Anda di halaman 1dari 54

Koleisititis

Oleh :
Yogi Wibowo Parhusip
Pembimbing :
dr. Andi Zainal, Sp.PD –KGEH, FINASIM
Definisi

 Radang kandung empedu yang merupakan


reaksi inflamasi akut dinding kandung
empedu
 Disertai keluhan:
 nyeri perut kanan atas
 nyeri tekan
 demam
Epidemiologi

 Kepustakaan barat dilaporkan pasien


kolesistitis akut umumnya:
 Wanita
 Gemuk dan
 Berusia > 40 tahun
 Di Indonesia belum ada data epidemiologi
 Namun angka kejadian kolesistitis di
Indonesia relatif lebih rendah di banding
negara-negara barat
Etiologi

 Faktor utama:
 Stasis cairan empedu
 Infeksi kuman
 Iskemia dinding kandung empedu
 Faktor lain:
 Kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin
dan progstaglandin  merusak lapisan mukosa
dinding kandung empedu  reaksi inflamasi dan
supurasi
 Penyebab utama  BATU Kandung Empedu
 Kolesistitis sangat berhubungan dengan
kolelitiasis
 Kolesistitis terjadi sebagai akibat dari jejas
kimiawi oleh sumbatan batu empedu
 Predisposisi terjadinya infeksi  karena adanya
ketidakseimbangan komposisi empedu (tingginya
kadar garam empedu atau asam empedu)
 Menginduksi terjadinya peradangan akibat jejas
kimia.
Klasifikasi
 Kolesistitis akut
 Wanita
 Gemuk
 Usia > 40 tahun, namun tidak menutup
kemungkinan semua golongan untuk terkena
penyakit ini
 Nyeri timbul larut malam atau pada dini hari
 Lokasi pada abdomen kanan atas atau
epigastrium, teralihkan (angulus skapula dekstra,
bahu kanan, kadang meniru nyeri angina pectoris)
 Serangan kadang muncul setelah makan
makanan besar atau makanan berlemak larut
malam atau tindakan sederhana seperti palpasi
abdomen atau menguap
 Penderita berkeringat kadang dapat terbaring
tidak bergerak dalam posisi melekuk
 Fatulens, mual
 Kolesisititis kronis
 Erat hubungannya dengan kolelitiasi
 Timbul secara perlahan-lahan
 Inflamasi kronik  terbentuk jaringan fibrotik dan
pengkerutan dinding kandung empedu
 Gejala klinis: mual, muntah dan tidak tahan
makanan berlemak
Diagnosis

 Anamnesis
 Pemeriksaaan fisik
 Pemeriksaan penunjang (laboratorium,
rontgen, USG dan CT- Scan)
Anamnesis
 Kolik perut disebelah kanan atas, epigastrium (menjalar kepundak
atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa
reda)
 Nyeri tekan
 Kenaikan suhu tubuh
 Kolesistitis kronik:
 Gejalanya sangat minimal dan tidak menonjol
 Dispepsia
 Rasa penuh di epigastrium
 Nausea khususnya setelah makan makanan berlemak tinggi
 Bersendawa
 Riwayat penyakit dahulu dan keluarga:
 Batu empedu dikeluarga
 Ikterus dan kolik berulang
 Nyeri lokal didaerah kandung empedu disertai
tanda Murphy positif
Pemeriksaan fisik

 Teraba masa kandung empedu


 Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis
lokal (tanda Murphy)
 Ikterus dijumpai pada 20 % kasus, umumnya
derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl)
Pemeriksaan laboratorium

 Leukositosis
 Peninggian serum transaminase
 Fosfatase alkali
 USG sebaiknya rutin  sangat bermanfaat
memperlihatkan besar, bentuk, penebalan
dinding kandung empedu, batu dan saluran
empedu extra hepatic. Nilai kepekaan dan
ketepatan USG mencapai 90% - 95%
 Pada kolesistitis kronik, pemeriksaan
endoscopic retrograde choledochus
pancreaticography (ERCP) sangat bermanfaat
melihat adanya batu di kandung empedu dan
saluran empedu
Penatalaksanaan

 Non farmakologis
 Istirahat total
 Diet rendah lemak dan pemberian nutrisi
parenteral
 Farmakologis
 Analgetik (paracetamol)
 Antispasmodik (buscopan)
 Antibiotik (ampisilin, sefalosporin dan
metronidazol)
Prognosis

 Bonam (85 % kasus sembuh sempurna)


 Jika terjadi kolesistitis rekuren pada pasien >
75 tahun  indikasi kolesistektomi cito
ILUSTRASI KASUS

 Identitas pasien :
Nama : Tn. I
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Masuk RS : 15 Oktober 2013
Pemeriksaan : 17 Oktober 2009
 Anamnesis: autoanamnesis
 Keluhan utama:
 Nyeri ulu hati sejak 2 minggu SMRS
Riwayat penyakit sekarang

 Sejak 2 minggu SMRS, pasien mengeluhkan nyeri


ulu hati, nyeri dirasakan pasien terus menerus, nyeri
tidak bertambah setelah makan atau berkurang jika
tidak makan. Pasien mengeluhkan terasa penuh
pada perutnya terutama pada ulu hati, rasa mual,
muntah (-), bersendawa, kadang-kadang hal ini
begitu dirasakan setelah makan-makan yang
berlemak seperti gulai.
 Pasien juga mengeluhkan matanya menjadi kuning
kemudian seluruh badanya juga kuning, kepala
pusing, seluruh badan terasa gatal, demam kadang-
kadang dirasakan oleh pasien. Keluhan kuning
disertai dengan BAK berwarna kuning teh pekat,
BAB dengan konsistensi lunak, warna agak pucat.
Penurunan berat badan secara drastis tidak ada
dirasakan oleh pasien. Pasien juga mengeluhkan
sedikit terasa sesak nafas dan kedua kaki semakin
bengkak.
 Pasien sering terbangun dimalam hari karena sesak,
terasa lebih nyaman jika tidur menggunakan bantal
yang tingi (-), nyeri dada yang menjalar ke
punggung, lengan, rahang bawah (-), jantung
berdebar- debar (-). Pasien menderita hipertensi
sejak 13 tahun yang lalu, jarang kontrol dan tidak
minum obat.
 Sejak tahun 2004, BAK pasien sering mengeluarkan
pasir, setiap BAK tidak puas, sering terbangun di
malam hari untuk BAK (5-6 kali) dan terasa sakit di
pinggang jika duduk terlalu lama. Saat timbul sakit
dipinggang terasa menjalar sampai ke pusat,
riwayat kencing berdarah (-), nyeri pada saat
kencing (-) riwayat tidak bisa kencing (-). Pasien
bekerja sebagai supir antar kota antar provinsi,
sering menahan kencing, sedikit minum, riwayat
berhubungan dengan wanita selain istri (-).
- Riwayat darah tinggi (+)
- Riwayat sakit gula (-)
- Riwayat sakit maag (+)
- Riwayat minum alkohol (-)

Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat darah tinggi (+)


 Riwayat sakit gula (-)
 Riwayat sakit maag (+)
 Riwayat minum alkohol (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada keluarga menderita sakit yang sama
 Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, dan
Kebiasaaan
 Pekerjaan  wiraswasta (supir pengantar barang
kebutuhan pokok antar provinsi)
 Sosial ekonomi  menengah
 Suka mengkonsumsi makanan yang berlemak-
lemak
Pemeriksaan umum

 Kesadaran : Komposmentis
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Tekanan darah : 140/90 mmHg
 Nadi : 80 x / menit
 Nafas : 22 x / menit
 Suhu : 38,20C (aksila)
 Keadaan gizi :
 BB = 86 kg
 TB = 165 cm
 IMT = 31,6 (obesitas)
 Kulit : kulit ikterik, tidak pucat, turgor baik.
 Kepala
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik,
pupil bulat, isokor, diameter 2/2 mm, refleks
cahaya (+/+)
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
JVP 5-2 cm H2O
-Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada simetris
-Palpasi : Fremitus suara kanan sama dengan kiri
-Perkusi : sonor +/+
-Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi basah (-), wheezing (-)

Paru

 Inspeksi :Bentuk dan gerakan dada simetris


 Palpasi : vocal fremitus kanan sama dengan
kiri
 Perkusi : sonor +/+
 Auskultasi :vesikuler +/+, ronkhi basah (-),
wheezing (-)
Jantung

 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


 Palpasi : Iktus kordis teraba 2 jari medial LMC
sinistra kiri RIC V
 Perkusi :
▪ Batas jantung kanan : linea sternalis dekstra
▪ Batas jantung kiri : 2 jari media LMC sinistra
 Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-)
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-)
Palpasi : Perut supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Bising usus normal, 6 x/ menit

Abdomen

 Inspeksi : Perut datar, venektasi (-)


 Palpasi : Perut supel, nyeri tekan
epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus normal, 6 x/ menit
 Ekstremitas
 Akral hangat, tidak pucat
 Ikterik
 Edema pretibial (+)
Pemeriksaan penunjang

 Darah rutin  Kimia darah


 Hb : 15,5 gr %  Glukosa : 105
 WBC mg/dl
: 18.800 / mm3
 Direct Billirubin : 1,37 mg/dl
 PLT : 198.000 / mm3
 Indirect Bilirubin: 2,63mg/dl
 Ht : 46,4 vol %  Total Billirubin : 4,1 mg/dl
 Kreatinin : 1,87 mg/dl
 Ureum : 44,8 mg/dl
 AST : 22,9 IU/L
 ALT : 32 U/L
USG Abdomen

 Kesan:
 nephrocalcinosis
bilateral
Elektrokardiografi
Resume
 Tn. I, 52 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2
minggu SMRS, mual (+), bertambah setelah makan berlemak,
mata dan seluruh badan menjadi kuning, demam(+), BAK
berwarna kuning teh pekat, BAB konsistensi lunak berwarna
agak putih. Dari pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik,
nyeri tekan epigastrium (+), suhu tubuh (aksila) 38,20C. Dari
pemeriksaan darah didapatkan direct bilirubin 1,37 mg/dl,
Indirect bilirubin 2,63 mg/dl, total bilirubin 4,1 mg/dl. USG
abdomen didapat kolesistitis (-), kolelitiasis (-),
nephrocalcinosis bilateral. Pasien bekerja sebagai supir antar
provinsi, sering makan makanan berlemak, sering menahan
kencing dan kurang mengkonsumsi air putih.
Daftar Masalah

 Dispepsia
 Ikterik
 Kolesistitis
 Hipertensi Grade II
 Psikosomatik Gangguan Jantung Fungsional
Pengkajian masalah

 Pada anamnesis sewaktu dilakukan pemeriksaan


awal pasien datang didapatkan adanya keluhan
nyeri ulu hati sejak 2 minggu SMRS, mual (+),
bertambah setelah makan berlemak, mata dan
seluruh badan menjadi kuning, BAK berwarna
kuning teh pekat, BAB konsistensi lunak berwarna
agak putih. Gejala-gejala tersebut merupakan
gambaran gejala klinis dispepsia dan ikterus.
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikhterik,
nyeri tekan epigastrium (+), suhu tubuh (aksila)
38,20C. Dari pemeriksaan darah didapatkan direct
bilirubin 1,37 mg/dl, Indirect bilirubin 2,63 mg/dl,
total bilirubin 4,1 mg/dl. Hal ini menunjukan bahwa
peningkatan kadar bilirubin perlu dipikirkan adanya
sumbatan saluran empedu atau adanya batu
empedu.
 Indikasi USG abdomen
 Pemeriksaan USG tidak didapatkan adanya
kolesistitis atau kolelitiasis. Hal ini mungkin
diakibatkan karena batu empedu berukuran kecil
dan batu dapat melewati lumen dan keluar melalui
saluran pencernaan. Atau bisa juga sumbatan yang
terjadi akibat penebalan dinding kandung empedu
sehingga terjadi sumbatan
 Kolesistitisdipikirkan karena dari anamnesa
didapatkan keluhan minimal dari pasien yang
merupakan gejala tidak khas dari kolesistitis
yaitu, nyeri dikanan atas atau epigastrium,
nyeri tekan dan demam.
 Kolesistitis kronik juga perlu dipikirkan karena dari
anamnesa didapatkan keluhan minimal dari pasien
yang merupakan gejala tidak khas dari kolesistitis
kronik. Faktor resiko badan gemuk, usia 40 tahun
juga mendukung ke arah ini. Hal ini dapat ditunjang
ditunjang dengan adanya USG abdomen yang
menunjukkan adanya penebalan dinding empedu
tanpa ditemukan batu, namun pada pasien ini tidak
ditemukan.
 Hipertensi grade II  pengklasifikasian
derajat hipertensi sesuai JNC VII dimana
dengan tensi pasien 160/ 100 mmHg
termasuk grade II dan memerlukan terapi
secra adekuat untuk mencegah komplikasi,
berupa kerusakan organ target
 Keluhan sesak nafas yang dirasakan pasien,
sering terbangun di malam hari karena sesak,
merupakan masalah psikosomatik gangguan
jantung fungsional dimana terdapat berbagai
manifestasi klinis namun tidak ditemukan
adanya kelainan organik.
Rencana penatalaksanaan

 Non Farmakologi :
 Makanan rendah lemak
 Tirah baring
 Farmakologi :
 IVFD RL 20 tetes/menit
 Cefotaxim injeksi 2x1
 Paracetamol tablet 500 mg 3 x 1
 Lansoprazol 30 mg tablet 1 x 1
 Antasida sirup 3 x 1
 Curcuma tablet 3 x 1
 Hyosine nitrat 10 mg tablet 3 x 1
 Amlodipine 5 mg 1 x 1 tablet
 Penyuluhan
 Pasien perlu diingatkan bahwa penyakit yang dialami
merupakan radang pada kandung empedu dimana
salah satu factor yang bisa menjadi penyebab adalah
adanya kadar kolesterol yang tinggi.
 peningkatan kolesterol ini bisa diakibatkan konsumsi
makanan yang berlemak, yang dapat menjadi
penyebab terbentuknya batu empedu.
 Batu empedu bisa menyebabkan terjadinya radang
kandung empedu.
Follow up
 18 Oktober 2013  A : dispepsia + kolesistitis +
 S :nyeri ulu hati (+), demam hipertensi grade II
 P:
(+), badan kuning dan terasa
 Diet makanan rendah lemak
gatal, BAB pucat, BAK
 IVFD RL 20 tetes/menit
kuning teh
 Cefotaxim injeksi 2 x 1
O :
 Paracetamol tablet 500 mg 3 x 1
 TD : 120/70 mmHg
tablet
 N : 82 x/I  Lansoprazol 30 mg tablet 1 x 1
 RR : 20 x/I  Antasida sirup 3 x 1 cth
 T : 37,8oC  Curcuma tablet 3 x 1
 Konjungtiva tidak pucat, sklera  Hyosine butylbromide 10 mg
ikterik, nyeri tekan epigastrium tablet 3 x 1
(+)  Amlodipine 10 mg 1 x 1
Follow up
 19 Oktober 2013  A : dispepsia + kolesistitis +
 S :nyeri ulu hati (+), demam hipertensi grade II
 P:
(+), badan kuning dan terasa
 Konsul ke bagian urologi
gatal, BAB pucat, BAK  Diet makanan rendah lemak
kuning teh  IVFD RL 20 tetes/menit
O :  Cefotaxim injeksi 2 x 1
 TD : 130/80 mmHg  Paracetamol tablet 500 mg 3 x 1
 N : 80 x/I tablet
 Lansoprazol 30 mg tablet 1 x 1
 RR : 20 x/I
 Antasida sirup 3 x 1 cth
 T : 37,4oC  Curcuma tablet 3 x 1
 Konjungtiva tidak pucat, sklera  Hyosine butylbromide 10 mg tablet 3
ikterik, nyeri tekan epigastrium x1
(+)  Amlodipine 10 mg 1 x 1
Follow up
20 Oktober 2013  A : dispepsia + kolesistitis
S :nyeri ulu hati (+), + hipertensi grade II
demam (-), badan kuning  P:
dan terasa gatal  Diet makanan rendah lemak
O :  IVFD RL 20 tetes/menit
 TD : 120/80 mmHg  Cefotaxim injeksi 2 x 1
 N : 82 x/I  Lansoprazol 30 mg tablet 1
 RR : 20 x/I x1
 T : 36,8oC  Citerizine 10 mg 2 x 1 tablet
 Konjungtiva tidak pucat,  Curcuma tablet 3 x 1
sklera ikterik, nyeri tekan  Amlodipine 10 mg 1 x 1
epigastrium (+)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai