampuan dari uji ini sangat terbatas.Pada laki laki dianggap
hiperurisemia apabila tingkat asam urat pada plasma lebih
besar dari 7 mg/dl sedangkan pada wanita 6 mg/dl.

Wright, PE. 2004. Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing Tenosynovitis in
Campbell-Operative Orthopaedics, 10th Edition Part XVIII, chapter 73
f. Tata Laksana
1. NON FARMAKO
Istirahat dan menempelkan esbatu

2. FARMAKO
Jenis OAINS yang banyak dipakai pada atritis gout akut adalah
indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200 mg/hari selama 2-3
hari dan dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya
atau sampai nyeri atau peradangan berkurang. Kortikosteroid dan
ACTH diberikan apabila kolkisin dan OAINS tidak efektif atau
merupakan kontraindikasi.

Siti Setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-6. Jakarta:
InternaPublishing
a. Definisi
(RA)  penyakit autoimun  peradangan pada
sendi (jari-jari tangan, pergelangan tangan, sendi
bahu, sendi lutut, dan panggul), simetris

Rizazyah D, Adnan HM. 2007. Artritis Reumatoid. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
b. Etiologi
◦ Genetik
◦ Hormon Sex
◦ Infeksi
◦ Heat Shock Protein (HSP)
◦ Faktor Lingkungan

Suarjana, I Nyoman. 2009. Artritis Reumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al.
Jakarta: Interna Publishing
Longo, Dan L. MD., Kasper, Dennis L. MD., et al. 2012. Harrison’s Principle of Internal Medicine ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Arthritis.
McGrawHill Companies, Inc. USA
c. Faktor resiko
◦ perempuan,
◦ riwayat penyakit keluarga yang menderita AR,
◦ umur lebih tua,
◦ paparan salisilat dan merokok.
◦ Konsumsi kopi > tiga cangkir sehari (kopi
decaffeinated )mungkin juga berisiko.19

Siti Setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-6. Jakarta:
InternaPublishing
 Patogenesis

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al. 2009. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing
e. Manifestasi klinis
◦ Kelelahan
◦ kurangnya nafsu makan
◦ demam
◦ nyeri otot ,sendi
◦ kekakuan sendi (sering di pagi hari)
◦ Tanda tanda inflamasi
◦ takikardi,
◦ anemia.

Smeltzer S C, O’Connell, Bare BG. 2003. Brunner and Suddarth’s textbook of Medical Surgical Nursing, 10th Edition.
Pennsylvania: Lippincott William & Wilkins Company

Reeves, J. R., Roux,G.,Lockhart,R. 2001. Medikal-Surgical Nursing. Jakarta: Salemba Medika.


f. Kriteria diaggnostik
◦ Kekakuan pagi hari (1 jam).
◦ Artritis pada : 3 atau lebih sendi, jari-jari tangan,
simetris.
◦ Nodul reumatoidfakor reumatoid dalam serum.
◦ erosi atau dekalsifikasi tulang

Price SA & Lorraine MW. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Volume 2, Edisi 6. Jakarta: EGC
g. Tatalaksana
◦ Disease modifying antirheumatic drugs (DMARDs)
◦ Golongan obat OAINS
◦ sinovektomi arthroskopik

Scott, DL, Frederick Wolfe and Tom WJ Huizinga. 2010. Rheumatoid arthritis.
Lancet. 376 (9746) : 1094-1108
h. Prognosis
Menetap (menderita penyakit ini selama sisa
hidupnya)
↓ kapasitas fungsional yang menetap pada setiap
eksaserbasi
seluruh organ dapat diserang

Kalim, Handono.1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius
FKUI.
a. Definisi
proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi

Junaidi, I. 2013. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
b. Etiologi
Hiperurisemia dan Gout primer
Hiperurisemia dan Gout sekunder

Putra, Tjokorda Raka. 2007. Hubungan Konsumsi Purin dengan Hiperurisemia


pada Suku Bali di Daerah Pariwisata Pedesaan. J Peny Dalam, Vol.8 No.1.
c. Faktor resiko
◦ genetik/riwayat keluarga,
◦ asupan senyawa purin berlebihan,
◦ konsumsi alkohol berlebih,
◦ kegemukan
◦ hipertensi,
◦ gangguan fungsi ginjal dan
◦ Obat tertentu (diuretika).

Vitahealth. 2007. Asam Urat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


d. Patogenesis
◦ penumpukan kristal monosodium urat respon
inflamasi

Smeltzer S C, O’Connell, Bare BG. 2003. Brunner and Suddarth’s textbook of


Medical Surgical Nursing, 10th Edition. Pennsylvania: Lippincott William &
Wilkins Company
e. Manifestasi klinis
◦ Akut  nyeri sendi yang berlangsung selama satu
atau dua minggu, muncul kebiruan, Kulit tampak
merah dan mengkilap dan ada pembengkakan yang
cukup, Sendi terasa panas

◦ Kronik erosi sendi, kekakuan, deformitas

Apley & Salomon. 2012. Ortopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta: Widya
Medika
f. Diagnosis
didasarkan pada kristal monosodium urat
dalam cairan sinovial & Hiperurisemia
merupakan fitur klinis klasik pada gout,

L, Sachs, Batra KL, Zimmermann B. 2009. Medical implications of hypeuricemia.


Med Health R I. 92(11): 353-355.
g. Tatalaksana
◦ Non farmakologi mengurangi berat badan,
menghindari mengonsumsi alkohol dan
menghilangkan diuretik
◦ Terapi Farmakologi kolkisin, obat anti inflamasi
non steroid (OAINS), kortikosteroid, atau hormon
ACTH

Apley & Salomon. 2012. Ortopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta: Widya
Medika
a. definisi
Osteoartitis (OA)  penyakit sendi degeneratif,
kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi,
↑ketebalan, sklerosis lempeng tulang,
pertumbuhan osteofit sendi, regangnya kapsula
sendi, timbul peradangan, dan otot lemah

Felson DT. 2012. Osteoarthritis. Dalam Longo DL, dkk. Penyunting Harrison
principles ofinternal medicine.Ed-18. New York : McGraw-Hill
b. Etiologi
◦ OA primer /OA idiopatik  tidak diketahui
◦ OA sekunder  penggunaan sendi yang berlebihan,
cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi.
◦ Frekuensi OA primer >OA sekunder.

Davey Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga


Faktor Ekstrinsik Faktor Intrinsik

1. Usia (<usia 40 tahun, >usia 70 1. Obesitas


tahun) 2. Abnormalitas metabolic ( DM,
predisposisi PJK (Penyakit Jantung
2. Jenis kelamin ( perempuan> OA
Koroner), maupun hipertensi )
lutut, sedangkan laki-laki > OA
3. Jejas yang timbul di sendi ( fraktur,
panggul)
nekrosis avascular, robekan ligament,
3. Suku bangsa kerusakan fibrokartilago)
4. Faktor pekerjaan, aktivitas fisik, 4. Herediter
dan olahraga yang sering 5. Gangguan pertumbuhan
dilakukan

Felson DT. 2012. Osteoarthritis. Dalam Longo DL, dkk. Penyunting Harrison
principles ofinternal medicine.Ed-18. New York : McGraw-Hill
 Fase 1  penguraian proteolitik pada matriks
kartilago
 Fase 2 fibrilasi & erosi permukaan kartilago,
pelepasan proteoglikan & fragmen kolagen ke
cairan sinovial
 Fase 3  penguraian produk kartilago 
menginduksi respons inflamasi pada sinovial

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muaskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika
◦ Nyeri
◦ Kekakuan sendi
◦ Krepitasi
◦ Deformitas sendi
◦ swelling in a joint
◦ Kemerahan

Siti Setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-6. Jakarta:
InternaPublishing
 menyempitnya celah
antar sendi,
terbentuknya
osteofit,
terbentuknya kista,
dan sklerosis
subchondral.

LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of Osteoarthritis. American Family Physician. 64(2):279–
286
g. Terapi
◦ Medikamentosa
◦ Bedah
◦ non-medikamentosa

Felson DT. 2012. Osteoarthritis. Dalam Longo DL, dkk. Penyunting Harrison
principles ofinternal medicine.Ed-18. New York : McGraw-Hill
h. Prognosis
◦ OA primer  morbiditas dan cacat
◦ OA sekunder  tergantung penyebab

Hansen K.E; Elliot M.E. 2005. Osteoarthritis, Pharmacotherapy, A


Pathophysiological Approach, McGraw-Hill
a. Klasifikasi nyeri
◦ Nyeri akut
◦ Nyeri kronik
◦ Nyeri somatik superficial
◦ Nyeri somatik dalam
◦ Nyeri viscera
◦ Nyeri nosiseptif
◦ Nyeri neuropatik
◦ Nyeri psikologik

Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial on line]. December 2007 [cited 2010 November 15] : Volume 20 Number
4. Available from : URL:http://www.dexamedica.com/images/publication_upload071203937713001196646105okt-nov2007%20new.pdf
Hartwig MS, Wilson LM. 2006. Nyeri. In : Price SA, Wilson LM, eds. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. Vol 2. Jakarta:
EGC; p. 1063 – 52.
b. Patofisiologi nyeri
• Transduksi
• transmisi
• modulasi
• persepsi

Price SA & Lorraine MW. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Volume 2, Edisi 6. Jakarta: EGC
Gerakan/beban berlebihan  gesekan&tekanan,
iskemia sendi carpometacarpal I, nyeri
pergelangan tangan (m. abductor pollicis longus &
m. ekstensor pollicis brevis) radang & bengkak 
malfungsi dari tendon sheath  gesekan antara
tendon dan tendon sheath  proliferasi jaringan
ikat fibrosa  gerakan tendon terbatas - stenosis
tendon sheath perlengketan antara tendon dan
tendon sheath.

Apley & Salomon. 2012. Ortopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta: Widya
Medika
1. skala intensitas nyeri deskritif

Smeltzer S C, O’Connell, Bare BG. 2003. Brunner and Suddarth’s textbook of


Medical Surgical Nursing, 10th Edition. Pennsylvania: Lippincott William &
Wilkins Company
2. Skala identitas nyeri numerik

Smeltzer S C, O’Connell, Bare BG. 2003. Brunner and Suddarth’s textbook of


Medical Surgical Nursing, 10th Edition. Pennsylvania: Lippincott William &
Wilkins Company
3. Skala analog visual

Smeltzer S C, O’Connell, Bare BG. 2003. Brunner and Suddarth’s textbook of


Medical Surgical Nursing, 10th Edition. Pennsylvania: Lippincott William &
Wilkins Company
4. Skala nyeri menurut bourbanis

Smeltzer S C, O’Connell, Bare BG. 2003. Brunner and Suddarth’s textbook of


Medical Surgical Nursing, 10th Edition. Pennsylvania: Lippincott William &
Wilkins Company
a. Farmakokinetik
diabsorpsi cepat di GI
 Puncak konsentrasi plasma dapat dicapai setelah
1-2 jam.
 volume distribusi relatif rendah yaitu (0,15 ± 0,02
L/kg).
 Waktu paruh plasma berkisar antara 2 - 4 jam.
 90% dari dosis yang diabsorpsi akan dieksresi
melalui urin

Stoelting, R.K., dan Hillier, S.C. 2006. Pharmacology & Physiology in Anesthetic
Practice. Edisi IV. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins. Hal. 276-290.
b. Farmakodinamik
inhibisi sintesa prostaglandin dan menghambat
siklooksigenase-I (COX I) dan siklooksigenase-II
(COX II)

Stoelting, R.K., dan Hillier, S.C. 2006. Pharmacology & Physiology in Anesthetic
Practice. Edisi IV. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins. Hal. 276-290.
c. Indikasi
◦ efektif dalam mengurangi rasa sakit dan gejala
pada OA

Rainsfold, K.D. 2012. Ibuprofen:Pharmacology, Therapeutics and Side Effects.


Biomedical Research Centre Sheffield Hallam University Sheffield. United
Kingdom
d. Kontraindikasi
◦ Dikontaindikasikan pada penderita polip hidung,
angioedema dan reaktivitas bronkospastik terhadap
aspirin

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik.Ed-10. Jakarta: EGC.


 Ibu rumah tangga 35 tahun mengalami
penyakit tenosinovitis de quarvein.

Anda mungkin juga menyukai