Anda di halaman 1dari 56

MATERI KULIAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


• Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dalam
hal mana aktivitas berasal atau berubah melalui
prosedur latihan (baik dalam laboratorium maupun di
lingkungan alamiah) yang dibedakan dari faktor
penyebab bukan latihan. (Hilgard & Bower, dalam
Suryabrata, 2015:232)
• PENGERTIAN BELAJAR

• Cronbach (dalam Suryabrata, 2015:231) belajar yang


sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam
mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya.
Suryabrata (2015:232) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang memiliki tiga ciri, yaitu: 1)
proses tersebut membawa perubahan (baik aktual
maupun potensial, 2) perubahan itu pada pokoknya
adalah didapatkannya kecakapan baru, 3) perubahan itu
terjadi karena pengalaman atau latihan.
• Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, belajar dapat
didefinisikan sebagai proses perubahan perilaku sebagai
akibat pengalaman dan/atau latihan. Perubahan
perilaku dimaksud dapat meliputi pengetahuan, sikap
dan nilai, maupun keterampilan
Tidak semua aktivitas akademik dapat disebut
belajar. Seorang anak yang mengikuti pembelajaran di
kelas belum tentu belajar. Seorang anak yang
membaca buku di perpustakaan juga belum tentu
belajar. Jika seorang anak yang mengikuti
pembelajaran di kelas atau membaca buku di
Ciri-ciri Belajar

perpustakaan tidak mengalami perubahan antara


sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran di kelas
atau sebelum dan setelah membaca buku di
perpustakaan, maka anak tersebut belum dapat
disebut belajar. Belajar bukanlah sebuah aktivitas fisik
melainkan aktivitas psikologis yang tidak nampak dan
tidak dapat diamati oleh orang lain, kecuali dari
gejalanya yang nampak. Walaupun aktivitas fisik harus
diakui sering merupakan prasyarat bagi terjadinya
aktivitas psikologis. Belajar memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Terjadi Perubahan perilaku
Seseorang dapat disebut belajar jika yang
bersangkutan mengalami perubahan perilaku.
Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berupa
perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan nilai,
Ciri-ciri Belajar

atau perubahan keterampilan. Jadi jika seorang anak


yang mengikuti pembelajaran di kelas atau membaca
buku di perpustakaan tidak berubah pengetahuan,
sikap, nilai atau keterampilannya setelah mengikuti
aktivitas itu, maka anak tersebut tidak dapat dikatakan
belajar. Akan tetapi jika setelah mengikuti
pembelajaran di kelas atau membaca buku di
perpustakaan anak mengalami perubahan perilaku
(misalnya bertambah penegetahuannya) maka anak
tersebut dapat disebut belajar.
2. Terjadi melalui interaksi individu dengan
lingkungan
Tidak semua kemampuan yang kita miliki
merupakan hasil berlajar. Beberapa kemampuan yang
kita miliki seperti kemampuan menghisap, kemampuan
Ciri-ciri Belajar

menangis, kemampuan berteriak, dan kemampuan


mengedipkan mata saat silau merupakan kemampuan-
kemampuan yang dibawa sejak lahir (pembawaan).
Kemampuan-kemampuan tersbut tidak disebut
sebagai hasil belajar. Hasil belajar hanyalah
kemampuan-kemampuan yang diperoleh individu
setelah kelahiran melalui interaksi individu dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.
3. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dapat
berupa diperolehnya kemampuan baru atau
hilangnya kemampuan yang telah dimiliki.
Hasil belajar dapat berupa diperolehnya
kemampuan baru seperti bertambahnya
Ciri-ciri Belajar

pengetahuan, bertambahnya wawasan, atau


bertambahnya keterampilan. Akan tetapi hasil
belajar dapat pula berupa hilangnya
kemampuan yang telah dimiliki, misalnya
hilangnya rasa takut pada sesuatu, hilangnya
kecemasan dalam kondisi tertentu, hilangnya
rasa dengki pada seseorang, berkurangnya rasa
sedih karena peristiwa tertentu, dan lain
sebagainya.
4. Hasil belajar tidak selalu bersifat positif
Kemampuan yang dimiliki individu diperoleh dari 2 sumber yaitu
pembawaan dan lingkungan. Semua kemampuan yang diperoleh dari
lingkungan atau hasil interaksi individu dengan lingkungan adalah hasil
belajar. Karena itu kemampuan yang sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku (positif) ataupun kemampuan yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai yang berlaku (negatif), sepanjang itu diperoleh melalui interaksi
individu dengan lingkungan adalah hasil belajar.
Dalam banyak hal, hasil belajar tidak dapat dikatagorikan positif
Ciri-ciri Belajar

atau negatif. Kemampuan-kemampuan itu sering sifatnya netral dari


nilai positif atau negatif. Kemampuan-kemampuan sebagai hasil
belajar baru bisa dikatakan positif atau negatif setelah kemampuan-
kemampuan itu digunakan dalam kehidupan. Misalnya, seorang
tentara yang mulanya tidak tahu caranya menembak orang
menggunakan senjata api dengan baik, menjadi tahu caranya
menembak orang menggunakan sejata api dengan baik setelah dilatih
oleh seniornya. Kemampuan baru yang dimiliki tentara ini tidak dapat
disebut baik (postif) atau buruk (negatif). Kemampuan itu baru bisa
disebut postif jika digunakan untuk melindungi orang lain yang tidak
bersalah, dan kemampuan itu baru bisa disebut negatif apabila
digunakan untuk menembak orang lain yang tidak bersalah.
Kalaupun kemampuan-kemampuan itu digunakan
secara negatif, kemampuan-kemampuan itu tetap
merupakan hasil belajar, karena diperoleh melalui
interaksi individu dengan lingkungan. Hanya
persoalannya sekarang, apakah dalam kehidupan
sehari-hari, generasi muda harus diajarkan
• Ciri-ciri Belajar

menggunakan pengetahuan dan keterampilannya


secara negatif. Jawabnya jelas tidak. Di sinilah
pendidikan sebagai upaya sengaja dan sistematis
dibutuhkan untuk mendidik peserta didik
menggunakan kemampuan-kemampuan yang telah
dimiliki untuk kepentingan yang sesuai dengan nilai-
nilai yang berlaku (positif) serta menghindarkan
semaksimal mungkin menggunakannya untuk
kepentingan-kepentingan yang melanggar nilai-nilai
atau norma yang berlaku (negatif).
5. Belajar tidak selalu diawali dengan kesengajaan
Dalam beberapa hal belajar dapat terjadi tanpa
diawali perencanaan atau kesengajaan. Misalnya,
seorang pengendara sepeda motor (tentu tidak
sengaja) jatuh karena melintasi jalan hotmik yang
tergenangi oli. Mulanya pengendara itu tidak tahu
Ciri-ciri Belajar

bahwa jalan hotmik yang tergenangi oli menjadi sangat


licin, sepeda motor yang dikendarai melintasi jalan
yang demikian sangat berpeluang terpeleset dan jatuh.
Setelah peristiwa itu, pengendara tersebut memahami
bahwa jalan hotmik yang tergenangi oli dapat
menyebabkan pengendara sepeda motor jatuh.
Berikutnya setiap ia menemukan jalan yang tergenangi
oli, pengendara itu sangat berhati-hati dan berusaha
menghidari untuk melintasi jalan hotmik yang
tergenangi oli. Proses belajar yang demikian tidak
diawali dengan kesengajaan.
• Ciri-ciri Perubahan Perilaku yang tidak
1. Perubahan perilaku akibat pertumbuhan atau
Kematangan
Seorang bayi yang berumur 1 minggu dilatih
dapat disebut Belajar

mengucapkan suku kata, tentu tidak akan bisa, karena


organ bicaranya belum matang. Suatu saat ketika ia
berumur 1,5 tahun ia akan bisa mengucapkan suatu
suku kata setelah dilatih. Perubahan kemampuan
mengucapkan suku kata karena kematangan itu. Atau
seorang bayi yang mulanya tidak bisa berjalan karena
kakinya belum matang menjadi bisa berjalan karena
kainya sudah matang
• Ciri-ciri Perubahan Perilaku yang tidak
1. Perubahan perilaku akibat pertumbuhan atau
Kematangan
Seorang bayi yang berumur 1 minggu dilatih
dapat disebut Belajar

mengucapkan suku kata, tentu tidak akan bisa, karena


organ bicaranya belum matang. Suatu saat ketika ia
berumur 1,5 tahun ia akan bisa mengucapkan suatu
suku kata setelah dilatih. Perubahan kemampuan
mengucapkan suku kata karena kematangan itu. Atau
seorang bayi yang mulanya tidak bisa berjalan karena
kakinya belum matang menjadi bisa berjalan karena
kainya sudah matang
• Ciri-ciri Perubahan Perilaku yang tidak
1. Perubahan perilaku akibat pertumbuhan atau
Kematangan
Seorang bayi yang berumur 1 minggu dilatih
dapat disebut Belajar

mengucapkan suku kata, tentu tidak akan bisa, karena


organ bicaranya belum matang. Suatu saat ketika ia
berumur 1,5 tahun ia akan bisa mengucapkan suatu
suku kata setelah dilatih. Perubahan kemampuan
mengucapkan suku kata karena kematangan itu. Atau
seorang bayi yang mulanya tidak bisa berjalan karena
kakinya belum matang menjadi bisa berjalan karena
kainya sudah matang
2. Perubahan Perilaku Akibat Pengaruh Obat
• Ciri-ciri Perubahan Perilaku yang tidak dapat
Seseorang yang mulanya sakit lalu sembuh akibat
pengaruh obat tidak bisa dikatakan belajar. Seseorang yang
mulanya tidak mendengar sesuatu akibat gangguang
pendengaran menjadi dapat mendengar sesuatu karena
sembuh akibat berobat tidak dapat disebut belajar.
disebut Belajar

3. Perubahan Perilaku Akibat Kelelahan


Seorang pelari yang berlari dalam 400 m, pada 100
meter pertama dia tempuh dalam 20 detik, pada 100
meter kedua dia tempuh dalam 22 detik, pada 100 meter
ketiga dia tempuh dalam 25 detik, dan pada 100 meter
terakhir dia tempuh dalam 30 detik. Perubahan kecepatan
lari yang semakin lama semakin lambat akibat kelelahan
tidak dapat disebut belajar.
4. Perubahan Perilaku Akibat Gerak Refleks
Seseorang yang tiba-tiba mengedipkan mata
saat ke arah matanya ada seseorang melemparkan
benda tertentu tida merupakan hasil belajar,
melainkan kemampuan bawaan.
• Ciri-ciri Belajar
Pilar-pilar Belajar Menurut UNESCO Dalam kamus umum, pilar adalah tiang penyangga/
penguat, dari betondan sebagainya, juga sekaligus
dipakai untuk keindahan/ keserasian, penunjang untuk
kegiatan
M.J. Langelveld mengatakan bahwa : “Pendidikan
adalah setiap usaha pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak didik yang
bertujuan pada pendewasaan anak itu"11.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa pilar pendidikan UNESCO adalah tiang atau
penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang akan diberikan kepada
anak didik yang bertujuan pada pendewasaan anak
dan direkomendasikan oleh UNESCO.
1. Learning to know
Learning to know adalah suatu proses pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan
• Pilar-pilar Belajar Menurut
serta dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan, suatu proses yang
memungkinkan tertanamnya sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu da n
selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawaban atas
masalah yang dihadapi secara ilmiah
Learning to know dilakukan dengan cara memadukan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan
untuk bekerja secara mendalam pada sejumlah kecil mata pelajaran .
UNESCO

Learning to know ini mengandung prinsip berikut:


(1) Diarahkan untuk mampu mengembangkan ilmu dan terobosan
teknologi dan merespon sumber informasi baru
(2) Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran
(3) Network society
(4) Learning to learn dan life long education14.
Sasaran terakhir dari penerapan pilar “ laerning to know “
adalah lahirnya suatu generasi yang mampu mendukung perkembangan
iptek, yang menjadikan iptek sebagai kebudayaanya. Karena bagi mereka
yang menjadikan iptek sebagai kebudayaan, “ science “ adalah wujud
berpikir yang paling canggih.
3. Learning to be
Learning to be yaitu mengembangkan kepribadian dirinya sendiri dan
mampu berbuat dengan kemandirian yang lebih besar, perkembangan dan
• Pilar-pilar Belajar Menurut
tanggung jawab pribadi. Dalam hubungan ini, pendidikan harus berhubungan
dengan setiap aspek dari potensi pribadi yang berupa: mengingat, menalar,
rasa estetis, kemampuan- kemampuan fisik, dan keterampilan- keterampilan
berkomunikasi
Di samping itu, Learning to be ini juga merupakan pelengkap dari
learning to know dan learning to do. Robinson Crussoe berpendapat bahwa
manusia itu hidup sendiri tanpa kerja sama atau saling tergantung dengan
manusia lain. Manusia di era sekarang ini bisa hanyut ditelan masa jika tidak
UNESCO

berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to be akan menuntun peserta


didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai
kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya20.
Di dalam learning to be ini mengandung prinsip sebagai berikut:
(1) Berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan niali- nilai yang dimiliki
bersama
(2) Menghubungkan antara tangan dan fikiran, individu dengan masyarakat
pembelajaran kognitif dan non- kognitif serta pembelajaran formal dan
non- formal21.
(3) Pada learning to be ini ditekankan pada pengembangan potensi insani
secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan
mengaktualisasikan diri. Dengan learning to do seseorang akan mengenal
jati diri, memahami kemampuan dan kelemahannya den gan
kompetensikompetensinya akan membangun pribadi yang utuh
4. Learning to live together
Learning to live together merupakan kelanjutan yang tidak dapat
dielakkan dari learning to know, leaning to do dan learning to be. Learning to
• Pilar-pilar Belajar Menurut
live together ini menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat dan
menjadi educated person yang bermanfaat baik bagi diri dan masyarakatnya,
maupun bagi seluruh umat manusia sebagai amalan agamanya
Learning to live together dilakukan melalui perkembangan suatu
pemahaman tentang orang lain dan suatu penghargaan terhadap saling
ketergantungan- pelaksana proyek bersama dan belajar mengelola konflik
UNESCO

dalam semangat menghargai nilai- nilai kejamakan, pemahaman bersama


dan perdamaian
Learning to live together ini mengandung prinsip sebagai berikut:
(1) Membangun sistem nilai
(2) Pembentukan identitas melalui proses pemilikan konsep luas
Sehingga pendidikan tidak hanya membekali generasi muda untuk
menguasai iptek dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah,
melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang
berbeda dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka. Learning
to live together ini menekankan pada seseorang atau pihak yang belajar
untuk mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya,
budayanya dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis
• PENGERTIAN HASIL BELAJAR

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil


belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya yang mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar.
• JENIS-JENIS HASIL BELAJAR
• JENIS-JENIS HASIL BELAJAR
• JENIS-JENIS HASIL BELAJAR
• JENIS-JENIS HASIL BELAJAR
• JENIS-JENIS HASIL BELAJAR
MEMPENGARUHI HASILBELAJAR

a.Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri


individu yang sedang belajar. Antara lain :
FAKTOR-FAKTOR YANG

Faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor


kelelahan.
b.Faktor extern yaitu faktor yang ada di luar diri
individu. Antara lain : faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.3
Faktor Intern

• FAKTOR-FAKTOR YANG FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Faktor Jasmaniah
a. Faktor Kesehatan
b. Cacat Tubuh
2. Faktor Psikologis
HASIL BELAJAR

a. Intelegensi
b. Perhatian
c. Minat.
d. Bakat
e. Motif
f. Kematangan
g. Kesiapan
3. Faktor Kelelahan
MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR Faktor-Faktor Extern.
1.Faktor keluarga
a.Cara orang tua mendidik
b.Relasi antar anggota keluarga
FAKTOR-FAKTOR YANG
c.Suasana rumah
d.Keadaan ekonomi keluarga
e.Pengertian Orang Tua
f. Latar belakang kebudayaan
2. Faktor Sekolah
a. Metode Mengajar
b. Kurikulum
c. Relasi guru dengan siswa
d. Relasi siswa dengan siswa
e. Disiplin sekolah
f. Alat Pelajaran
g. Waktu Sekolah
h. Standar pelajaran di atas ukuran
i. Keadaan gedung
j. Metode Belajar
MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR 3.Faktor Masyarakat
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat
b. Mass Media
FAKTOR-FAKTOR YANG

c. Teman bergaul
d. Bentuk kehidupan masyarakat
TEORI-TEORI BELAJAR
• Ahli-ahli jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia
mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia.
Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya
sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu
hal. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya
TEORI BELAJAR ILMU JIWA DAYA

berpikir, daya fantasi dan sebagainya.


• Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih daya-daya itu.
Seseorang harus melakukan dengan cara menghafal kata-kata atau
angka, istilah-istilah asing dan sebagainya untuk mengasah daya
mengingat. Untuk mempertajam daya berpikir seseorang harus
melatihnya dengan memecahkan permasalahan dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Untuk meningkatkan daya fantasi seseorang
harus membiasakan diri merenungkan sesuatu. Dengan usaha tersebut
maka daya-daya itu dapat tumbuh dan berkembang dan tidak lagi
bersifat laten (tersembunyi) di dalam diri.
• Pengaruh teori ini dalam belajar ilmu pengetahuan yang didapat
hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang
bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori
ini dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata
asing dan sebagainya.
• Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil
dalam belajar, latihlah semua daya yang ada dalam diri.
Classical Conditioning (I. F. Pavlov)
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Beberapa istilah
US = Unconditioned Stimulus = Stimulus tak
berkondisi = Stimulus wajar.
CS = Conditioned Stimulus = Stimulus
berkondisi = Stimulus tak wajar
UR = Unconditioned Respons = Respon tak
berkondisi = Respon wajar.
CR = Conditioned Respons = Respon
berkondisi = Respon tak wajar
Prosedur Eksperimen Pavlov

1 CS UCS UCR

CS CR

16
CS UCS UCR

17

CS UCS UCR

18
CS CR

19

CS

26
Konsep-konsep Belajar Classical Conditioning
(Pavlov)
1. Sponteneous Recovery : terbentuknya
kemampuan baru pada organisme sebagai hasil
proses pengondisian (conditioning)
dalam eksperimen Pavlov adalah ke luarnya air
liur anjing hanya karena sinar lampu bulat
penuh, karena sinar lampu itu selalu diikuti oleh
pemberian daging.
2. Generalisasi: kemampuan organisme untuk
menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta-
fakta khusus atau kemampuan organisme untuk
mengambil kesimpulan bahwa sesuatu akan
terjadi berdasarkan kejadian-kejadian sejenis
sebelumnya.
3. Deskriminasi: adalah kemampuan organisme
membeda-bedakan stimulus sehingga
responnya akurat.
4. Extinction: adalah hilangnya kemampuan
organisme yang telah terbangun melalui
proses pengondisian sebagai akibat
reinforcement terus dihilangkan.
Asimilasi

Lingkungan
Skema Bawaan

Cocok Tidak Cocok


Struktur Kognitif
Baru
Disequilibrium

Akomodasi

Gambar: Proses Belajar Kognitif Menurut Piaget


Secara umum, pendekatan konstruktivisme sosial
Teori Belajar Kognitif Sosial (Vygotsky)

menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran


dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikontruksi
secara bersama (mutual). Keterlibatan dengan orang
lain membuka kesempatan bagi murid untuk
mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka
saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain
dan saat mereka berpartisipasi dalam pencarian
pemahaman bersama. Dengan cara ini, pengalaman
dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting
untuk perkembangan pemikiran murid.
Dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual
dari individu ke kolaborasi, interaksi sosial, dan
Teori Belajar Kognitif Sosial (Vygotsky)

aktivitas sosiokultural. Dalam pendekatan konstruk-


tivisme Piaget, murid mengkonstruksi pengetahuan
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Konstruk-
tivisme Vygotsky menekankan bahwa murid
mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial
dengan orang lain. Isi dari pengetahuan ini
dipengaruhi oleh kultur di mana murid tinggal, yang
mencakup bahasa, keyakinan, dan keahlian/
ketrampilan
Maka bagi Vygotsky, ada dua prinsip penting
Teori Belajar Kognitif Sosial (Vygotsky)

berkenaan dengan teori konstruktivisme sosialnya,


yaitu:
a. Mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam
komunikasi sosial yang dimulai proses
pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai
kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan

b. Zona of proximal development. Pendidik sebagai


mediator memiliki peran mendorong dan
menjembatani siswa dalam upayanya membangun
pengetahuan, pengertian dan kompetensi.
Konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa
pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar
individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh
Teori Belajar Kognitif Sosial (Vygotsky)

setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan memulai


adaptasi intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses
penyesuaian itu equivalent dengan pengkonstruksian
pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses
regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para
konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada
penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.

Salah satu prinsip kunci yang diturunkan teori


Konstruktivisme sosial adalah penekanan pada hakikat
sosial dari pembelajaran. Vygotsky mengemukakan
bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Berdasarkan teori ini dikembangkanlah pembelajaran
kooperatif, yaitu siswa lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Teori Konstruktivisme Vygotsky yang lain mengatakan bahwa
siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada
dalam daerah perkembangan terdekat atau zone of proximal
development siswa. Daerah perkembangan terdekat adalah
Teori Belajar Kognitif Sosial (Vygotsky)

tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan


seseorang saat ini. Tingkat perkembangan seseorang saat ini
adalah tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan
prasyarat itu telah dikuasai, maka kemungkinan sekali akan
terjadi pembelajaran bermakna.
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada
hakikat pembelajaran sosiakultural. Inti teori Vygotsky
adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan
eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky,
fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-
masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin
bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas
tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-
tugas itu berada dalam zona of proximal development
mereka.
Teori Belajar Sosial (Albert Bandura)
• Teori belajar sosial merupakan perluasan dari
teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik), yang menekankan pada perilaku,
lingkungan dan faktor kognisi sebagai kunci
dalam perkembangan individu.

• Secara umum, teori ini mengatakan bahwa


manusia bukanlah seperti robot yang tidak
mempunyai pikiran dan menurut saja sesuai
dengan kehendak pembuatnya. Namun,
manusia mempunyai otak yang dapat berfikir,
menalar, dan menilai, ataupun membandingkan
sesuatu sehingga dapat memilih arah bagi
dirinya.
• Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert
Teori Belajar Sosial (Albert Bandura) Bandura. Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip–prinsip, teori–teori belajar perilaku, tetapi
memberikan lebih banyak penekanan pada kesan
dan isyarat–isyarat perubahan perilaku, dan pada
proses–proses mental internal.
• Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan
yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan;
lingkungan–lingkungan itu kerap kali dipilih dan
diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Menurut Bandura, bahwa “sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling),
dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah
paling penting dalam pembelajaran terpadu.
• Sebagai contoh, anak yang bertingkah agresif dengan
temannya atau selalu menyerang anak lain, baik
• Teori Belajar Sosial (Albert Bandura)
secara verbal maupun fisik, merupakan hasil adopsi
orang disekelilingnya, apakah itu orang tua, teman,
atau tokoh-tokoh di media.

Prinsip-prinsip yang Mendasari Teori Belajar Sosial

1. Prinsip Faktor-faktor yang Saling Menentukan


Sebagai suatu sistem bermakna bahwa perilaku,
berbagai faktor pada diri seseorang, dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam lingkungan orang tersebut,
secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu
atau penyebab yang satu terhadap yang lainnya. Antara
behavioral, environment, dan Perception sangatlah
bergantung satu sama lain.
2. Kemampuan untuk membuat atau memahami
Teori Belajar Sosial (Albert Bandura) simbul/tanda/lambang
3. Kemampuan untuk berpikir ke depan
4. Kemampuan seolah-olah mengalami apa yang
dialami orang lain
5. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri
6. Kemampuan untuk berefleksi
Hakikat Pembelajaran
PEMBELAJARAN

Adalah upaya membantu orang lain belajar


Unsur-unsur Pembelajaran

1`. Tujuan/Kompetensi
2. Materi
3. Metode
4. Evaluasi
Pendekatan Pembelajaran

Ekspositorik (berpusat pada guru)


Heuristik (berpusat pada siswa)
Model-Model Pembelajaran

1. Kelompok model Pengolahan Informasi,


2. Kelompok model Interaksi Sosial,
3. Kelompok model Personal,
4. Kelompok model Sistem perilaku
1. Ceramah,
2. tanya jawab,
Metode-Metode Pembelajaran

3. diskusi,
4. kerja kelompok,
5. pemberian tugas,
6. demonstrasi,
7. eksperimen,
8. simulasi,
9. inquiri,
10. pengajaran unit.
RENCANA PEMBELAJARAN
• Identitas mata pelajaran.
Unsur-unsur Rencana Pembelajaran

• Standar kompetensi.
• Kompetensi dasar.
• Indikator pencapaian kompetensi.
• Tujuan pembelajaran.
• Materi ajar.
• Alokasi waktu.
• Metode pembelajaran.
• Kegiatan pembelajaran
– Pendahuluan
– Inti.
– Penutup.
• Penilaian hasil belajar
• Sumber belajar

Anda mungkin juga menyukai