Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

TERAPI CAIRAN DAN DARAH


Oleh :
ADITYA PUTRA
NIM. 10101041

PEMBIMBING
Dr. LASMARIA FLORA Sp. An

KKS ILMU ANESTESI RSUD BANGKINANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU 2014
TERAPI CAIRAN

ialah tindakan untuk memelihara ataupun


mengganti cairan tubuh dengan pemberian cairan
infus secara intravena untuk mengatasi berbagai
masalah gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Terapi cairan perioperative meliputi terapi masa
pra-bedah, selama pembedahan, dan pasca
bedah.
Komposisi cairan tubuh 1,2

 Bayi prematur 80% BB


 Bayi normal 70-75% BB
 Sebelum pubertas 65-70% BB
 Dewasa 50-60% BB
Intraselular
(36%)
Cairan tubuh Interstitial
(60%) (18%)
Ekstraselular
(24%)
Plasma
Darah (6%)
Komposisi cairan tubuh 1,2

(mEq/L) Plasma Interstitial Interseluler


Kation Na 142 114 15
K 4 4 150
Ca 5 2,5 2
Mg 3 1,5 27
Total 154 152 194
Anion Cl 103 114 8
HCO3 27 30 10
HPO4 2 2 100
SO4 1 1 20
As Organik 5 5 0
Protein 16 0 63
Total 154 152 194
Etiologi kehilangan cairan 1
 Akibat kehilangan air baik karena
kekurangan pemasukan atau kehilangan
air berlebihan.
 Akibat kelebihan elektrolit
 Akibat hiperosmolaritas
Kebutuhan cairan meningkat Kebutuhan cairan menurun
 Demam ( 12% tiap kenaikan suhu 1C )  Hipotermi ( 12% tiap penurunan suhu 1C )

 Hiperventilasi  Kelembaban sangat tinggi

 Suhu lingkungan tinggi  Oligouri atau anuria

 Aktivitas ekstrim  Aktivitas menurun

 Setiap kehilangan abnormal (ex: diare,  Retensi cairan ( ex: gagal jantung, gagal
poliuri, dll ) ginjal, dll )
Dehidrasi 1

Klinis Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi


Ringan (5%) Sedang (5-10%) Berat (> 10%)
Keadaan Umum Baik, Compos Gelisah, rewel ,lesu Letargik, tak sadar
Mentis
Mata cekung, keing Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Kering Kering sekali
Mulut atau lidah Lembab Kering Sangat kering,
kering pecah-pecah
Haus Minum normal Haus Tak bisa minum
Turgor Baik Jelek Sangat jelek
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Tekanan darah Normal Turun Turun sekali
Air kemih Kurang, oliguri Kurang sekali
Normal
Homeostasis dan patofisiologi 1
 Ginjal, dengan mekanisme renin-angiotensin, mempengaruhi
tekanan darah.
 Kelenjar adrenal, dengan mekanisme aldosterone akan
mempengaruhi retensi natrium.
 Kelenjar hipofisis, dengan mekanisme ADH, akan
mempengaruhi reabsorbsi air.
 Paru-paru, dengan mekanisme asidosis-alkalosis untuk
menjaga asam basa.
Gangguan keseimbangan
cairan pada pembedahan 6

Faktor-faktor preoperatif Faktor-faktor intraoperatif Faktor-faktor postoperatif

 Kondisi yang telah ada  Induksi anestesi  Stres akibat operasi dan
 Prosedur diagnostik  Kehilangan darah yang nyeri pasca operasi.
 Pemberian obat abnormal.  Peningkatan
 Preparasi bedah  Kehilangan abnormal cairan katabolisme jaringan.
 Penanganan medis ekstraselular ke third space  Penurunan volume
terhadap kondisi yang  Kehilangan cairan akibat sirkulasi yang efektif.
telah ada evaporasi dari luka operasi  Risiko atau adanya ileus
 Restriksi cairan postoperatif.
preoperatif
 Defisit cairan yang telah
ada sebelumnya
Tujuan terapi cairan 6
 Mengganti kekurangan air dan elektrolit.
 Untuk mengatasi syok.
 Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena
terapi yang diberikan. Terapi cairan preoperatif
meliputi tindakan terapi yang dilakukan pada masa
pra-bedah, selama pembedahan dan pasca bedah.
Jenis-jenis cairan yang digunakan 4,6,7,13

Berdasarkan osmolaritasnya : Berdasarkan kelompoknya :


 Cairan hipotonik  Cairan Kristaloid
 Cairan Isotonik  RL
 Cairan hipertonik  NS
 Cairan Koloid
 Koloid alami
 Koloid sintetis
Nama Kristaloid Koloid
Keuntungan  Tidak mahal  Mempertahankan cairan
 Aliran urin lancar (meningkatkan intravaskular lebih baik (1/3 cairan
volume intravaskular) bertahan selama 24 jam)
 Pilihan cairan pertama untuk  Meningkatkan tekanan onkotik
resusitasi perdarahan dan trauma plasma
 Membutuhkan volume yang lebih
sedikit
 Mengurangi kejadian edema perifer
 Dapat menurunkan tekanan
intrakranial
Kerugian  Mengencerkan tekanan osmotik  Mahal
koloid  Menginduksi koagulopati (dextran &
 Menginduksi edema perifer helastarch)
 Insidensi terjadinya edema pulmonal  Jika terdapat kerusakan kapiler, dapat
lebih tinggi berpotensi terjadi perpindahan cairan ke
 Membutuhkan volume yg lebih besar interstitial
 Efeknya sementara  Mengencerkan faktor pembekuan dan
trombosit
 Berpotensi menghambat tubulus renalis
Tatalaksana terapi cairan 4,6
 Terapi cairan resusitasi
Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk
memperbaiki perfusi jaringan.
sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit.
Pada syok hemoragik diberi 2-3L /10 menit.
Tatalaksana terapi cairan 4,6

 Terapi rumatan
Digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu:
Tatalaksana terapi cairan 4,6

 Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke


ruang ketiga, ke ruang peritoneum, ke luar tubuh.
Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya
pembedahan,yaitu :

6-8 ml/kg untuk bedah besar.


4-6 ml/kg untuk bedah sedang.
2-4 ml/kg untuk bedah kecil.
Tatalaksana terapi cairan 4,6
 Terapi Cairan Preoperatif
akibat dipuasakannya penderita terutama pada kasus bedah elektif
(sekitar 6-12 jam), dikoreksi dengan cairan rumatan.
 Terapi Cairan Intraoperatif
dihitung berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan
cairan akibat pembedahan (perdarahan, translokasi cairan dan
penguapan atau evaporasi).
 Terapi Cairan Postoperatif
Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan
kalori/nutrisi.
TRANFUSI DARAH
adalah pemberian darah atau komponen darah
dari satu individu (donor) ke individu lainnya
(resipien), dimana dapat menjadi penyelamat
nyawa, tetapi dapat pula berbahaya dengan
berbagai komplikasi
Indikasi tranfusi darah 1,9,11
 kadar hemoglobin dibawah 7,0 atau 8,0 g/dl,
kecuali untuk pasien dengan penyakit kritis.
 kehilangan darah sebanyak 10-15% volume darah
pada bayi dan anak.
 kehilangan darah sebanyak 20% volume darah pada
orang dewasa.
Jenis tranfusi darah 1,8,12
 Darah utuh (whole blood)
 Sel darah merah pekat (packed red blood cell)
 Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed
red blood cell leukocytes reduced)
 Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell
washed)
 Sel darah merah pekat beku (packed red blood cell
washed)
 Trombosit konsentrat (concentrate platelets)
 Granulosit feresis (granulocytes pheresis)
Darah lengkap (whole
blood)
 Indikasi : Kehilangan darah lebih dari 25-30% volume
darah total.
Sel darah merah pekat
(packed red blood cell)
 Indikasi : pasien dengan anemia, yang hanya
memerlukan massa sel darah merah pembawa oksigen
saja.
Trombosit pekat ( concentrate platelets)
 Indikasi : Setiap perdarahan spontan atau suatu
operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang
dari 50.000/mm3.
Komplikasi yang dapat
timbul 9.10
• Reaksi Transfusi Hemolitik
• Reaksi Transfusi Non Hemilitik
• Reaksi Non Imunologi

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi


selama transfusi, dilakukan beberapa tindakan
pencegahan. Pemberian biasanya selama 2 jam atau lebih
untuk setiap unit darah
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo W. A., Setiyohadi.B., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5. Jilid 1. Internal
Publishing: Jakarta
2. Guyton AC dan Hell JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta : EGC.
3. Sherwood L .2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6. Jakarta:EGC
4. Latief AS, dkk. 2001 petunjuk praktis anestesiologi : terapi cairan pada pembedahan, ed.2 bagian
anestesiologi dan terapi intensif, FK UI.
5. Dobson, Michel B. 2012. Penuntun praktis Anestesi. Prinsip terapi cairan dan elektrolit. Jakarta :
EGC.
6. Kaswiyan U. 2010. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.Fakultas Kedokteran
Universitas padjajaran.
7. Mulyono, I. 2009. Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in Traumatic
Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.
8. Grethlein, Sara J. 2012. Blood Substitutes . journal of emedicine medscape.
9. Kardon, Eric M . 2014. Transfusion Reactions In Emergency Medicine. journal of emedicine medscape.
10. Adriansyah, Rizky dkk. 2009. Reaksi Hemolitik Akibat Transfusi. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol: 59,
No: 8. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
11. Hanafie, Achsanuddin. 2009. Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis. Majalah
Kedokteran Nusantara Vol. 39, No. 3. SMF-Anestesi dan Reanimasi FK-USU/RSUP Hají Adam Malik,
Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan
12. WHO. 2013. the clinical use of blood in general medicine obstetric pediatrics surgery & anaesthasia
trauma and Bums.
13. Ario, Dewangga dkk. 2011. Kebutuhan Optimal Cairan Ringer Laktat untuk Resusitasi Terbatas
(Permissive Hypotension) pada Syok Perdarahan Berat yang Menimbulkan Kenaikan Laktat Darah Paling
Minimal. Journal of Emergency Vol. 1. No. 1. Departemen/SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai