Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Oktaviani Angella Budiman
11-2015-418

Pembimbing :
dr.Ahmad Fanani, Sp. B

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 20 Agustus – 28 Oktober 2017
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta
Identitas Pasien

Nama lengkap : Tn.J Jenis kelamin : Laki-laki

Umur: 38 tahun Suku bangsa : Betawi

Pekerjaan : Buruh Agama : Islam

Alamat : Jalan Reformasi Blok Status perkawinan : Menikah


C No 106
Tanggal masuk rumah sakit :
09-09-2017
Anamnesis
Diambil dari:
Autoanamnesis, Tanggal : 11 September 2017, Jam
: 13.00 WIB
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang
lalu.
Keluhan Utama:
Demam, mual, sulit BAB dan buang angin,
nafsu makan berkurang
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS
• nyeri pada perut bagian kanan bawah, terus-menerus,
seperti ditusuk-tusuk. Nyeri awalnya berasal di sekitar ulu
hati dan kemudian berpindah ke perut kanan bawah.
1 hari SMRS
• nyeri belum berkurang, demam (+), mual tetapi tidak
muntah, sulit BAB serta buang angin, tidak bisa tidur dan
tidak ada nafsu makan.
1 jam SMRS
• nyeri perut kanan bawah dirasakan semakin memberat,
demam dan mual juga tidak menghilang, terakhir kali BAB
tadi pagi, berwarna kekuningan, konsistensi lunak, buang
air kecil lancar tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Appendisitis (-), Riwayat Darah Tinggi
(-), Riwayat Sakit Jantung (-), Riwayat Diabetes
Mellitus (-), Riwayat Operasi (-), Riwayat Trauma (-),
Riwayat Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Appendisitis (-), Riwayat Darah Tinggi
(-), Riwayat Sakit Jantung (-), Riwayat Diabetes
Mellitus (-), Riwayat Operasi (-), Riwayat Trauma (-),
Riwayat Asma (-)
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tek. darah : 100/66 mmHg
Nadi : 72x/menit, reguler, kuat angkat
Nafas : 22x/menit
Suhu : 37,3ºC
SO2 : 98%
Berat badan : 66 kg
Tinggi badan : 165 cm
Status Generalis
Kepala : Normocephali, tidak terdapat benjolan ataupun lesi, distribusi rambut
merata warna hitam, rambut tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil isokor diameter 3mm/3mm, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-,
edema palpebra -/-, refleks cahaya +/+
Hidung : Deviasi (-), darah (-), secret (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Nyeri tekan tragus (-), serumen (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
Leher : Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
maupun kelenjar tiroid, tidak terdapat retraksi suprasternal, tidak
terdapat hipertrofi otot sternocleidomastoideus, JVP 5-2 cmH2O.
Toraks dan Pulmo :
Inspeksi : Bentuk thorax normal, pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, tipe pernapasan abdominotorakal, tidak ada
retraksi sela iga
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak ada pelebaran sela iga
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Status Generalis
Cor :
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 1cm lateral linea
midclavicula sinistra
• Perkusi
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dekstra
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS V, 2 jari medial dari linea
aksilaris anterior kiri.
Batas bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
• Auskultasi : BJI-II murni regular, murmur(-), gallop (-)
Status Generalis

EKSTREMITAS Superior Inferior


Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Akral Hangat -/- -/-
Clubbing Finger -/- -/-
Permukaan Kuku Pucat -/- -/-
Status Generalis
EKSTREMITAS Dextra Sinistra
SUPERIOR
Otot : Tonus Normotonus Normotonus
Sendi Pergerakan baik, tahanan (-) Pergerakan baik, tahanan (-)
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan +++++ +++++

EKSTREMITAS Dextra Sinistra


INFERIOR
Otot : Tonus Normotonus Normotonus

Sendi Pergerakan baik, tahanan (-) Pergerakan baik, tahanan (-)

Gerakan Bebas Bebas

Kekuatan +++++ ++++


Status Generalis
EKSTREMITAS Dextra Sinistra
SUPERIOR
Otot : Tonus Normotonus Normotonus
Sendi Pergerakan baik, tahanan (-) Pergerakan baik, tahanan (-)
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan +++++ +++++

EKSTREMITAS Dextra Sinistra


INFERIOR
Otot : Tonus Normotonus Normotonus

Sendi Pergerakan baik, tahanan (-) Pergerakan baik, tahanan (-)

Gerakan Bebas Bebas

Kekuatan +++++ ++++


Status Lokalis

Inspeksi : simetris dan sedikit membuncit


Palpasi : massa (-), defans muscular (+), nyeri tekan kuadran
kanan bawah(+), Bloomberg sign (+), Rovsing sign (+)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-) undulasi (-), nyeri ketok CVA
(-), pekak hati(-)
Auskultasi : BU (+), hiperperistaltik.
Uji tambahan : psoas sign (+), obturator sign (+)
Pemeriksaan Penunjang

• Leukosit 24.820
• Urin keruh
• Silinder urin 1+.
Resume
Pasien Tn. J, usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah sejak dua hari yang lalu. Keluhan
nyeri perut kanan bawah disertai dengan demam, nafsu
makan yang menurun, mual serta sulit BAB dan buang
angin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 100/66 mmHg, nadi 72 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 37,30 C. Pada status lokalis abdomen di
dapatkan nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (+),
rovsing sign (+), blumberg sign (+), psoas sign (+),
obturator sign (+). Pada pemeriksaan labolatorium
didapatkan jumlah leukosit 24.820, urin keruh serta
silinder 1+.
Diagnosis
Diagnosis Kerja Banding

• Appendisitis Akut • Batu ureter


• Demam dengue
• Gastroenteritis
• Demam tifoid
Tatalaksana
• Infus RL 20 tetes / menit
• Injeksi ceftriaxone 1x2 gr IV
• Injeksi ranitidin 2 x 25 mg IV
• Injeksi ketorolac 2 x 30 mg IV
• Pro : apendiktomi
• Puasa pre operasi
Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Anatomi Appendiks
• Appendiks merupakan suatu organ limfoid
seperti tonsil, membentuk IgA.
• Appendiks merupakan lanjutan caecum,
pangkal appendiks muncul pada bagian
posteromedial caecum ± 2.5 – 3.5 di bawah
katup illiocaecal.
• Bentuk: tabung
• Panjang: 10 cm (kisaran 3-15 cm)
• Diameter: 0,5-1 cm
Anatomi Appendiks
Anatomi Appendiks
• Dinding appendiks:
– Mukosa
– Submukosa
– Muscularis
– serosa
• Vascularisasi:
– A. appendikularis
• Cbg dr A. ileocolica

a. Appendikularis a. ileocaecal
Anatomi Appendiks (con’t)
• Persarafan parasimpatis : berasal dari
cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterika superior dan
a.appendikularis.
• Persarafan simpatis:berasal dari
n.torakalis X.
Definisi
Appendisitis adalah proses radang appendiks
vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering
Epidemiologi
• Insidens: lebih banyak di negara maju
• Insidens tertinggi: umur 20-30 thn
Etiologi
• Obstruksi lumen merupakan penyebab utama
appendisitis
• Obstruksi disebabkan oleh:
– Fekalit
– Hiperplasia kelenjar lymphoid
– Parasit  E.histolytica
– Cacing  Ascaris
– Benda asing
– Tumor atau perlekatan
Patogenesis
Sumbatan Sekresi berkumpul
lumen dalam lumen

Hambatan tekanan
Edema
aliran lymphe intra luminal

Peregangan Nyeri
serosa appendix periumbilikalis
Patogenesis
Tekanan   Aliran darah Iskhemia

Peradangan
serosa

Bakteri 

Nyeri somatik / nyeri kuadran bawah


Patogenesis
Bila lumen terbentuk pus
Manifestasi Klinis

• Nyeri abdominal diffuse daerah umbilikus dan


periumbilikalis
• 4 – 6 jam kemudian  nyeri kwadran bawah
(titik Mc.Burney) dan demam subfebris
• Anoreksia, nausea dan muntah
• Terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang
terjadi diare
Manifestasi Klinis
• Gejala berdasarkan klasifikasi usus buntu:
– Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)
– Penyakit Radang Usus Buntu kronik
Manifestasi Klinis
• Gejala berdasarkan letak:
– Bila letak appendiks retrocaecal retroperitoneal,
yaitu di belakang sekum (terlindung oleh sekum)
– Bila appendiks terletak di rongga pelvis
Pemeriksaan fisik
 Demam subfebris: 37,5-38,5oC.
– Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi
perforasi.
 Inspeksi:
– Penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut.

– Appendisitis akut abdominal swelling


• Nyeri tekan pada perut kanan bawah (Mc.
Burney)
• Defans muscular lokal menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietal.
• Nyeri lepas
• Pada appendiks letak retroperitoneal, defans
muscular mungkin tidak ada, yang ada nyeri
pinggang.
• Rovsing Sign
• Blumberg Sign
• Peristaltik usus: normal
– peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
pada peritonitis generalisata akibat
appendisitis perforata.
• Psoas Sign
• Obturator Sign
• RT: nyeri arah jam 9 – 12
Pemeriksaan Laboratorium
• Leukositosis ringan
– >13.000/mm3: appendisitis perforasi
– Tidak adanya leukositosis tidak menyingkirkan
appendisitis.
– Diff count: shift to the left
• Urin: sedimen normal
– terdapat leukosit & eritrosit > dari normal bila
appendiks yang meradang menempel pada
ureter atau vesika.13
Pemeriksaan Radiologi
• Foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil
anamnesa atau pemeriksaan fisik meragukan.
• Gambaran perselubungan mungkin terlihat
”ileal atau caecal ileus” (gambaran garis
permukaan air-udara dicaecum atau ileum).
• Patognomonik bila terlihat gambar fekalit.13
USG
• Appendiks normal sering tak terlihat
• Kriteria diagnosis appendiks akut :
– Diameter appendiks > 6 mm
– Atau adanya appendikolith
• Appendisitis akut  doughnut sign (cincin
hiperechoic dikelilingi cincin hipoechoic)
• Periappendicular infiltrat  massa dengan echo
struktur inhomogen; batas tak jelas
• Periappendicular abcess  lesi anechoid
CT-Scan
• Pada CT Scan khususnya appendiceal CT,
lebih akurat dibanding USG.
• Selain dapat mengidentifikasi appendiks
yang mengalami inflamasi (diameter
lebih dari 6 mm) juga dapat melihat
adanya perubahan akibat inflamasi pada
periappendiks.
Diagnosis Banding
• Gastroenteritis
• Demam dengue (DHF)
• Demam Typhoid
• Infeksi panggul
• Kehamilan di luar kandungan
• Urolitiasis pielum/ureter kanan
• Penyakit saluran cerna lainnya.
Penatalaksanaan
• Appendiktomi
– Cito : akut, abses & perforasi
– Elektif : kronik
• Bila diagnosis klinis sudah jelas maka
tindakan paling tepat adalah appendektomi
dan merupakan satu-satunya pilihan yang
terbaik
Penatalaksanaan
• Appendiktomi, yang dapat • Lapisan kulit yang dibuka
dicapai melalui insisi Mc pada Appendektomi :
Burney – Cutis
• Tindakan pembedahan – Sub cutis
pada kasus apendisitis akut – Fascia Scarfa
dengan penyulit peritonitis – Fascia Camfer
berupa appendektomi yang – MOE
dicapai melalui laparotomi – Aponeurosis
– MOI
– M. Transversus
– Fascia transversalis
– Pre Peritoneum
– Peritoneum
Penatalaksanaan
• Terapi konservatif pada periappendikular
infiltrat :
– Total bed rest posisi fowler
– Diet lunak bubur saring
– Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi,
antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman
aerob dan anaerob.
– Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja.
Komplikasi
• Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah
perforasi,
• Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal
ataupun suatu peritonitis generalisata.
• Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena
bakteri masuk kerongga abdomen, dapat
menyebabkan kegagalan organ dan kematian
Komplikasi
• Appendicular infiltrate
• Appendicular abscess
• Perforasi
• Peritonitis
• Syok septik
• Mesenterial pyemia dengan Abscess Hepar
• Gangguan peristaltik
• Ileus
Prognosis
• Dengan diagnosis yang akurat serta
pembedahan tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil.
• Keterlambatan diagnosis  morbiditas &
mortalitas bila terjadi komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai