Anda di halaman 1dari 15

Oleh : alfian andi p.

Nim : 15504244002
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Cu dan nomor atom
29.lambangnya berasal dari bahasa latin yaitu cuprum
Sejarah tembaga
 Penemu tembaga tidak diketahu secara pasti karena telah digunakan manusia
sejak zaman prasejarah. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa tembaga
ditemukan hampir 10.000 tahun yang lalu atau antara 8.000 hingga 9.000 SM.
Terdapat banyak bukti sejarah yang mengungkapkan penggunaan tembaga di
dunia kuno untuk membuat perhiasan, peralatan, serta senjata seperti pisau,
tombak dan perisai. Sejarawan berpendapat bahwa bangsa Romawi
menggunakan tembaga dalam skala besar sehingga logam ini menjadi salah
satu komoditas paling penting. Bangsa Romawi menambang tembaga dari
pulau Siprus. Kemudian, nama cyprium dimodifikasi menjadi cuprum yang
menjadi nama ilmiah tembaga. Dalam bahasa Inggris, cuprum lantas disebut
copper.
Data teknis yang dimiliki tembaga
 Lamban g: Cu
 Nomor-Atom: 29
 Massa-Atom: 63.546 amu
 Titik -L be bur: 1083 0. ° C (1981 4 C (1981.4 ° F)
 Mendidih Titik: 2567.0 ° C (4652.6 ° F)
 Jumlah Protons/Electrons: 29
 Jumlah Netron: 35
 Penggolongan: Transisi Metal
 Struktur hablur: Berbentuk kubus
 Kepadatan@ 293 K: 8.96 g/cm3
 Warna: red/orange
Struktur atom tembaga
Sifat tembaga
1) Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif
sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab
permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang
berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa,
Cu(OH)2CO3.
2) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C
tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO
yang berwarna hitam.
3) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-
asam nooksidator encer seperti HCl encer dan
H2SO4encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih
menyerang logam tembaga dan membebaskan gas
hidrogen.
Senyawa tembaga
 a) Tembaga (II) Oksida (CuO)
Contoh:Senyawa CuO digunakan sebagai insektisida, bahan
baterai, bahan penyepuh, dan bahan pewarna hitam untuk
keramik, bahan gelas, porselen, dan rayon.
 b) Tembaga (II) Sulfat (CuSO4)
contoh:Senyawa ini digunakan sebagai antilumut dalam
kolam renang dan memberikan warna biru pada air,
pengawet kayu, penyepuhan, dan zat aditif dalam radiator.
 c) Tembaga (II) Klorida (CuCl2)
Contoh:Senyawa ini digunakan sebagai pewarna keramik dan
gelas, pabrik tinta dan fotografi, serta pengawet kayu, dan
katalis.
Proses pengolahan tembaga
Tahap kominisi
 Tahap kominisi terdiri dari proses penggerusan
 Tujuan dari prosese ini adalah membebaskan atau
meliberasi mineral mineral tembaga dari ikatan
mineral pengotornya
 Target ukuran partikel bijih dapat menghasilkan
tembaga yang maksimal padsa saat flotasi
Tahap konsentrasi flotasi
 Adalah tahap pemisahan
 Pemisahan mineral Cu-Fe-S dan Cu-S dari
pengotornya dengan metode flotasi
 Metod ini merupakan metode yang cukup efektif
 Dengan metode ini dapat meningkatkan kadar
tembaga di konsentrasi menjadi sekitar 30%
Tahap fire refining
 Adalah proses pemurnian yang dilakukan terhadap
tembaga blitser
 Dilakukan dalam rotary furnace,reverberatory
furnace,atau bearth furnace.
 Tahap ini dilakukan 2 kali,yaitu oksidasi selektif untuk
memisahkan kotoran dan deoksidasi untuk
menurunkan kandungan oksigen
 Proses ini mampu menghasilkan tembaga dengan
kandungan sekitar 99%
Tahap electrorefining
 Merupakan pelarutan tembaga secara elektronika dari
tembaga anoda dan mengendapkannya kembali ke
permukaan katoda
 Dari proses ini dihasilkan logam Cu > 99.99 %
Klasifikasi tembaga
Copper and copper alloys casting
From the casting point of view, especially the solidification (freezing range) Cu cast alloys
can be divided into three groups:
 Group I alloys - alloys that have a narrow freezing range, that is, a range of 50 °C between
the
liquidus and solidus curves. These are the yellow brasses, manganese and aluminum
bronzes, nickel bronze, manganese bronze alloys, chromium copper, and copper.
 Group II alloys – alloys that have an intermediate freezing range, that is, a freezing range
of
50 to 110 °C between the liquidus and the solidus curves. These are the beryllium coppers,
silicon bronzes, silicon brass, and copper-nickel alloys.
 Group III alloys – alloys that have a wide freezing range. These alloys have a freezing
range
of well over 110 °C, even up to 170 °C. These are the leaded red and semi-red brasses, tin
and leaded tin bronzes, and high leaded tin bronze alloys (R. F. Schmidt, D. G. Schmidt &
Sahoo 1998).

Anda mungkin juga menyukai