Anda di halaman 1dari 121

I.

PENDAHULUAN
A. Perkembangan Politik Hukum
1. Th. 1952 – 1961:
- Lemaire (1952)
- Bellefroid (1953)
- Utrecht (1961)
= tidak ada kelanjutannya dlm pengertian

2. Th. 1994 – 1998


- SK Dirjend Dikti No.165/DIKTI/Kep/1994
- SK Mendikbud RI No.002/U/1996
PH sbg salah satu MK wajib pada program pascasarjana ilmu
hukum  tdk mengatur ttg pengertian dan silabusnya.
- SK Dirjend Dikti No.278/DIKTI/Kep/1998  PH sbg MK ujian
Negara

3. Akibatnya:  ada perbedaan dlm materi pengajaran.


- Padmowahyono : Polt Hk = sistem pemerintahan neg.
- Mochtar K : Polt Hk = pembangunan hukum
- Soehardjo : Polt Hk = perubahan hukum
Politiek
Politik = Kebijakan
Policy +
Hukum

Politik (Kebijakan) Hukum = PH Nas

Pidana Agraria Kenot dsb

PH Pidana PH Agraria PH Kenot


HUKUM

ETIMOLOGI POLITIK

KEBIJAKAN

POLITIEKRECHT
 ARTI PH TERMINOLOGIS
RECHTPOLITIEK

LEGAL POLICY

OPERASIONAL SUGENG ISTANTO


 Pengertian Politik Hukum
1. Secara etimologis

2. Secara terminologis

3. Secara operasional
B. Pengertian Politik Hukum
1. Secara Etimologis

Politiekrecht = Hk Tata Negara ( Belifonte)

Rechtpolitiek = Politik Hukum (Bellefroid, Lamaire,


Utrecht, Sugeng Istanto)
Pol. Hk
Legal Policy = Kebijakan Hukum (Padmo Wahyono,
Satjipto Raharjo, Mahfud MD, Mohd. Radie)

Public Policy = Kebijakan Publik (HD Laswell, CJ


Frederick, David Easton)
Istilah/Kata-2:
 Hukum (law) vs Etika
 Politik (Politic)
 Kebijakan (Policy)
 Kebijaksanaan (Wisdom)
 Publik (Public)
Pengertian istilah/kata-2
Hukum:
Hans Kelsen: merupakan suatu perintah memaksa terhadap
tingkah-laku manusia. Hukum merupakan kaidah primer
yang menetapkan sanksi-2
John Austin: seperangkat aturan tingkah laku yang dibuat
oleh penguasa yang berdaulat, yang didalamnnya
mengandung otoritas tertinggi
Leon Duguit: tingkah laku warga masyarakat, yg merupakan
aturan dimana daya penggunaanya pd saat tertentu
diindahkan oleh masyarakat sbg jaminan dari kepentingan
bersama thd orang yg melakukan pelanggaran.
Holmes & Llewellyn: apa yg akan diputuskan oleh pengadilan
atau hakim ttg suatu persengketaan, adalah hukum.
Oppenheim:
a body of rules for human conduct within a
community which by common consent this
community shall be enforced by external power

 Unsur-2 hukum:
- aturan tingkah laku
- dalam masyarakat
- adanya kesepakatan
- jaminan pelaksanaan berupa external power

External power (=hukum) >< Internal power


(=moral)
Etika
 Etika adalah pengetahuan tentang moralitas,
menilai baik buruknya sesuatu ditinjau dari
sisi moral.
 Etika dapat mengandung norma kesusilaan
(yaitu sikap dan perilaku), maupun norma
kesopanan (yaitu perilaku antar manusia),
dan dapat dipengaruhi oleh norma agama dan
norma hukum.
 Etika Profesi Notaris adalah penerapan
penalaran moral pada masalah yang dihadapi
Notaris dalam berprofesi sbg Notaris.
 Etika mempunyai sanksi moral; dan profesi memiliki
sanksi disiplin profesi atau disiplin administratif.

 Tujuan : Etik dan Hukum adalah untuk mengatur tertib


dan tenteramnya pergaulan hidup dalam masyarakat.

 Etika Notaris adalah pengetahuan tentang perilaku


profesional para notaris dalam menjalankan pekerjaannya,
sebagai mana tercantum dalam lafal sumpah dan Kode
Etik.

 Pelanggaran etik notaris tidak selalu berarti pelanggaran


hukum, dan pelanggaran hukum belum berarti
pelanggaran etik notaris.
Hukum Kenotariatan
 Hukum kenotariatan berisi kumpulan peraturan dan ketentuan
hukum di bidang kenotariatan, seperti:
1. UU No.30 Th. 2004 ttg Jabatan Notaris
2. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI:
- No.M.02.PR..08.10 Th 2004 ttg Tata Cara Pengangkatan
Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi,
tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis pengawas
Notaris.
- No.M.01.HT.03.01 Th 2006 ttg Syarat dan Tata Cara
Pengangkatan, Perpindahan dan Pemberhentian Notaris
- No.M.01.HT.03.01 Th 2007 ttg Formasi Jabatan Notaris.
- No.M.02.HT.03.10 Th 2007 ttg Bentuk Ukuran
Cap/Stempel Notaris
- No.M.03.HT.03.10 Th 2007 ttg Pengambilan Minuta
3. Keputusan Menteri Hukum dan HAM: No.M39-PW.07.10
Th.2004 ttg Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas
Notaris
Etik vs Hukum
-----------------------------------------------
 Berlaku untuk profesi  Berlaku untuk umum
 Disusun bedasarkan  Disusun oleh badan
kesepakatan anggota pemerintah yang
profesi berkuasa
 Etik bisa tertulis dan  Hukum tersusun rinci
tidak tertulis dalam peraturan
perundangan
 Sanksi etik berupa  Sanksi hukum berupa
tuntunan tuntutan
 Pelanggaran etik  Pelanggaran hukum
diselesaikan oleh diselesaikan oleh
Pengda & DKD, aparat hukum /
Pengwil & DKW, pengadilan.
Pengpus & DKP

 Penyelesaikan  Penyelesaian
pelanggaran etik pelanggaran hukum
tidak selalu disertai harus dengan bukti
bukti fisik fisik.
2. Politik (Politic):

a. penentuan pilihan guna mencapai tujuan yang tlh


ditetapkan
b. Mathews : act of choice
c. Kelsen: politik sbg etik=memilih dan menentukan
tujuan
Politik sbg teknik=memilih dan menentukan
cara dan sarana mencapai tujuan
 Kaitan Politik dg Hukum
- hukum merupakan produk (keputusan) politik
- hukum mrpkn aturan permainan utk mencapai tujuan
(kesepakatan politik)  law as a political instrument
- titik temu antara hukum dan politik ada pada HTN
Kaitan Politik dan Hukum (Mahfud MD)

Konfigurasi Politik Karakter Hukum

Demokratis Responsif/Populistik

Otoriter Konservatif/Ortodoks
Kaitan Politik dan Kekuasaan Kehakiman

Konfigurasi Politik Karakter Keks.


KehakimanHukum

Demokratis Independen/Otonom

Otoriter Dependen/tdk Otonom


3. Policy = Kebijakan

- KLEIN : Tindakan secara sadar dan sistematis, dengan


menggunakan sarana yang cocok, tujuan yang jelas sebagai
sasaran, dan dilaksanakan secara bertahap.

- KUYPERS: kebijakan adalah rangkaian dari tujuan yang dipilih,


sarana yang dipilih, dan saat melakukan pilihan.

- CARL J FRIEDRICK: serangkaian yang disusulkan dalam rangka


mencapai tujuan tertentu.

- JAMES E ANDERSON: serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan


tertentu guna memecahkan suatu masalah

- David Easton: sebuah proses pengalokasian nilai-2 secara paksa


kepada seluruh masyarakat yg dilakukan oleh lembaga yang
berwenang
KEBIJAKAN (Policy) vs KEBIJAKSNAAN (Wisdom)

 Kebijakan (Policy):
serangkaian tindakan atau kegiatan yang
direncanakan (bidang hukum) guna mencapai
tujuan dan sasaran yg dikehendaki

 Kebijaksanaan (Wisdom):
tindakan atau kegiatan seketika (instant
decision), melihat urgensi situasi yg dihadapi
berupa pengambilan keputusan di bidang hukum
Hukum dan Kebijakan Publik

 Dua konteks dasar hukum: Keadilan dan


Legalitas  saling berbenturan
 Hukum kurang menjamin Keadilan; rasa
Keadilan sering tidak memiliki kepastian hukum
 kebijakan publik sbg instrumen dlm
mengendalikan masyarakat
 Antara hukum dan kebijakan publik saling
mengisi/tdk dpt dipisahkan.
- produk hukum adalah hasil kebijakan publik
- kebijakan publik memerlukan legalisasi
Pertanyaan:
apakah setiap kebijakan publik harus dilegalkan ?
Jo. Dye (public policy = whatever governments choose to
do or not to do)

Hubungan antara Hukum dan Kebijakan Publik dpt dilihat


dari segi-2:
1. formulasi: pembentukan hk dan formulasi kebijakan publik bisa
saling memperkuat
2. implementasi: melihat pd penerapan hukum dan implementasi
dari kebijakan publik
3. evaluasi: menilai pelaksanaan kebijakan publik dg dukungan
hukum
2. Secara terminologis

1. PH = Politiekrecht:
- Belinfante: obyek Hk Tata Negara mencakup juga
hal-2 yg diatur di luar hk (= dlm hal ini PH)
- Hence van Maarseveen: Politiekrecht = hukum politik
atau Hk Tata Negara

2. PH = Rechtspolitiek
Bellefroid : polt hk adalah bagian dr ilmu hk yg
mempelajari perubahan hk yg berlaku utk
memenuhi tuntutan kehidupan masy.

Lemaire: polt hk mempelajari bgmn penetapan


hukum yg seharusnya (ius constituendum).
= bagian dr ilmu pength hk positif
= mrpk bagian dr kebijakan legislatif
= mrpk bagian dr ilmu polt pd umumnya
Utrecht : polt hk mempelajari perubahan-2 yg hrs diadakan dlm hk
spy sesuai dg kenyataan sosial.

PH bukan Rechtspolitiek:
- Moh Mahfud MD: polt hk mrpk konfigurasi
politik yg melahirkan hukum
= polt mengintervensi hukum
= polt mempengaruhi hukum
= sistem polt memngaruhi lahirnya hk
 hukum mrpk produk politik
 PH merupakan bagian dr ilmu hk

- Mochtar K : polt hk mempelajari pembangunan hukum


3. Politik Hukum = Legal Policy
 PADMO WAHYONO: kebijakan dasar yang menentukan arah,
bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk. Atau
menghukumkan sesuatu (membentuk, menerapkan, dan
menegakkan hukum).  Ius constituendum

- MOHAMMAD RADHIE: pernyataan kehendak dari penguasa


Negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya (ius
constitutum), dan arah perkembangan hukum yang dibangun
(ius constituendum)

- SATJIPTO RAHARDJO: aktivitas memilih dan cara yang


hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum
tertentu dalam masyarakat. Jadi kegunaan PH untuk mencapai
tujuan sosial dan hukum tertentu.
- SUNARYATI HARTONO: PH merupakan alat atau sarana dan
langkah yg dpt digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan
sistem hukum nasional (hk yang dikendakai=ius constituendum)
utk mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara

- SUROJO WIGNJODIPURO: PH menyelidiki perubahan-perubahan


apa yg hrs diadakan dlm hukum supaya lbh sesuai kebutuhan
masyarakat.

- MOH MAHFUD MD: PH adalah arah hukum yg akan diberlakukan


oleh neg untuk mencapai tujuan negara. Bentuknya dpt berupa
pembuatan hk baru dan penggantian hk lama

# Politik Hukum:
Penetapan hukum oleh pemerintah untuk mencapai tujuan dan apa
yg dicita-citakan (PH = sbg alat)
4. Pengertian Operasional PH

 Sugeng Istanto
= bagian dr ilmu hukum positif (ius constitutum) yang mengkaji
kebijakan pemerintah dlm rangka menetapkan hk yg seharusnya/
berlaku (ius constituendum) guna memenuhi perubahan kehidupan
masy.

 Unsur-2 PH:
1. bagian dr ilmu hk positif
 Hk Positif tdk sama dg Positivisme
2. Kebijakan/aktivitas Pemerintah
 Kebijakan (policy) beda dg Kebijaksanaan
(wisdom)
= pertimbangan yg menjadi dasar pembenaran
perbuatan (Politik mnrt Mathews=act of choice)
Isi : tujuan & cara dan sarana utk capai tujuan
(Politik mnrt H Kelssen arti etik dan teknik)
= pemerintah dlm arti luas (legislatif, eksekutif, yudicatif)
3. Penetapan Hukum:
= membuat keputusan yg menjadikan suatu ktt menjadi ktt yg
berlaku tetap, mempunyai akibat hk ttu thd perstiwa ttu

PH Kenotariatan:
= bagian dr ilmu hukum positif (ius constitutum) yang mengkaji kebijakan
pemerintah dlm rangka menetapkan hk yg seharusnya/ berlaku (ius
constituendum) guna memenuhi perubahan kehidupan masy.

 unsur PH Kenotariatan:
- hukum positif (ius constitutum=peraturan perundangan
kenotariatan yg berlaku)
- kebijakan/aktivitas pemerintah (pertimbangan yg menjadi
dasar pembenaran perbuatan=isi)
- dalam rangka menetapkan hk kenotariatan yg seharusnya (ius
constituendum)
- guna memenuhi perubahan kehidupan masy.
- proses perubahan
Lingkup Kajian PH
- Isi kebijakan yg menjadi dasar pembenaran perbuatan pemerintah
dalam menetapkan hk yg berlaku (PH Materiel)
- Cara pemerintah menentukan kebijakan dlm menetapkan hk yg
berlaku (PH Formal)

Tujuan Kajian PH:


- Guna memahami: 1). tujuan hk yg berlaku
2). sarana yg ditetapkan
- Agar mampu memilih dan menetapkan:
1). tujuan yg hendak ditetapkan,
2). cara dan sarana utk mencapai tujuan

Tujuan Kajian PH Kenotariatan….?


Kebijakan (Hukum) Publik vs Politik Hukum
 Kebijakan publik: serangkaian tindakan yg dilakukan oleh
pemerintah sec sadar dan sistematis utk mencapai tujuan ttu.

 Polt. Hukum: bagian dr ilmu hukum yg membahas kebijakan


pemerintah dlm menetapkan hk yg berlaku

# Arti sempit: Politik hukum = Kebijakan (penetapan) Hukum.


Penetapan hukum yang berlaku:
- pembentukan hukum baru
- perubahan hukum yg sudah ada
- merumuskan kebiasaan/kaidah hukum lain
II. KEDUDUKAN PH DALAM ILMU HUKUM
1., ILMU HUKUM: POLITIK HUKUM dan FILSAFAT HUKUM

 Kaitan Politik Hukum - Ilmu Hukum – Filsafat Hukum


= mengkaji HK dr dimensi Filsafat dan dimensi Politik
Politik lbh mengarah pd perumusan konkrit ttg apa
dan bagaimana hk yg akan datang  Politik HK
Filsafat, menekankan pada ide-ide yg abstrak
dari pemikir-2 (hukum)
Ilmu hukum berada diantara Filsafat dan ideologi
politik (politik hukum)
= dimensi politik menjadi dasar berlakunya ide-2
= ide-2 supaya dpt dipahami perlu dirumuskan
 FILSAFAT HK ILMU HK POLITIK HK

= Ilmu Hk adl kajian ttg hk yg berada dalam kawasan antara PH dan


FH.
= ketiga-tiganya merupakan kerangka dasar ttg kajian Hukum

Dapatkah dikatakan bahwa PH sbg dasar keberadaan hukum ?


Dasar berlakunya hukum ?
Ilmu:

 Syarat adanya Ilmu


- ontologis: obyek bahasan membuahkan
katahuan.
- epitimologis: cara mendapatkan ketahuan, dhi.
Pengalaman dan akal sehat dikaji secara
ilmiah (penelitian)
- aksiologis: nilai kegunaan atau untuk apa
ketahuan itu.

 Apakah syarat-2 ilmu itu ada pd Hukum ?


Hukum sebagai Ilmu

 Unsur-2 Ilmu pd Hukum:


- ontologis: Hukum sbg obyek bahasan (hak dan
kewajiban)
- epitimologis: cara mendapatkan ketahuan, dhi.
Pengalaman dan akal sehat dikaji secara
ilmiah (penelitian)
- aksiologis: Hukum dibutuhkan dlm masyarakat
jo. tujuan hukum
Bagaimana dengan Politik Hukum ?
Bagaimana dg Politik Hukum Kenotariatan ?

 Dapatkah dikatakan Politik Hukum


(Kenotariatan) sebagai ilmu ?

 Apakah Politik Hukum (Kenotariatan)


merupakan bagian dari ilmu hukum ?
Politik Hukum sebagai ilmu

 Syarat ilmu (pengetahuan) bg PH:


- obyek ontologis, yaitu PH. PH menelaah adanya hukum
sbg hasil kebijakan (politik) pemerintah.
- landasan epitimologis, bg PH, yaitu landasan
kebijakan berupa pengalaman dan proses kebijakan
dlm menetapkan hukum
- landasan aksiologis, bhw PH diperlukan guna
mengatahui kebijakan pemerintah dlm proses
penetapan hukum

 PH = kebijakan di bidang hukum yg memenuhi syarat-2


ilmu  PH sbg ilmu yg obyeknya hukum  ilmu hukum
2. Posisi Politik Hukum dalam Ilmu Hukum

 Bellfroid:
dogmatika hukum
sejarah hukum
Ilmu Pength. perbandingan
Hukum politik hukum
teori hukum umum
Kusumadi Pudjosewojo

Ilmu pengetahuan Hk Positif

Ilmu Pengetahuan Sosiologi Hk

Ilmu pengetahuan Sejarah Hk


Ilmu Pengetahuan
Hukum Ilmu Pengetahuan Perbandingan Hk

Ilmu Hukum

Ilmu Pengetahuan Filsafat Hukum

Ilmu Pengetahuan Politik Hukum


Satjipto Rahardjo, Riduan Syahrani:
= ada 7 bidang studi hukum, yaitu:
1. Sosiologi hukum

2. Antropologi hukum

3. Perbandingan hukum

4. Sejarah hukum

5. Politik hukum

6. Psikologi hukum

7. Filsafat hukum
Gijssels:
filsafat hk: preskeptif = ttpkn hk yg baru

Ilmu Hk teori hk: eksplikatif = jelaskan data yg tlh disusun

dogmatika hk: diskriptif = menggambarkan sst yg


hendak diketahui

PERSAMAAN:
- Baik Bellefroid maupun Gijssels: penetapan ius constituendum

PERBEDAAN:
- Bellefroid: bertitik tolak pd ius constitutum
- Gijssels : tdk bertitik tolak pd ius constitutum, namun menetapkan
hk yg blm ada/ktt baru
III. Politik Hukum Nasional (Indonesia)
1. Pengertian:
 Sugeng Istanto:
bagian dr ilmu hukum positif (ius constitutum)
yang mengkaji kebijakan pemerintah Indonesia
dlm rangka menetapkan hk yg seharus-
nya/berlaku di Ind. (ius constituendum) guna
memenuhi perubahan kehidupan masy.

 Abdul Hakim Garuda Nusantara:


PHN merupakan kebijakan hukum (legal policy)
yg hendak diterapkan atau dilaksanakan secara
nasional oleh pemerintah
AH Garuda; PHN dlm arti luas meliputi:
1. Pelaksanaan hk secara konsisten
2. Pembangunan hukum (pembaharuan dan penciptaan)
3. Penegasan fungsi lembaga penegak hk
4. Meningkatkan kesadaran hukum

# Wilayah kerja/lingkup politik hukum:


- teritorial berlakunya PH
- proses pembangunan hukum yg berdimensi
ius constitutum menuju dimensi ius constituendum
- jaminan atas berlakunya hukum
2. Politik Hukum Nasional sebagai Kajian HTN
 Politik Hukum: kebijakan dasar pemerintah (penyelenggara negara)
dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yg
bersumber dari nilai-2 yg berlaku di masyarakat utk mencapai tujuan
yg dicita2-kan

 Hence van Maarseveen: Politiekrecht = hukum politik = HTN ?


Alfian: titik pertemuan antara hukum dan politik ada pada HTN

 Pemerintah:
meliputi bdn legislatif, eksekutif, dan yudikatif

 Tujuan negara (pembukaan UUD 1945):


- melindungi segenap bangsa Ind dan seluruh
tumpah darah Ind
- memajukan kesejahteraan umum
- mencerdaskan kehidupan bangsa
- ikut melaksanakan ketertiban dunia
 Kedua unsur tsb merupakan kajian HTN ?
3. Kajian Politik Hukum Nasional
Polt. Hukum (S.I.):
= bagian ilmu hk yg mengkaji kebijakan
pemerintah dlm menetapkan hk yg seharusnya
berlaku guna memenuhi kebutuhan
masyarakat. Termasuk tujuan hk dan cara dan
sarana utk mencapai tujuan hk
Kebijakan atau arah PHN (GBHN 1999):
menyusun sistem hukum nasional yg
menyeluruh dan terpadu dg mengakui dan
menghormati hk agama dan hk adat serta
memperbaharuhi perundang-undangan
kolonial dan hk nasional yg diskriminatif
Bab V Tap MPR No. IV/MPR/1999
1. Mengembangkan budaya hukum dlm kerangka hkm
demi tegaknya hkm,
2. Menata sistem hukum nasional
3. Menegakkan hukum secara konsisten
4. Melanjtkan ratifikasi konvensi internasional
5. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan
aparat penegak hukum
6. Mewujudkan lembaga peradilan yg mandiri
7. Mengembangkan peraturan perundangan yg
mendukung kegiatan ekonomi
8. Menyelenggarakan proses peradilan secara tepat,
mudah dan terbuka, bebas KKN
9. Meningkatkan perlindungan HAM
10. Menuntaskan proses peradilan.
Lingkup kajian Politik Hk. Nasional
1. Kebijakan yg menjadi dasar pembenaran dari
pemerintah dlm menetapkan hukum yg
berlaku di Ind.  Isi = Politik Hukum Material
Meliputi:
- Tujuan negara
- Pemikiran (ide/cita-2) yg melatar belakangi
ditetapkan hukum
- Keberadaan sistem hukum saat itu
- arah kebijakan yg ditempuh dlm menetapkan
hk
 Semua itu dijadikan landasan pembentukan hukum
yang seharusnya (ius Constituendum)

 Pembentukan Hukum harus mengindahkan


kerangka dlm sistem hukum ( Friedmann):
1. Struktur Hukum = mekanisme yg terkait dg
kelembagaan
2. Substansi hukum = landasan-2, aturan-2 dan
tatanan yg mendasari
3. Kultur = konsisten dg pandangan filosofis yang
mendasari sistem
2. Cara pemerintah menentukan kebijakan yg dipilih
dalam menetapkan hk yg berlaku  Cara = Politik
Hukum Formal
 Sejalan dg pengertian PH dari Bellefroid.
dlm hal ini: proses perubahan ius constitutum (hk yg
berlaku) menjadi ius constituendum (hk yg akan
ditetapkan) utk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meliputi:
- ius constitutum
- perubahan kehidupan masyarakat
- ius constituendum
- proses perubahan ius constitutum  ius constituendum
IV. POLITIK HUKUM (NASIONAL) MATERIIL
Nasional: menunjuk wilayah berlakunya PH, dhi. wilayah yg
tercakup dlm kekuasaan negara RI
1. Tujuan negara
• PHN sbg alat utk mencapai tujuan/cita-2 negara
 Tujuan neg dirumuskn Pembukaan UUD 45:
- melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Ind
- memajukan kesejahteraan umum
- mencerdaskan kehidupan bangsa
- melaksanakan ketertiban dunia, bdsk kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
 Cita-cita: lebih merupakan semangat yg bersemayam di hati
masyarakat
 Tujuan: lebih bersifat formal kenegaraan/konstitutif yg dijadikan
arah bg penyelenggara negara.
2. Pemikiran yg melatar belakangi (Ide/Cita-2)
 Dasar pijakan PHN  Pembukaan & Pasal-2 UUD 45
(Pancasila dan Cita-2 Hukum)

berbasis moral (Sila 1)


berbasis HAM dan non diskriminatif (Sila 2)
Pancasila mempersatukan bangsa (Sila 3)
basis deokratis (Sila 4)
berbasis keadilan (Sila 5)

Cita-2 Hukum:
- mewujudkan integritas bangsa = hk sbg perekat bangsa
- wujudkan keadilan sosial = menjembatani perbedaan sosial dan
ekonomi
- mewujudkan kedaulatan rakyat = menjamin ketrlibatan rakyat
dlm penyelenggaraan negara
- mewujudkan toleransi = saling menghormati
Pancasila
Pembukaan Cita-2 Hk PHN Hk PS/
& UUD 45 Pandangan bangsa Hk Prismatik
Nilai-2 sosial (FW Riggs)

Hoogvelt Fred W Riggs

Nilai Sosial: Paguyuban (kebersamaan) Nilai Sosial Pris-


Patembayan (individual) matik
Hukum Prismatik, tercermin:
1. Nilai Kepentingan dlm hukum
- Kapitalis  individualis
- Komunis  kebersamaan
= hak milik mempunyai fungsi sosial
= neg mengausai sumberdaya alam
2. Negara Hukum
- Rechtsstaat  civil law (Eropa K): hukum = hk tertulis
> kebenaran hk & keadilan ada pd hk tertulis
> hakim yg baik bila dpt menerapkan bunyi UU
> Lebih bersifat administratif  kepastian hk
- the Rule of Law  common law (Anglo S) hk tdk tertulis
> kebenaran & keadilan tdk terletak pd hk tertulis
> putusan hakim lbh dianggap hukum sebenarnya
> pemenuhan hk ditekankan utk memenuhi rasa keadilan
= prinsip kepastian hk dan keadilan dipadukan ?
= istilah Rechtsstaat dlm penjelasan UUD 45 pasca amandemen
ditiadakan  “Neg Indonesia adalah negara hukum”
3. Fungsi Hukum dlm masyarakat
- alat perubahan (a tool of social
engineering)  Hk = UU
> hk sbg alat perubahan masyarakat
(menegakkan ketertiban)
> paham positivisme, Hk = UU
- sebagai patokan/cermin  living law
> hk sbg cermin budaya (mengarahkan)
masyarakat
> mazhab sejarah, hk positif yg baik yi bila sesuai dg
living law
= pasal 18 B ayat 2 UUD 1945 pasca amandemen 
Negara mengakui dan menghormati hukum adat yg
msh hidup

4. Negara dan Agama


> Indonesia bukan negara agama  negara kebangsaan yg
religius (religious nation state)
> Negara menghormati/mengatur kebebasan beragama
Pancasila  hasil kristalisasi nilai-nilai dlm masyarakat
 Nilai-nilai menurut Notonagoro:
- nilai materiel
- nilai vital
- nilai rohaniah:
- nilai kebenaran/kenyataan baik ius cttm.
- nilai estetika/keindahan maupun ius
- nilai moral/etika cttdm mengan
- nilai relegius/ketuhanan dung nilai-2

 Hubungan Nilai-2, Realitas, dan Kebijakan

Nilai-nilai

Dasar Pembenar Kebijakan

Realitas Empiris
 Nilai dioperasikan dlm bentuk Norma:
- nilai positif diopersionalkan menjadi perintah
- nilai negatif dioperasionalkan menjadi larangan
- sanksi sbg sarana penegakan norma

 Apakah UUJN mengandung nilai-nilai tsb ?


# Kegunaan PHN:
= sbg arah yg harus ditempuh dlm pembuatan dan
penegakan hk guna mencapai cita-2 dan tujuan neg.

# Kerangka dasar pemikiran PHN


- mengarah pd cita-2 bangsa, yi masy adil dan makmur
bdsk PS
- mengarah pd pencapaian tujuan negara
- berbasis pd nilai-2 PS
- mengarah pd sistem hukum nasional (pancasila)
- tidak menyimpang dr cita-cita hukum
3. Sistem Hukum
 Politik Hukum: kebijakan dasar pemerintah dalam bidang
hukum  meahirkan sistem hukum nasional

 Sistem
- Blacklaw Dictionary: an orderly arrangement of
elements into a whole
(komponen/bagian yang terjalin secara teratur dalam
satu keseluruhan)
= sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan (a whole)
- Satjipto R: suatu kesatuan yg bersifat kompleks, terdiri
dari bagian-bagian yg berhubungan dan bekerja secara
aktif untuk mencapai tujuan.
 Ada 3 hal:
1. adanya susunan/tatanan dari komponen-2
(dhi.: pemerintah, lembaga neg,masyarakat,
alam semesta, dsb)
2. adanya jalinan atas komponen-2 tsb shg mrpk
satu kesatuan yang saling taergantung
(interrelationship between parts)
(dhi.:perencanaan, metode, alat, dsb).
3. mengarah pd satu tujuan.
 Hukum Nasional:
peraturan perundangan yg dibentuk dan dilaksanakan
utk mencapai tujuan, dasar, dan cita-2 hukum suatu
negara
- Hk nasional Ind. Dibentuk & ditegakkan bdsk PS dan
UUD 45 (ideologi dan konstitusi negara)
- Hukum nasional Ind.: merupkn suatu sistem hukum yg
bersumberkan pada nilai-nilai bangsa.

 Sietem hukum nasional : sistem hukum yg berlaku di


seluruh Indonesia yg meliputi semua unsur hukum yg
antara yg satu dg yg lain saling bergantung yg
bersumber pd Pembukaan dan UUD 1945

 Sudah adakah sistem hukum nasional Indonesia ?


 Unsur Hukum:
- Friedman: substansi, struktur, dan budaya hukum
- Dlm GBHN : isi, aparat, budaya, dan sarana-prasarana

Unsur Sistem Hukum mnrt Sunaryati H


 Filsafat 10. Perangkat lunak
 Substansi 11. SIJDH
 Lembaga/struktur hukum 12. Kesadaran hukum
 Proses dan prosedur 13. APBN utk pelaks. Hk.
 Pendidikan hukum
 SDM
 Susunan dan sistem koordinasi antar lembaga
 Peralatan perkantoran
 Perangkat lunak
4. Arah kebijakan

 Politik Hukum Hukum tujuan neg, cita-2 hk

Prolegnas (disusun oleh DPR ber-sama-2 Pemth)


= wadah PH (Ps.15 UU No.10-2004: perenca-
naan UU dilakukan dlm Prolegnas

arah kebijakn
rencana materi
Potret PHN prioritas
mekanisme/instrumen
Prolegnas sbg Rencana Materi PH
 Penysunan Prolegnas:

DPR

Pemerintah Keputusan DPR Prolegnas

DPD

 Kepts. DPR RI No.01/DPR RI/III/2004-2009 : 248 Prolegnas


 Kepts. DPR RI No.02F/DPR RI/II/2004-2005 : 43 Prolegnas
 Dlm keadaan ttu DPR atau Pemerintah dpt ajukan RUU di
luar Prolegnas
Arah kebijakan:
- membentuk peraturan perundangan sbg amanat UUD 45
- mengganti peraturan perundangan kolonial
- mempercepat proses penyelesaian UU
- membentuk peraturan perundangan guna mempercepat
reformasi pemulihan ekonomi, perlindungan HAM,
pemberantasan KKN
- meratifikasi perjanjian internasional
- memberikan landasan yuridis bg penegakan hukum
- menjadikan hk sbg sarana pembaharuan dlm segala bidang
yg mengabdi pd kepentingan bangsa, rakyat,dan negara
guna mewujudkan prinsip keseimbangan antara ketertiban,
legitimasi, dan kedilan
Prioritas:
– RUU perintah UUD 1945
– RUU perintah Tap MPR-RI
– RUU sbg pelaksanaan UU
– RUU yg mendorong reformasi
– RUU warisan Prolegnas 2000-2004
– RUU yg mrpk revisi/amandemen antar UU yg kurang sinkron
– RUU ratifikasi perjanjian internasional
– RUU yg berorientasi pd HAM
– RUU yg mendukung pemulihan perekonomian
– RUU yg langsung menyentuh kepentingan rakyat
Prolegnas sbg mekanisme/instrumen:
 Prolegnas hasil kerjasama antara DPR dan Pemerintah
dikoordinasikan oleh DPR
 Prolegnas di lingkungan DPR dikoordinasikan oleh alat
kelengkapan DPR
 Prolegnas di lingkungan Pemerintah dikoordinasikan oleh
Menteri yg tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang peraturan perundang-undangan
V. POLITIK HUKUM (NASIONAL) FORMIL
= Cara (proses) pemerintah menentukan kebijakan yg
dipilih dalam menetapkan hk yg berlaku  Politik
Hukum Formal
 Sejalan dg pengertian PH dari Bellefroid.
dlm hal ini: proses perubahan ius constitutum (hk yg
berlaku) menjadi ius constituendum (hk yg akan
ditetapkan) utk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meliputi:
- ius constitutum
- perubahan kehidupan masyarakat
- ius constituendum
- proses perubahan ius constitutum  ius
constituendum
1. Ius Constitutum:
Ada 3 hal yg perlu dilihat:
1. apakah suatu ktt mrpk ktt hk yg berlaku ?
Kita berhadapan dg Sumber Hukum  ada 2 arti:
a. Ajaran ttg ukuran utk menentukan apakah suatu ktt
mrpkn ktt hk atau bukan
- dilihat dari isi ktt hukum (SH materiel)
- dilihat dari proses pembentukan (SH formil)
bisa melalui proses per-undang-2an, atau
kebiasaan
b. Kumpulan ktt yg dpt diterapkan oleh pengadilan:
mis: ps. 38 ay 1 ICJ
2. Kedudukan ktt hukum yg berlaku
= melihat apakah suatu ktt hk itu mrpk suatu sistem
Sistem: an orderly arrangement of elements into a whole

 Kdd suatu ktt hk dlm kehidupan masyarakat tergantung pd kdd


hk dlm sisitem hk yg berlaku dlm kehidupan masyarakat tsb.

 Kdd ktt hk dalam sisitem hukum ditentukan oleh:


- hakikat ktt hk berisi:
* prinsip hukum : bersifat umum/pokok. Lbh tinggi dr ktt hk
biasa
* hukum biasa : bersifat terinci (specified). Lebih siap utk dite-
rapkan
- sistem peraturan perundangan negara.
mis.: Indonesia, Tap MPRS No.XX-1966 jo Tap MPR No.III-2000,
Jis UU No.10 th. 2004 : ttg tata urutan peraturan perundangan
3. Arti Ktt Hk yg berlaku
= memahami isi/arti ktt hk, mempunyai akibat hk atau tdk

 Terkait disini masalah penafsiran Ktt Hk:


Menurut Starke:
- gramatikal
- obyek dan konteks ktt hk
- reasonable dan konsisten
- prinsip efektivitas
- penggunaan bahan ekstrinsik
Sudikno Mertokusumo
Penafsiran

Penemuan Hukum Argumentasi Per-analogiam


a contrario

Penemuan Hk Bebas

= metode penemuan hukum = Pembentukan hukum.


Atau proses konkritisasi atau indiviualisasi ktt
hk pd peristiwa konkrit = politik hukum
Metode Argumentasi:
- argumentum per analogiam = mencari persamaan
- argumentum a contrario = perbedaan peristiwa

Metode bebas : tdk berpijak pd ktt hk yg ada, namun


menggali ktt hukum yg ada

 macam-2 penafsiran/intepretasi:
- menurut bahasa
- teleologis atau sosiologis
- sistematis atau logis
- historis
- komparatif
- futuristis
- restriktif dan ekstensif
2. Perubahan Kehidupan Masyarakat
 Perubahan:
= suatu keadaan yg berbeda dr keadaan semula.
= masyarakat terdiri dari unsur-2. Perubahan masyarakat,
berarti terjadinya perubahan unsur-2 dlm masyarakat.
Penyebab perubahan: - krn peristiwa alam, atau
- krn keinginan manusia

 Kehidupan:
= keberadaan yg dinamik: - mungkin berkembang, atau
- mungkin berubah.
Perubahan dlm kehidupan dpt berupa:
- perubahan positif (menjadi lbh baik), atau
- perubahan yg negatif (surut menjadi lbh buruk).
• Masyarakat:

- Oppenheim: hubungan yg “ajeg” (constant) dri para individu


- Logemann: masyarakat adalah suatu verkeer tussen mensen
(skema koordinasi hub antar manusia yg ajeg).
Hubungan ajeg = institusi/lembaga
= sekmpulan perbuatan yg berkaitan dg akibat
ttu yg diterima dan dipatuhi dlm kehidupan
masy.
Mis.: jual beli, gadai, perkawinan, warisan.
Masyarakat / hubungan ajeg/Lembaga jo Perubahan: 
mengalami perubahan, yi perubahan pernilaian dalam
menerima atau mematuhi

* Masyarakat mengalami perubahan, karena adanya


perubahan nilai dan ini tak dpt dihindari (Astrid Susanto)
atau Penta rei = mengalir.
 Peran Hukum dlm Perubahan
 Droir: perubahan yg terjadi adalh perubahan yg diarah-
kan (directed social change).
Hukum mrpk salah satu instrumen perubahan
kehidupan masy. yg mempunyai kelebihan, yaitu
external power.

 Perubahan Masyarakat vs Perubahan Hukum:


1. Sejauh mana perubahan masyarakat mendapatkn
penyesuaian oleh hukum. Hukum menyesuaikan diri
dg perubahan (sifat pasif) .
2. Sejauh mana hukum berperan menggerakan
masyarakat menuju perubahan yg terencana (Sifat
aktif). Sejalan dg “ a tool of social engineering”.
 Perubahan masyarakat dan perubahan hukum kadang tdk
seimbang  kesenjangan
mis.: hukum ketinggalan dari perubahan masyarakat
masyarakat ketinggalan dari perubahan hukum

 Tanda-2 perubahan:
- kesenjangan antara keadaan, peristiwa, serta hubungan
dlm masyarakat dg hukum
- masyarakat tdk lagi merasakan adanya kewajiban-2 yg
dituntut oleh hukum

Solusi:
- Berpegang pd hk yg ada, dg merubah tingkah laku
- Merubah hk disesuaikan dg perubahan masy
- Menerima sebagian ktt hk dg juga menerima perubahan
(fivety-fivety)
Hukum menyesuaikan thd perubahan
 Grossman:
- Proses perubahan:
- beringsut
- luas atau serba meliputi
- revolusioner
 - kaidah sosial yg mengalami perubahan:
- kaidah-2 pd individu (tingkah laku individu)
- kaidah-2 pd kelompok (subsistem politik)
- kaidah-kaidah pd masyarakat (perubahan nilai)

 Das Sollen sudah jauh berbeda dengan Das Sein.


 Hukum perlu menyesuaikan dg perubahan masyarakat
Law is a tool of social engiinering
 Alat menggerakkan perubahan secara tdk langsung
 Melalui lembaga yudikatif
- progresif: hk sbg alat utk perubahan-2 sosial
- konservatif: hk utk mencegah kemerosotan
moral/nilai
 Contoh:
- Putusan MA Th. 1960: Janda sbg ahli waris
- Putusan MA Th. 1975: menghapus lembaga sandera
- Putusan MA Th. 1967: adanya uang paksa
- Putusan MK No.009/PU-III/2005 : Ps. 82 UUJN
- Putusan MK No.009-014/PU-III/2005: Ps. 16 (1) k
3. Ius Constituendum
1. Pengertian:
- Arti Harafiah: hk yg hrs ditetapkan
- Arti teknik (=polt Hk) : hasil analisis dari ius
constitutum dan perubahan kehidupan masy.
2. Bentuk ius constitundum:  Rancangan Peraturan
perundangan
3. Penetapan ius constituendum  menurut Van der Pot:
i. organ neg yg berwenang (leg., eks., yud.)
ii. tanpa cacat kehendak
iii. bentuknya sesuai dg ktt yg menjadi dasar
iv. isinya sesuai dg ktt yg menjadi dasar
4. Kekuatan hukum (bila tlh ditetapkan):
= tlh mempunyai akibat hk yg definitif (materiel) dan telah
dilalui proses (formil)
Proses dari Ius Constitutum  Ius Constituendum
 Proses: rangkaian kegiatan yg membentuk suatu
kejadian atau utk mencapai tujuan.
 Dalam konteks Polt Hukum: rangkaian kegiatan
menetapkan ius constituendum, yakni:
1. menguraikan unsur-unsur ius constitutum
2. menguraikan unsur-2 perubahan
3. menentukan trouble dlm ius constitutum
4. merumuskan permasalahan
5. menentukan data yg diperlukan
6. menganalisis data hingga menemukan alternatif
penyelesaian
7. menetapkan filter utk memilih satu alternatif
8. menetapkan kesimpulan berupa ius constituendum
Contoh Proses penetapan ius constituendum:

Indonesia menyatakan kemerdekaannya pd tgl.17


Agustus 1945. Dengan kemerdekaan tersebut telah
merubah ketentuan hukum yg berlaku atas wilayah
Hindia Belanda. Sebelum 17 Agustus 1945 ktt hukum
yg berlaku bagi penyelenggaraan pemerintahan adalah
Indische Staatsregeling (IS). Ps.1 ay.1 : “pelaksanaan
pemerintahan umum HB dilakukan oleh Gubernur
Jendral atas nama Raja, dilakukan sesuai dg ktt IS dan
dg memperhatikan petunjuk Raja”. Setelah 17 Agustus
1945, ktt hukum yg berlaku adalah UUD 1945, Ps.1 ay
2: “kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR”.
Uraikan Proses penetapan UUD 1945 dari IS, sesuai dg
bekerjanya Politik Hukum Formil
1. Menguraikan unsur-2 ius Constitutum
- IS mrpkn ktt hukum sbg pedoman dlm penyelenggara-
an pemerintahan
- pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh Gubernur
Jendral atas nama Raja  Kedaulatan ada di tangan
Raja

2. Menguraikan unsur perubahan


- peristiwa proklamasi merupakan perubahan kehidup-
an yaitu adanya keinginan masyarakat Indonesia
untuk merebut kedaulatan dari Belanda.
- rakyat indonesia ingin menjalankan kedaulatannya
sendiri
3. Menguraikan kesukaran (trouble)
- berdasarkan IS, Belanda berdaulat di
Indonesia (HB). Sbg yang menjalankan
roda pemerintahan
- berdasarkan proklamasi, bangsa Indo-
nesia berdaulat. Sbg yang menjalankan
roda pemerintahan
- tidak mungkin dlm satu wilayah ada dua
pemegang pemerintahan
4. Merumuskan permasalahan
bagaimana pengaruh proklamasi terhadap berlakunya IS di
Indonesia ?

5. Data yang dicari


- keputusan hukum (IS berikut pelaksanaannya dan
Proklamasi berikut pelaksanaannya)
- fakta
. Peristiwa proklamasi, keinginan rakyat atau bukan
. Keberadaan Belanda di Indonesia syah atau tdk
. Kemerdekaan syah atau tidak

6. Menganalisis data
menemukan bagaimana seharusnya. Ada 3 kemungkinan
- tetap memberlakukan IS (ius constitutum)
- mengadakan perubahan sesuai dg tuntutan perubahan
- mengadakan perubahan sebagian atas ius constitutum
7. Menetapkan filter
memilih salah satu alternatif dlm point 6 dg
berlandaskan pd prinsip/ktt hukum
mis; - dipilih alternatif 1 krn faktor sejarah
- dipilih alternatif 2 krn hak menentukan
nasib sendiri
- dipilih alternatif 3 krn hasil kompromi
- filternya keadilan, kepastian hukum,
kedaulatan, dsb

8. Kesimpulan
Memilih satu dari tiga alternatif dg menggunakan
filter yang ada (ius constituendum) kemudian
menetapkan pilihan
Politik Hk Nasional atas Konstitusi (UUD 1945)
= kajian terhadap kebijakan pemerintah dalam penetapan
Konstitusi (UUD 1945) pasca reformasi guna memenuhi
kebutuhan masyarakat (masyarakat berubah).

UUD asli reformasi UUD kemdian UUD amndmn


(ius consttum) (perubahan) (ius constitdum) (ius consttum baru)
UUD Asli
1. Kedltn ada di tangan rakyat dan dilakukan oleh sepenuhnya MPR
2. MPR melakukan sepenuhnya Kedltn Rakyat:
- menetapkan UUD (Ps.3)
- menetapkan GBHN (Ps.3)
- memilih Presidan dan Wk Presiden (Ps. 6 ay. 2)
- merubah UUD (Ps. 37)
3. Presiden memegang kekuasaan:
- pemerintahan (Ps. 4 ay1)
- membentuk UU (Ps. 5 ay1)
- Kepala Negara (Ps.10 – 15)
= selaku Kepala Neg dibantu DPA, Menteri, Pemth Da
4. DPR dibantu BPK mengawasi Presiden:
- membentuk UU (Ps.5 ay 1)
- menetapkan Perpu (Ps.22 ay 2)
- menetapkan APBN (Ps.23)
5. Kekuasaan kehakiman ada pd MA (Ps.24) dibantu bdn lain.
Keadaan masyarakat pd masa Reformasi
 Pd masa Orba terjadi penyalahgunaan
wewenang negara (KKN) yg dilakukan
oleh organ negara tertinggi sampai organ
negara rendahan, di segala bidang
 Keinginan masyarakat : mengembalikan
kehidupan bernegara bdsk hukum yg
berlaku dan menghapuskan KKN.
 Tuntutan reformasi, yi pembaharuan
disegala bidang, sistem kenegaraan yg
demokratis, hapuskan sentralisasi
kekuasaan, penegakan hukum
Ius Constituendum
 Merubah UUD
- sistem kenegaraan yg demokratis
- hapuskan sentralisasi kekuasaan
> antar organ di pusat
> antar organ pusat dan daerah
- penegakan hukum (jaminan penghormatan & perlindungan
HAM)
- penegasan negara hukum
- menambah peran DPR (realisasi kedaulatan rakyat)
- pelaksanaan otonomi daerah
- pengambangan kekuasaan kehakiman

 Cara dan sarana yg dipilih utk mencapai tujuan negara adalah


merubah UUD. Perubahan dilakukan sebagian demi sebagian
Amandemen I – Th.1999
 Intinya:
- mengurangi kekuasaan Presiden:
~ sbg pembentuk UU
~ sebagai kepala negara
~ sbg kepala pemerintahan
- memperkuat kekuasaan DPR  menghapus
supremasi eksekutif menjadikan supremasi
parlemen

 Pasal-Pasal yg diamandemen:
- Ps. 5 ay 1; 13 ay 2 & 3; 4 ay 1 & 2, dan Ps 20 ay 1, 2,
4 UUD
Amandemen II – Th. 2000
 Intinya:
- mengurangi kekuasaan pemerintah pusat
- memperkuat supremasi parlemen
- pertegas pengakuan & penghormatan HAM
- memperluas & meningkatkan partisipasi rakyat
(Daerah, DPD, HAM)

 Pasal-pasal yg diamandemen:
Ps. 18 ay 1- 6; Ps. 18 A 1; Ps. 18 B 1 & 2; Ps. 20
A 1 & 2; Ps. 28 A-J UUD
Amandemen III – Th.2001
 Intinya:
- menghapus wewenang MPR sbg pemegang Kedaltn rakyat
- memperkuat demokrasi (Presiden dan Wkl Presiden dipilih
langsung)
- mengurangi wewenang Presiden sbg Kep. Negara dan Kep.
Pemerintahan
- memperkuat kedudukan DPR (tak dpt dibekukan)
- penetapan DPD sbg perwakilan propinsi
- penetapan BPK sbg badab yg mendiri. Hasil pemeriksaannya
diserahkan pd DPR, DPR, DPRD utk ditindak lanjuti
- Pengembangan Kekuasaan kehakiman menjadi MA, MK,
dam KY

 Pasal-pasal yg amandemen:
Ps. 1 ay 2 – 3; Ps. 3 ay 1, 3, 4; Ps. 6 A 1; Ps. 7 A; Ps. 7 B 1; Ps. 7
C; Ps. 17 C 1-2; Ps. 22 D 1-3; Ps. 23 E 1 – 3; Ps 23 F 1; Ps 24
2;Ps. 24 A 3; Ps. 24 B 1, 3; Ps. 24 C 1 – 2 UUD
Amandemen IV – Th. 2002
 Intinya:
- MPR terdiri dari DPR dan DPD
- bila Presiden dan Wapres berhalangan dilakukan oleh
Menlu, Mendagri, dan Men Han
- Pembentukan Dewan Pertimbangan oleh Presiden
- Penetapan Bank sentral

 Pasal-pasal yg diamandemen:
Ps. 2; Ps. 8; Ps. 11 1; Ps. 16; Ps. 23 D
VI. Politik Hukum Kenotariatan
 Politik Hukum
= bagian dr ilmu hukum yang mengkaji kebijakan pemerintah
dlm menetapkan hk yg berlaku.

Materiel: yg menjadi dasar


kebijakan
Politik Hukum - tujuan
- pemikiran (ide/cita-2)
- Keberadaan sistem hukum saat itu
- arah kebijakan yg ditempuh

Formil: Cara / proses penetapan hk


- ius constitutum
- perubahan kehidpn masy
- ius constitendum
- proses perubahan
Pengertian dan Ruang lingkup Hk. Kenotariatan
 Istilah:
- Notarius = orang yg menjalankan pekerjaan menulis
= orang yg mencatat dg tulisan cepat
= sebutan bg penulis pribadi Raja (Notarii)
= sebutan untuk pegawai istana yg melaksanakan
pekerjaan administratif
- Notarii  pejabat yg menjalankan tugas utk pemerintah namun
tdk melayani umum (publik)
- Tabelliones: yg menjalankan pekerjaan sbg “penulis” utk publik
yg membutuhkan keahliannya  tdk mempunyai sifat
jabatan Negeri  surat yg dibuatnya tdk mempunyai
sifat otentik  di bawah pengawasan Kehakiman.
Latar Belakang sejarah
 Pada masa Pemerintahan Paus:
- Tebelliones, mengalami kemunduran
- Notarii, mengalami kemajuan. Tugasnya, bekerja utk
gereja dan diangkat oleh gereja utk melayani publik.
 Pd masa Lombardia (Itali):
- Notarii kerajaan dipilih dari tabelliones  tabellio
diganti notarius
- notarius = cancellarius = scabini ditempatkan pd
Pengadilan derah Graaf (Bupati), dg tugas pokok
mencatat sgl sesuatu di pengadilan
Syarat pengangkatan:
- nama baik
- cakap hukum
- tdk akan membuat surat rahasia/palsu
- Notarii dan tabellanot tergabung dlm Corporatie
yg diangkat oleh Pemerintah  mrk diberi
wewenang membuat akta-2 pengadilan
maupun akta-2 di luar pengadilan.

- kekuatan pembuktian akta-2 tsb didasarkan pd


hk kebiasaan (=ada klausula bahwa akta-2 tsb
hrs dipercaya dan didasarkan atas
kesaksian di bawah sumpah), tdk diatur dlm
peraturan perundangan, sampai di buatnya
peraturan ttg notariat di Perancis
 Latar belakang sejarah di Indonesia
- Perancis: Loi organique du notariat, 1810  jadi sumber De
Wet op het Notarisambt, 1842 (Nederland)  asas
concordantie melahirkan Reglement op het Notarisambt 1860
(Stb. 1860 No.3), untuk HB atau Indonesia

- Sejarah Notariat di Indonesia mengikuti Hukum Notariat di


Nederland (asas concordantie). Sdgkn hukum Notariat di
Nederland mengoper hukum notariat dari Perancis.

- Notariat di Indonesia dikenal sejak jaman Belanda, bg mrk yg


tunduk pd hk Eropa (B.W).
- bg pribumi yg buat perjanjian di hadapan notaris, berarti
tunduk pd BW.
- setelah Indonesia merdeka, lembaga notariat secara diam-
diam telah dioper oleh dan menjadi lembaga hukum Indonesia
 Peraturan perundangan yg (pernah) ada di bidang Notariat:
- 1822, Instructie voor de Notarissen
= notaris adalah Pejabat umum (publiek ambtenaar)
yg bertugas utk membuat akta-2 dan kontrak-2
- Stb. 1860 No.3 “Reglement op het notarisambt”=Pera-
turan Jabatan Notaris
- Ordonantie 16 September 1931 ttg Honorarium Notaris
- UU No. 33 – 1954, ttg Wakil Notaris dan Wakil Notaris
Sementara
- UU No.5 Th. 2004 ttg perubahan atas UU No.14
Th.1985 ttg MA
- UU No.8 Th.2004 ttg perubahan atas UU No.2 Th.1986
ttg Peradilan Umum
- PP No.11 Th.1949 ttg Sumpah/janji Jabatan Notaris
Pengertian Hukum Notariat

 Arti sempit (Soegondo Notodisoerjo):


= pd dasarnya mengatur kekuatan pembuktian dari akta
Notaris, sebagaimana trdpt dlm pasal 1868 dan pasal
1870 BW

Psl. 1868: Akta otentik adl akta dlm bentuk yg dittkn UU,
dibuat oleh atau dihadapan pegawai-2 umum yg berkuasa
utk itu di tempat dmn akta dibuatnya.
Psl. 1870: akta otentik memberikan di antara para pihak
beserta ahli warisnya atau orang yg mendapat hak dr mrk,
suatu bukti yg sempurna ttg apa yg dimuat di dlmnya
 Arti luas:
keseluruhan dari ketentuan/peraturan
yang mengatur tugas dan kewenangan
Notaris

Bagaimana dg ke-PPAT-an:
= pada dasarnya bukan mrpk bagian tugas
notaris (PPAT khusus utk jual-beli dg
obyek tanah)
Politik Hk (Kenotariatan) materiel
A. Tujuan:
= guna menjamin kepastian hukum ttg kedudukan, tugas,
wewenang, hak dan kewajiban, formasi, serta produk dari
Notaris
> Kedudukan: sbg pejabat umum negara
> tugas: melaksanakan sebagian tugas negara/pemerintah
dlm bidang hukum
> wewenang : membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana diberikan oleh UU (Ps.1 ay.1 jo. Ps. 15 UUJN)
akta Otentik: - dibuat dan diresmikan dlm bentuk hk/uu
(Ps.1868 BW) - dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum
yg berwenang
- di tempat pejabat umum yg berwenang
akta Otentik  alat bukti yg sempurna (Ps.1870 BW)
 Sifat otentik Akta Notaris  krn dibuat oleh pejabat
umum

 Beda antara Akta Otentik dg Akta di bawah tangan:


- Akta otentik, dijamin kepastian tanggalnya
Akta di bawah tangan, tdk ada kepastian tanggalnya,
kecuali bila tlh dilegalisir oleh notaris
- Akta otentik, memiliki minute akta. Bila salinan hilang,
notaris bisa membuatkan salinannya.
Akta di bawah tangan, yg tlh dilegalisir bila hilang,
notaris tdk bisa membuatkan salinannya
Kewenangan Notaris (Pasal 15 UUJN)

 Ayat 1:
wenang membuat akta otentik mengenai:
- semua perbuatan, perjanjian, dan
- ketetapan sebagaimana diharuskan undang-2 atau atas
kehendap para pihak
- menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
- menyimpan akta
- memberikan grosse, salinan dan kutipan akta
 Ayat 2
semuanya itu sepanjang tidak ditugaskan atau
dikecualikan kpd pejabat lain, sbgmn ditetapkan UU
Pasal 15 Ayat 3: UUJN
 mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian
tanggal surat di bawah tangan, dg mendaftar dlm buku
khusus,
 Membukukan surat di bawah tangan dg mendaftar dlm
buku khusus,
 Membuat kopi dari asli surat-2 di bawah tangan berupa
salinan
 Mengesahkan kecocokan fotokopi dg surat aslinya
 Memberikan penyuluhan hukum sehubungan pembuatan
akta
 Membuat akta berkaitan dg pertanahan ?
 Membuat akta risalah lelang
 Legalisasi: pengesahan oleh pejabat umum yg berwenang
(Notaris) thd. Akta di bawah tangan
Pengesahan meliputi:
- kebenaran tanda tangan para pihak
- kebenaran ttg tanggal yang tertera
- jaminan bhw pihak-2 tlh mengetahui isi surat tsb.
- Notaris ikut bertanggung jawab atas isi surat tsb

 Akta di bawah tangan yg telah dilegalisir akankah berubah


menjadi akta otentik ?

 Akta yg tdk dilegalisir:


- tetap dpt sbg alat bukti, sepanjang tdk disangkal
kebenarannya
- masih dibutuhkan adanya pengakuan dr para pihak
 Waarmerking (pendaftaran):
- Notaris hanya mendaftar surat yang diajukan padanya
- Surat tersebut sudah dibuat dan ditanda-tangani oleh
pihak-2
- Notaris tdk bertanggung jawab atas apa yg telah
didaftar (isi surat, pihak-2, dan tanggal pembuatan)

 Arti pentingnya:
- pembuktian, sbg alat bukti yg kuat
- bila belum didaftar dapat disangkal keberadaannya
> Produk: akta notaris (akta verbal dan akta partij)
Relaas Acte/Akta Pejabat:
- akta yang dibuat oleh notaris, bdsk keterangan,
kesaksian atau alat bukti yg ada
- sah, apabila ada salah satu pihak yg tdk tanda-
tangan dan disebutkan alasannya oleh notaris
Yg bertanda tangan dibawah ini ……. (Surat
keterangan waris).
Saya……Notaris di ……berada ditempat….atas
permintaan dr (berita acara dlm RUPS).
Partij Acte/Akta partij:
- akta yang dibuat dihadapan notaris, bdsk
keterangan dan kemauan para pihak dan
kesepakatan para pihak
- tdk sah, apabila salah satu pihak tdk
menanda tangani, dg alasan yg tdk kuat
Menghadap kepada saya, …..Notaris
di….bertempat di tempat…(akta
dading/perdamaian)
B. Ide/Cita-cita:
Ide/Cita-2 Hukum kenotariatan harus sejalan dg cita-cita
hukum, yaitu:
- mewujudkan integritas bangsa
- wujudkan keadilan sosial
- mewujudkan kedaulatan rakyat
- mewujudkan toleransi
= terciptanya alat bukti (dlm hal ini akta otentik) yang
kuat dalam lalu lintas hukum
= terciptanya kepastian hukum, ketertiban masyarakat,
dan terpenuhi perlindungan hukum
= terciptanya kepastian hak dan kewajiban para pihak
C. Keberadaan Sistem hukum

 Politik Hukum: kebijakan dasar pemerintah dalam bidang


hukum  melahirkan sistem hukum nasional
 Sistem: an orderly arrangement of elements into a whole
 Hukum Nasional: UUJN mrpk peraturan perundangan yg
dibentuk dan dilaksanakan utk mencapai tujuan, dasar,
dan cita-2 hukum suatu negara
 Sietem hukum nasional : sistem hukum yg berlaku di
seluruh Indonesia yg meliputi semua unsur hukum
 Hk Kenotariatan (akta notaris)  bagian sistim HN:
- UUJN mrpkn bagian dr HN (dlm kerangka sistem HN)
- keberadaan/pengangkatan sesuai dg HN
- melaksanakan sebagian tugas neg di bidang hk
- aktanya berlaku di seluruh wilayah Ind
Fakta yang ada dalam masyarakat:
- adanya dualisme hukum
Anglo-Saxon: notaris hanya sbg legalisator saja
Eropa Kontinental : notaris dibekali dg pengetahuan
hukum
- pluralisme hukum:
hukum adat, hukum islam, hukum barat
terdapatnya berbagai peraturan perundangan di bidang
kenotariatan, yg sebagian produk kolonial perlu
diciptakan unifikasi hukum kenotariatan Hk nasional,
yang dewasa ini adalah UU No.30 Th.2004 Ttg Jabatan
Notaris

# Peraturan perundangan di bidang kenotariatan mrpkn


bagian dr Hukum Nasional  Hukum Prismatik
D. Arah kebijakan yg ditempuh

 Politik Hukum Hukum tujuan neg, cita-2 hk

Prolegnas (disusun oleh DPR ber-sama-2 Pemth)


= wadah PH (Ps.15 UU No.10-2004: perenca-
naan UU dilakukan dlm Prolegnas

arah kebijakn
rencana materi
Potret PHN prioritas
mekanisme/instrumen
 Arah kebijakan yang di tempuh dlm PH
Kenotariatan:
- mewujudkan unifikasi hukum di bidang kenotariatan,
yaitu mengadakan pembaharuan dan pengaturan
kembali ttg jabatan notaris
- menggantikan peraturan perundangan produk kolonial
dg produk hukum nasional  UUJN
- mengatur secara rinci tentang kedudukan notaris
sebagai pejabat umum
- mengatur secara rinci tentang tugas dan wewenang
notaris
- mengatur secara rinci tentang bentuk, sifat, dan
macam akta notaris

Untuk selanjutnya bisa dipelajari UU No.30 Th.2004 ttg UUJN


Politik Hukum Formil Kenotariatan

 Cara atau proses pemerintah menentukan kebijakan yg dipilih


dalam menetapkan hk yg berlaku

 Sejalan dg pengertian PH dari Bellefroid.


dlm hal ini: proses perubahan ius constitutum (hk yg berlaku)
menjadi ius constituendum (hk yg akan ditetapkan) utk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meliputi:
- ius constitutum
- perubahan kehidupan masyarakat
- ius constituendum
- proses perubahan ius constitutum  ius constituendum
Ius Constitutum
= ketentuan hukum yang berlaku
- 1822, Instructie voor de Notarissen
= notaris adalah Pejabat umum (publiek ambtenaar)
yg bertugas utk membuat akta-2 dan kontrak-2
- Stb. 1860 No.3 “Reglement op het notarisambt” = Pera-
turan Jabatan Notaris
- Ordonantie 16 September 1931 ttg Honorarium Notaris
- UU No. 33 – 1954, ttg Wakil Notaris dan Wakil Notaris
Sementara
- UU No.5 Th. 2004 ttg perubahan atas UU No.14
Th.1985 ttg MA
- UU No.8 Th.2004 ttg perubahan atas UU No.2 Th.1986
ttg Peradilan Umum
- PP No.11 Th.1949 ttg Sumpah/janji Jabatan Notaris

 RUU ttg Jabatan Notaris sblm th 2004 mrpkn ius constituendum,


namun saat ini mrpk ius constitutum.
Perubahan Kehidupan

Sejak jaman HB  kemerdekaan


Berkaitan dg:
 Proklamasi atau reformasi

 Kebutuhan akan kepastian hukum

 Kebutuh alat bukti yang kuat

 Kebutuhan jaminan perlindungan hk

 Perkembangan dalam bidang dunia usaha


Ius Constituendum
1. Pengertian:
- Arti Harafiah: hk yg hrs ditetapkan
- Arti teknik (=polt Hk) : hasil analisis dari ius
constitutum dan pertubahan kehidupan masy.
2. Bentuk ius constituendum:  Rancangan peraturan
perundangan
3. Penetapan ius constituendum  menurut Van der Pot:
i. organ neg yg berwenang (legislatif, eksekutif, yudikatif)
ii. tanpa cacat kehendak
iii. bentuknya sesuai dg ktt yg menjadi dasar
iv. isinya sesuai dg ktt yg menjadi dasar
4. Kekuatan hukum:
= mempunyai akibat hk yg definitif (materiel) bila telah dilalui
proses pembentukannya (formil)
Ius Constituendum Kenotariatan
 Pada masa HB  Stb. 1860 No.3 “Reglement op het
notarisambt”=Peraturan Jabatan Notaris

 Pada masa kemerdekaan:


Stb. 1860 No.3 Perubahan RUUJN UUJN
(ius constitutum) (ius constituendum)

- Bentuknya : R Undang-Undang (RUU JN)


- Yg menetapkan : organ negara yg berwenang (Legs & Ekstf)
- Statusnya : Peraturan-perundangan yg sah
- Akibat Hukum : dipenuhi syarat materiel dan formil

 Ius Constitutum : UU No.30 Th.2004 = UUJN


Proses Perubahan Ius Constitutum  Ius
Constituendum
 Proses: rangkaian kegiatan yg membentuk suatu
kejadian atau utk mencapai tujuan.
 Dalam konteks Polt Hukum: rangkaian kegiatan
menetapkan ius constituendum, yakni:
1. menguraikan unsur-unsur ius constitutum
2. menguraikan unsur-2 perubahan
3. menentukan trauble dlm ius constitutum
4. merumuskan permasalahan
5. menentukan data yg diperlukan
6. menganalisis data hingga menemukan alternatif
penyelesaian
7. menetapkan filter utk memilih satu alternatif
8. menetapkan kesimpulan berupa ius constituendum
Contoh PH Formil Kenotariatan

Patrio adalah notaris senior di kota X, di Indonesia.


Banyak kegiatan Patrio yang tidak bisa dilakukan
berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris yg ada (Stb.1860
No.3), karena peraturan tsb sdh tdk sesuai lg dg
keadaan dan kondisi Indonesia saat ini. Seperti adanya
jabatan Gubernur Jendral, nilai uang menggunakan
Golden, Pengawasan Notaris oleh Pengadilan, dsb.
Untuk menampung kepentingan Patrio tsb dan
berdasarkan kebutuhan dari notaris pada umumnya di
Indonesia, maka pada menjelang akhir tahun 2004
ditetapkanlah UU No.30 Th.2004, ttg UUJN. Dalam UUJN
tsb pemberian ijin cuti dan pengawas notaris diberikan
dan dilakukan oleh Majelis Pengawas, nilai mata uang
adalah Rupiah, dsb.
1. Menguraikan unsur-2 ius Constitutum
- Stb. 1860 No. 3 mrpkn ktt hukum dlm penyelenggaraan
tugas-tugas notaris (Ktt hukum yang berlaku)
- Stb. 1860 No. 3 mrpkn ktt hukum produk HB (mrpka
bagian sistem hukum HB)

2. Menguraikan unsur perubahan


- adanya keinginan masyarakat Indonesia untuk
membentuk hkm sendiri di bidang kenotariatan, sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat yang ada.
- pemerintah Indonesia ingin membentuk peraturan
kenotariatan disesuaikan dg sistem hukum Indonesia

3. Menguraikan ketidak sesuaian (trouble)


- beberapa ketentuan dlm Stb.1860 No.3 tidak sesuai dg
sistem hk nasional
- beberapa ketentuan dlm Stb.1860 No.3 tdk sesuai
dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia
4. Merumuskan permasalahan
bagaimana pengaruh tuntutan masyarakat terhadap berlakunya
Stb.1860 No.3 di Indonesia ?

5. Data yang dicari


- keputusan hukum (Stb.1860 No.3 berikut pelaksanaannya)
- fakta, misal
. Pengawasan terhadap notaris oleh pengadilan dirasa
kurang efektif, kurang bisa menampung aspirasi masya-
rakat
. Usia dewasa kurang mencerminkan keadaan yg senya-
tanya
. Nilai mata uang yg sudah berubah

6. Menganalisis data
menemukan bagaimana seharusnya. Ada 3 kemungkinan
- tetap memberlakukan Stb.1860 No.3 (ius constitutum)
- mengadakan perubahan sesuai dg tuntutan perubahan
- mengadakan perubahan sebagian atas ius constitutum
7. Menetapkan filter
memilih salah satu alternatif dlm point 6 dg berlandaskan
pd prinsip/ktt hukum
mis; - dipilih alternatif 1 krn faktor sejarah
- dipilih alternatif 2 krn disesuaikan dg
tuntutan/kebutuhan masyarakat
- dipilih alternatif 3 krn hasil kompromi
- filternya keadilan, kepastian hukum,
kedaulatan, dsb

8. Kesimpulan
Memilih satu dari tiga alternatif dg menggunakan filter
yang ada kemudian menetapkan pilihan (ius
constituendum)

Anda mungkin juga menyukai