Anda di halaman 1dari 59

CASE REPORT SESSION

TETANUS

O L E H : D R . D E N O K KO S A S I
P E M B I M B I N G : D R . A W A L U D I N N , S P. S
PENDAMPING : DR. HJ. SUMARMI
IDENTITAS

Tn. D Laki-laki, 65 tahun Menikah Sunda

Taraju, RT/RW
07/02,
Petani Islam
Sindangagung,
Kuningan
ANAMNESIS Alloanamnesis
IGD RSUD 45 KUNINGAN dan
26 APRIL 2018 PUKUL 09;45 autoanamnesis
WIB

Keluhan utama Keluhan tambahan

• Kaku pada leher dan • Sulit menelan


jari-jari tangan kanan • Sulit membuka mulut
• Perut dan punggung
kaku
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• Luka pada tangan • Demam dan • Leher dan Jari-jari • Keluhan semakin
kanan menggigil  tangan kanan kaku memberat
• Menusuk luka berobat ke mantri  berobat ke • Sulit membuka
dengan peniti mantri mulut , perut serta
• Disarankan ke RS punggung kaku
• Luka berulang dicuci
dengan air sawah tetapi pasien tidak • Sulit dan nyeri
mau menelan

1 bulan SMRS 7 hari SMRS 4 hari SMRS 1 jam SMRS


Hipertensi (-) Stroke (-) Merokok (+)

Riwayat kebiasaan
Riwayat penyakit
keluarga
Riwayat penyakit
dahulu

Stroke (-) Kencing manis (-) Konsumsi kopi (+)


Kencing manis (-) Darah tinggi (-) Konsumsi alkohol (-)
Asma/alergi (-) Asma/alergi (-) Makan makanan
Operasi sebelumnya (-) Batuk lama atau penyakit bersantan dan gorengan
kronis (-) (+)
Penyakit jantung (-)
Penyakit ginkjal (-) Penyakit jantung dan ginjal
(-)
Kejang (-)
ANAMNESIS SISTEM

Sistem Sistem Sistem


serebrospinal kardiovaskular pernapasan
• Demam (-) • Jantung berdebar • Batuk (-)
• Kejang (-) (-) • Pilek (-)
• Sakit kepala (+) • Nyeri dada (-) • Sesak nafas (-)
• Hemiparese (-) • Hipertensi (-)
• Sulit bicara (+)
Sistem Sistem Sistem Sistem
gastrointestinal urogenital Intuegumen muskuloskeletal
• Mual (-) • BAK lancar • Ruam-ruam (- • Nyeri dan
• Diare (-) • Nyeri (-) ) kaku pada
• Perut kaku • Panas (-) • Kemerahan (- pada leher,
(+) ) perut,
• Dapat
• Gatal (-) punggung
• Sulit BAB menahan BAK
dan jari-jari
(+) • Ulkus pada
tangan
• Sulit tangan
kanan (+)
menelan (+) kanan (+)
U L K U S A . R M A N U S D E X T R A PA DA PA S I E N
PEMERIKSAAN FISIK TANGGAL 26 APRIL 2018
DI IGD RSUD 45
KUNINGAN
PUKUL 10.00 WIB
K E A DA A N U M U M

• Kesadaran : ComposMentis • Habitus : Atletikus


• Keadaan umum: Tampak sakit • Mobilitas : Aktif
sedang
• Kesan gizi : Kesan gizi cukup • Umur sesuai taksiran : Sesuai dengan
usia sebenarnya
• Sianosis : -
• Ikterik : - • Cara berjalan : -
• Dehidrasi : - • Cara berbaring/duduk : Aktif
• Ascites : - • Cara berbicara : -
• Edema : - • Sikap pasien : Kooperatif
dengan pemeriksa
K UL I T
• Warna : Sawo matang
• Efloresensi : Ulkus a.r dorsum
manus dextra
• Ptekie : Tidak ada
• Jaringan parut : Tidak ada
• Pertumbuhan rambut : merata
A S P E K K E J I WA A N
• Suhu raba : hangat
• Tingkah laku : Tenang • Keringat : tidak ada
• Alam perasaan : Biasa • Lapisan lemak : sedikit
• Proses pikir : Wajar • Oedem : tidak ada
• Pigmentasi : merata
• Ikterus: tidak ada
• Lembab/kering : Lembab
• Pembuluh darah : tidak melebar
• Turgor : Baik
• Sianosis :-
K E L E N J A R G E TA H B E N I N G
K E PA L A
• Preaurikuler : tidak teraba membesar
• Retroaurikuler: tidak teraba membesar • Ekspresi wajah : Risus sardonicus (+)
• Simetri muka : Simetris
• Submandibula : tidak teraba membesar
• Bentuk : Normocephali
• Submental : tidak teraba membesar
• Rambut : Hitam, distribusi merata,
• Leher : tidak teraba membesar tidak mudah dicabut
• Supraklavikula: tidak teraba membesar
• Inguinal : tidak dilakukan
• pemeriksaan
• Axilla : tidak teraba membesar
M ATA TELINGA
• Exophthalamus : Tidak ada
• Enopthalamus : Tidak ada • Bentuk : Normotia
• Kelopak : Oedem ( - ) • Membran timpani : +/+
• Lensa : Jernih • Liang telinga : lapang
• Sklera : Ikterik (-) • Penyumbatan : -/-
• Gerakan mata : Simetris • Serumen : +/+
• Lapangan penglihatan : Sulit dinilai • Perdarahan : -/-
• RCL : +/+ • Cairan/sekret : -/-
• Nistagmus : Tidak ada • Tuli : -/-
• RCTL : +/+
• Konjungtiva : Anemis( - )
• Visus : Sulit dinilai
MULUT

• Bibir : kering
• Tonsil : sulit dinilai
• Langit-langit : merah muda, DBN
Bau pernapasan: ada
• Gigi geligi : caries, lengkap LEHER
• Trismus : ada • Tekanan Vena Jugularis (JVP) :5 - 1 cm
• Faring : sulit dinilai H2O.
• Selaput lendir : ada • Kelenjar Tiroid :tidak teraba membesar
• Lidah : normoglosia, atrofi papil (-) • Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar
• Mukosa : tidak hiperemis • Trakea : letak di tengah
THORAKS – PARU-PARU Bentuk simetris, pembuluh darah
tidak tampak. Deformitas : (-)
Pemeriksaan Depan Belakang

Inspeksi Kanan Simetris saat stattis dan dinamis Simetris saat stattis dan dinamis

Kiri Simetris saat stattis dan dinamis Simetris saat stattis dan dinamis

Palapasi Kanan Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan


Vocal fremitus (+) Vocal fremitus (+)
Kiri Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Vocal fremitus (+) Vocal fremitus (+)

Perkusi Kanan Sonor diseluruh lapang paru Sonor diseluruh lapang paru

Kiri Sonor diseluruh lapang paru Sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi Kanan Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler


Wheezing (-), ronki (-) Wheezing (-), ronki (-)

Kiri Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler


Wheezing (-), ronki (-) Wheezing (-), ronki (-)
JANTUNG P E M BU L U H DA R A H
• Inspeksi
• Arteri Temporalis : teraba pulsasi
• Tidak tampak pulsasi iktus cordis
• Arteri Karotis : teraba pulsasi
• Palpasi: Teraba iktus cordis di ICS IV, 2 cm
• Arteri Brakhialis : teraba pulsasi
medial garis midklavikularis kiri
• Arteri Radialis : teraba pulsasi
• Perkusi
• Arteri Femoralis : teraba pulsasi
• Batas kanan : ICS III-IV garis sternalis
kanan dengan suara redup • Arteri Poplitea : teraba pulsasi

• Batas kiri : ICS IV, 3 cm medial garis • Arteri Tibialis Posterior : teraba pulsasi
midklavikularis kiri dgn suara redup • Arteri Dorsalis Pedis : teraba pulsasi
• Auskultasi
• Bunyi jantung I-II reguler, Gallop (-),
Murmur (-).
ABDOMEN

• Inspeksi : Datar, warna sawo matang,


tidak ikterik, tidak ada spider nervy, tidak ada
efloresensi yang bermakna, tidak ada dilatasi
vena.
• Auskultasi : Bising usus ( + ), 3x/menit
• Palpasi : Dinding perut :Tegang (+), • Inguinal : Tidak dilakukan pemeriksaan
tonus meningkat (+), nyeri tekan epigastrium • Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
( - ), nyeri tekan abdomen (-) nyeri lepas (- ) ,
defense muscular (-), massa (-), undulasi (-),
opistotonus (-)
• Hati : Tidak teraba
• Limpa : Tidak teraba
• Ginjal : Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
• Perkusi : Timpani di empat kuadran
abdomen, pekak sisi (-) shifting dullness (-) nyeri
ketuk (-)
ANGGOTA GERAK LENGAN
KANAN KIRI
OTOT Tonus : normotonus
Tonus : normotonus Massa : eutrofi
Massa : eutrofi Sendi : normal
Sendi : normal Kekuatan :5
Kekuatan :5 Oedem : tidak ada
Oedem : tidak ada

Lain-lain : Ulkus a.r


dorsum manus dextra
(+), palmar eritem (-),
ptekie (-), clubbing finger (-
), akral dingin (-)
ANGGOTA GERAK TUNGKAI DAN KAKI
KANAN KIRI
OTOT Tonus : normotonus
Tonus : normotonus Massa : eutrofi
Massa : eutrofi Sendi : normal
Sendi : normal Kekuatan :5
Kekuatan :5 Oedem : tidak ada
Oedem : tidak ada

Lain-lain : Ulkus (-), varises (-)palmar eritem (-), ptekie (-), clubbing finger (-), akral
dingin (-)
STATUS NEUROLOGI R E F L E K S PATO L O G I S
Pemeriksaan Kanan Kiri
REFLEKS FISIOLOGIS
Sup dan Inf

Pemeriksaan Kanan Kiri Hoffman - -

Sup dan Inf Trommer


Babinski - -
Bisep +3 +2
Chaddock - -
Trisep +3 +2
Gordon - -
Patela +2 +2
Schaeffer - -
Achiles +2 +2
Openheim - -

Klonus patella - -

Klonus achilles - -
Tanda rangsang meningeal
• Kaku kuduk :-
• Brudzinski I : -/-
• Brudzinski II : -/-
• Kernig : -/-
• Laseq : -/-
Peningkatan tekanan intrakranial
• Penurunan Kesadaran : (-)
• Muntah proyektil : (-)
• Sakit kepala hebat : (-)
• Edema papil : tidak dilakukan pemeriksaan
N E RV U S I I I O K U L O M O R I U S
SARAF KRANIAL Kanan Kiri

Ptosis - -
N E RV U S I I O P T I K U S Gerakan mata ke + +
medial
Kanan Kiri
Gerakan mata ke + +

Ketajaman Baik Baik atas


Gerakan mata ke + +
penglihatan
bawah
Menilai warna Baik Baik
Bentuk Pupil Bulat, isokor 3mm Bulat,isokor 3mm

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Reflek Cahaya + +


Langsung
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan Reflek Cahaya Tidak + +
Langsung
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan Reflek Akomodatif + +

Strabismus - -
Medan Baik Baik
Divergen
penglihatan Diplopia - -
N E RV U S I V T RO K L E A R I S N E RV U S V T R I G E M I N U S
Kanan Kiri Kanan Kiri
Bagian Motorik
Gerakan mata ke + +
Menggigit + +
lateral bawah
Membuka mulut + +
Strabismus - - Bagian
konvergen Sensorik
Ophtalmik Baik Baik
Diplopia - -
Maxilla Baik Baik
Mandibula Baik Baik
Reflek Kornea Baik Baik
N E RV U S V I I FA S I A L I S
Kanan Kiri
Fungsi Motorik
Mengerutkan + +
dahi
Mengangkat alis + +
N E RV U S V I A B D U S E N Memejamkan + +
Kanan Kiri mata
Gerakan mata ke + + Menyeringai + +
lateral Mengembungkan + +
Strabismus - - pipi
konvergen Mencucurkan + +
Diplopia - - bibir
Reflek Glabella - -
Tanda Chovstek - -
Fungsi
Pengecapan
2/3 depan lidah Baik Baik
N E RV U S V I I I N E RV U S I X G L O S O FA R I N G E U S
V E S T I BU L O KO K L E A R I S DA N X VAG U S

Kanan Kiri Kanan Kiri


Mendengar + +
suara berbisik Arkus faring Sulit dinilai

Tes Rinne Tidak Tidak Uvula Sulit dinilai


dilakukan dilakukan

Tes Weber Tidak Tidak Refleks muntah Tidak dilakukan

dilakukan dilakukan
Tersedak -
Tes Swabach Tidak Tidak
dilakukan dilakukan Disartria -

Nistagmus - -
Daya kecap 1/3 Baik
Past Pointing - -
lidah
N E RV U S X I A K S E S O R I U S N E RV U S X I I H I P O G L O S U S

Mengangkat bahu Menjulurkan lidah Lurus kearah


&Menoleh depan
Kanan Sulit dinilai Atrofi -
Artikulasi Baik
Kiri Sulit dinilai
Tremor -
SISTEM MOTORIK
SISTEM SENSORIK
G E R A K A N I N VO L U N T E R Rasa Kanan Kiri Rasa Kanan Kiri
Tajam Halus
• Tremor : -
-
• Chorea : - Eusthesia Eusthesia Eusthesia Eusthesia
-
• Ballismus : -
-
• Athetose : -
Eusthesia Eusthesia Eusthesia Eusthesia
-
F U N G S I K E S E I M B A N G A N DA N
KO O R D I N A S I

• Test Rhomberg :Tidak dilakukan


• Disdiadokinesia :Tidak dilakukan
• Jari-jari :Baik
• Jari-hidung : Baik F U N G S I V E G E TAT I F

• Tumit lutut : Tidak dilakukan • Miksi :+


• Rebound Phenomenon: - • Inkontinensia urine : -
• Tremor :- • Defekasi :-
• Khorea :- • Inkontinensia alvi :-
FUNGSI LUHUR K E A DA A N P S I K I S

• Astereognosia :- • Intelegensia : Baik


• Apraksia :- • Demensia :-
• Afasia :- • Tanda regresi :-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 26 April 2018
pukul 09:57 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.1 (L) g/dl 14-18
Jumlah leukosit 6.05 103/µL 4.0-10.0
Hematokrit 37.8 (L) % 40.0-54.0
Jumlah trombosit 325 Ribu/µL 150-450
Jumlah eritrosit 4.44 (L) Juta/µL 4.50-5.90
MCV 85.0 fL 80-96
MCH 27.2 (L) Pg/mL 28-33
MCHC 32.0 (L) g/dL 33-36
Kimia klinik

GDS 90 mg/dL 70-120


SGOT 25 U/L 5-40
SGPT 16 U/L <45
Ureum 28 mg/dL 10-50
Creatinin 0.44 (L) mg/dL 0.6-1.5
Pemeriksaan
elektrolit
Natrium 131 (L) mmol/L 135-145
Kalium 4.1 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 101 mmol/L 95-110
RESUME
Laki-laki 65 tahun datang ke IGD RSUD 45 kuningan dengan keluhan kaku
pada leher dan jari-jari tangan kanan sejak 4 hari SMRS. 1 bulan SMRS ps
punya luka ditangan, ditusuk-tusuk peniti. 1jam SMRS keluhan semakin
memberat ps sulit membuka mulut, nyeri menelan, kaku pada punggung dan
perut.

Keadaan umum kesadaran compos mentis ,tampak sakit sedang,


tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 80x /menit, pernapasan
22x/menit teratur, Suhu 36,9O, status gizi normal. PF:: wajah risus
sardonicus, terdapat trismus. Pada pemeriksaan abdomen
dinding perut tegang, tonus meningkat. Pada regio manus dextra
terdapat ulkus yang sudah kering.

Pada pemeriksaan neurologis didapatkan:


GCS (E4V6M5) Fungsi motorik :

Refleks fisiologis : BPR +3/+2 KPR +2/+2 Fungsi sensorik baik


• TRP +3/+2 APR +2/+2 Tanda rangsang meningeal (-)
Pemeriksaan darah lengkap didapatkan penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah eritrosit dan creatinin. Dari pemeriksaan elektrolit
didapatkan hiponatremi.
DIAGNOSIS
Klinis : Tetanus grade II dengan trismus sedang,
spasme ringan-sedang, serta disfagia ringan

Topis : Neuromuscular junction

Etiologi : C. Tetanii

Patologi : Infeksi
TATALAKSANA
M E D I K A M E N TO S A N O N M E D I K A M E N TO S A

• Oksigen kanul 2-3 lpm • Menjelaskan tentang diagnosa


• Infus RL 500 ml/8 jam penyakit, faktor resiko apa saja yang
terdapat pada pasien, tatalaksana
• Injeksi intramuscular ATS 10.000
dan prognosis kepada keluarga
unit (skin test)
pasien.
• Infus metronidazol 3x500 mg
• Isolasi pasien di kamar yang gelap,
• Injeksi intavena diazepam 3x10mg minimalisasi suara untuk
• Pemasangan NGT mengindari rangsang terjadinya
• Pemasangan DC kejang
• Wound care luka • Tirah baring
• Diet cair 1500 kkal : 6x300ml/hari • Fisioterapi
PROGNOSIS

Ad
Ad vitam : fungsionam
Dubia ad : Dubia ad
bonam bonam

Ad sanationam
: Dubia ad
bonam
FOLLOW UP
Hari/ tanggal S O A P

Jumat, 27 April Kaku leher, nyeri TD : 170/90 mmHg Tetanus - IVFD RL 20 tpm/8 jam
2018 menelan, kaku pada N : 110x/menit - Infus metronidazole
tangan dan perut serta RR :22x/m 3x500mg
sulit berbicara. T :36,20C - Injeksi intavena diazepam
Trismus (+) 3x10mg
Kaku pada jari-jari tangan
kanan (+)
Kaku leher (+)
Sabtu, 28 April 2018 Kaku leher, nyeri TD : 130/90 mmHg Tetanus - Terapi dilanjutkan
menelan, kaku pada N : 96x/menit
jari-jari tangan dan RR :22x/m
perut serta sulit T :37,40C
bicara. Trismus (+)
Kaku pada jari-jari tangan
kanan(+)
Kaku leher (+)
Minggu, 29 April Nyeri menelan, TD : 150/80 mmHg Tetanus - Terapi
2018 kaku pada jari-jari N : 100x/menit dilanjutkan
tangan kanan. RR :20x/m
T :36,40C
Trismus (+)
Kaku pada jari-jari
tangan kanan(+)
Kaku leher (+)
Senin, 30 April 2018 Nyeri menelan, kaku TD : 140/80 mmHg Tetanus - IVFD RL 20 tpm/8
pada jari-jari tangan N : 90x/menit jam
kanan. RR :24x/m - Infus
T :36,80C metronidazole
Trismus (-) 3x500mg
Kaku pada jari-jari - Injeksi intavena
tangan kanan(+) diazepam 3x5mg
Kaku leher (-)
Selasa, 01 Mei 2018 Nyeri menelan, kaku TD : 130/80 mmHg Tetanus - Terapi dilanjutkan
pada jari-jari tangan N : 90x/menit
kanan. RR :22x/m
T :36,40C
Trismus (-)
Kaku pada jari-jari
tangan kanan(+)
Kaku leher (-)

Rabu, 02 Mei 2018 Kaku pada jari-jari tangan TD : 140/90 mmHg Tetanus - Pasien diperbolehkan pulang
kanan sudah berkurang. N : 86x/menit - Injeksi intravena diazepam extra
RR :22x/m 10mg
T :37,20C - Metronidazole tab 3x500mg
Trismus (-) - Myonal tab 2x1
Kaku pada jari-jari tangan - Neurodex tab 2x1
kanan(+) - Diet lunak dan cair
Kaku leher (-)
ANALISA KASUS
Penyakit klinis yang ditandai dengan onset akut hipertonia dan kontraksi otot
yang nyeri (biasanya otot rahang dan leher) dan spasme otot general tanpa
penyebab medis lain yang tampak dengan/tanpa bukti laboratoris C. tetani
atau toksinnya dengan atau tanpa riwayat trauma.

Epidemiologi
Bakteri C.Tetani dapat ditemukan disemua tempat di dunia terutama di
negara kurang dan sedang berkembang yang padat penduduk dengan iklim
hangat dan lembap.
Terdapat 1 juta kasus tetanus di dunia pertahunnya di negara kurang
berkembang.
• Dire DJ. Tetanus in Emergency Medicine, 2010. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/786414-
overview,Accessed May 11th 2018..
• Hinfey PB. Tetanus. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview, Accessed May 10th 2018.
• Bhatia R, Prabhakar S, Grover VK. Tetanus. Neurology India. 2002;50:398-407.
ETIOLOGI
• Toksin bakteri Clostridium tetani  2
bentuk : vegetatif dan spora
• Bentuk vegetatif C.tetani  basil, gram
positif, tidak berkapsul, bersifat obligat
anaerob.
• Pada basil yang mengandung spora
terdapat endospora pada salah ujung 
stik drum
• Spora bersifat non-patogenik di tanah
atau jaringan terkontaminasi untuk
berubah jadi vegetatif akibat penurunan
kadar oksigen akibat : terdapat jaringan
mati dan benda asing, crushed injury dan
infeksi supuratif
Ang J. 2009. Tetanus. Available from: www.chmkids.org/upload/docs/imed/TETANUS.pdf, Accessed May 11th
2018.
Todar K. 2007. The Microbiological World: Tetanus. Available from:
http://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/Tetanus.html, Accessed April 28th 2018.
PATOGENESIS
C.Tetani : eksotoksin
yaitu tetanospasmin

Spora  vegetatif

Jaringan anaerob :
inflamasi 
peradangan  O2
menurun
Eksotoksin
dilepaskan

Merangsang Cerebral
motor end plate gangliontrismus
/risus sardonicus

Autonom system:
hipertensi,
Sistem saraf pusat takikardi,
hipertermi
MANISFESTASI KLINIS
T E TA N U S S E FA L I K
T E TA N U S L O K A L
• Jarang  sekitar 6 %
• Bentuk yang paling jarang • Bentuk khusus tetanus lokal yang
• Spasme dan peningkatan tonus otot mempengaruhi otot-otot nervus kranialis
terbatas disekitar tempat infeksi terutama di wajah
tanpa tanda sistemik • Timbul setelah otitis media kronik maupun
cedera kepala
• Dapat berlanjut menjadi tetanus
• Fasial palsi akibat paralisis nervus VII,
general disfagia, dan paralisis otot ekstraokuler
• Mortalitas hanya 1% serta ptosis akibat paralisis nervus III
Ang J. 2009. Tetanus. Available from: • Dapat berlanjut tetanus general
www.chmkids.org/upload/docs/imed/TETANUS.pdf, Accessed May 11th
2018. • Mortalitas sekitar 15-30%
Edlich RF, Hill LG, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Jed H. Horowitz M,
et al. Management and Prevention of Tetanus. Journal of Long-Term Effects
of Medical Implants. 2008;13(3):139-54.
Paralisis nervus fasialis kiri dan tampak luka baru pada pasien dengan tetanus sefalik.
T E TA N U S G E N E R A L
Sekitar 80% kasus
Tanda khas dari tetanus general :
• Trismus (lokjaw)
• Kekakuan leher, sulit menelan,
rigiditas otot abdomen
• Peningkatan suhu 2-4ºC diatas suhu
• Overaktivitas autonom  fluktuasi
normal
ekstrim pembuluh darah dari hipertensi
• Spasme otot wajah  seperti menyeringai sampai hipotensi serta takikardia
disebut risus sardonicus berkeringat, hipertermia, dan aritmia
• Spasme otot somatik luas  lengkungan jantung
seperti busur  opistitonus dengan fleksi
lengan dan ekstensi tungkai serta rigiditas
abdomen teraba seperti papan
• Kejang otot akut, paroksisimal, tidak
terkoordinasi dan menyeluruh
•Edlich RF, Hill LG, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Jed H. Horowitz M, et al.
Management and Prevention of Tetanus. Journal of Long-Term Effects of Medical Implants.
T E TA N U S N E O N ATO RU M

• Infeksi C.tetani yang masuk melalui


tali pusat sewaktu proses
persalinan
• Spora masuk melalui alat maupun
obat yang terkontaminasi
• Gambaran klinis serupa dengan
tetanus general
• Gejala awal : ketidakmampuan
menghisap 3-10 hari setelah lahir
• Iritabilitas dan menangis terus
menerus, risus sardonikus,
peningkatan rigiditas dan • Dire DJ. Tetanus in Emergency Medicine, 2010. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/786414-
opistotonus
overview,Accessed May 11th 2018..
DIAGNOSIS
Manisfestasi klinis : tetanus general
PF : hipertonisitas otot, refleks tendon dalam meningkat
Kesadaran tidak terganggu, sistem saraf sensorik normal
Spasme paroksisimal lokal maupun general
Riwayat luka dalam 2 minggu terakhir
Pemeriksaan bakteriologis  bukan konfirmasi
Lab : Leukositosis ringan

Edlich RF, Hill LG, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Jed H. Horowitz M, et al. Management and Prevention of Tetanus. Journal of Long-Term Effects of Medical
Implants. 2008;13(3):139-54.
Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, et al. Neurological Aspects of Tropical Disease: Tetanus. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2008;69:292–
301.
Ogunrin O. Tetanus - A Review of Current Concepts in Management. Journal of Postgraduate Medicine. 2009;11(1):46-61.
DERAJAT PENYAKIT
Sistem skoring menurut
Philips :
Dikembangkan pada
tahun 1967
Didasarkan 4 paramater
: masa inkubasi, lokasi
Skor <9 :
infeksi, status imunisasi, tetanus
dan faktor pemberat ringan
Skor 9-18 :
Pada pasien di dapatkan tetanus
masa inkubasi >14 hari (1), sedang
lokasi infeksi pada perifer Skor >18 :
distal (2), status proteksi tetanus
tidak ada (10), faktor berat
komplikasi ASA grade 1 (0)
 13 tetanus sedang

•Bhatia R, Prabhakar S, Grover VK.


Tetanus. Neurology India.
2002;50:398-407.
•Sjamsuhidajat R, Jong Wd. Tetanus.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC;
2008.
SISTEM SKORING
ALBETT
•Dikembangkan pada tahun 1967
•Sistem skoring yang paling
sering digunakan

Ogunrin O. Tetanus - A Review of Current Concepts in Management.


Journal of Postgraduate Medicine. 2009;11(1):46-61.
Cook T, Protheroe R, Handel J. Tetanus: a review of the literature. British
Journal of Anaesthesia. 2001;87(3):477-87.
Udwadia F, Sunavala J, Jain M, D'Costa R, Jain P, Lall A, et al.
Haemodynamic Studies During the Management of Severe Tetanus.
Quarterly Journal of Medicine, New Series. 1992;83(302):449-60.
SISTEM SKORING
DAKAR
(PROGNOSIS)
• Diadakan di Dakar,
Senegal
• Pada tahun 1975
• Skor dapat diukur 3 hari
setelah muncul gejala
klinis pertama

Pada pasien didapat nilai I


adanya spasme termasuk Skor 0-1 : tetanus ringan dengan tingkat mortalitas <10%
pada tetanus ringan Skor 2-3 : tetanus sedang dengan tingkat mortalitas 10-20%
dengan tingkat mortalitas Skor 4 : tetanus berat dengan tingkat mortalitas 20-40%
<10% Skor 5-6 : tetanus sangat berat dengan tingkat mortalitas >50%

Ogunrin O. Tetanus - A Review of Current Concepts in Management. Journal of Postgraduate Medicine. 2009;11(1):46-61.
DIAGNOSIS BANDING

•Edlich RF, Hill LG, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Jed H. Horowitz M, et
al. Management and Prevention of Tetanus. Journal of Long-Term Effects of
Medical Implants. 2008;13(3):139-54.
PENATALAKSANAAN

Kontrol jalan napas dan mempertahankan ventilasi yang


adekuat

1. Menetralisir toksin dalam sirkulasi

2. Menghilangkan sumber tetanospasmin

3. Terapi suportif
1 . N E T R A L I S A S I TO K S I N
2 . E R A D I K A S I S U M B E R TO K S I N

• Human tetanus immunoglobulin


Penggunaan antibiotik ;
(HTIG) : dosis tunggal 3000-6000
IU (intramuskular) • Penisilin G (10.000-20.000 IU/kgBB
perhari dibagi dua dosis
• Antitetanus serum (ATS) : 10.000 –
20.000 unit intramuskular  anti • Metronidazole 500 mg per-8 jam
serum kuda  skin test terlebih (IV) selama 7-10 hari terapi
dahulu 0,1 ml pilihan utama
Debridement luka : buang benda
asing, eksisi jaringan nekrotik, serta
irigasi luka
Ritarwan K. 2004.Tetanus.Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdf, Accessed April 26th
2018.
Afshar M, Raju M, Ansell D, Bleck TP. Narrative Review: Tetanus—A Health Threat After Natural Disasters in Developing Countries. Ann
Intern Med. 2011;154:329-35.
3 . T E R A P S U P O RT I F

• Sedasi, blokade neuromuskuler, dan • Obat ain untuk kontrol spasme :


manajemen instabilitas autonomik magnesium sulfat atau baklofen
• Sedatif  spasme otot dan rigiditas • Dantrolen  relaksan otot
• Diazepam (lini pertama) : 0,1-0,3 • Bradikardi berat  atropin dosis
mg/kgBB/kali interval 2-4 jam tinggi
• Tambahan efek sedatif  • Diet adekuat  jalur enteral
phenobarbital atau chlorpromazine maupun parenteral
• Morfin  sedatif kerja pendek dan • Trismus  NGT
analgesik

Ritarwan K. 2004.Tetanus.Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdf, Accessed April 26th


2018.
Afshar M, Raju M, Ansell D, Bleck TP. Narrative Review: Tetanus—A Health Threat After Natural Disasters in Developing Countries. Ann
Intern Med. 2011;154:329-35.
KOMPLIKASI
Sistem organ Komplikasi
Jalan napas Aspirasi, spasme laring, obstruksi terkait penggunaan sedatif.
Respirasi Apneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II, ARDS, komplikasi akibat ventilasi
mekanis jangka panjang (misalnya pneumonia), komplikasi trakeostomi.
Kardiovaskular Takikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia, aritmia, asistol, gagal
jantung.
Renal Gagal ginjal, infeksi dan stasis urin.
Gastrointestinal Stasis, ileus, perdarahan.
Muskuloskeletal Rabdomiolisis, myositis ossificans circumscripta, fraktur akibat spasme.
Lain-lain Penurunan berat badan, tromboembolisme, sepsis, sindrom disfungsi
multiorgan.
•Ang J. 2009. Tetanus. Available from: www.chmkids.org/upload/docs/imed/TETANUS.pdf, Accessed May 11th 2018.
•Bhatia R, Prabhakar S, Grover VK.Tetanus. Neurology India. 2002;50:398-407.
PENCEGAHAN

Perawatan luka yang adekuat

Imunisasi aktif dan pasif

Profilaksis tetanus pada trauma


KLASIFIKASI LUKA
• American College of Surgeon Committee on Trauma (1995)

Ross SE. Prophylaxis Against


Tetanus in Wound Management.
Available at:
https://www.facs.org/~/media/fil
es/quality%20programs/trauma/p
ublications/tetanus.ashx ,
Accessed May 11th 2018.
Panduan pemberian profilaksis tetanus pada pasien trauma

Ross SE. Prophylaxis Against Tetanus in Wound Management. Available at:


https://www.facs.org/~/media/files/quality%20programs/trauma/publications/tetanus.ashx , Accessed May 11th 2018.

Anda mungkin juga menyukai