Anda di halaman 1dari 32

Sistem Pernafasan

 Saluran nafas bagian atas


Hidung, mulut, faring, laring, trakea dan bronkus
 Saluran nafas bagian bawah
Alveolus (kantong udara) dan paru

Fungsi :
Membawa oksigen ke seluruh tubuh shg bisa mengatur
proses pertukaran gas
Jalan nafas atas
 Melindungi alveolus, dengan : rambut (menyaring
udara), sel goblet ( menghasilkan mukus/lendir)
menangkap sel asing, silia (mendorong benda ke
tenggorokan), suplai darah utk menghangatkan udara
dan kelembabpan udara utk mengatur pertukaran gas
dan refleks batuk utk membersihkan jalan nafas
 Alveolus menghasilkan surfaktan utk menurunkan
tegangan permukaan
 Inflamasi pada sal bagian atas menyebabkan :
sinusitis, rhinitis, sinusitis, faringitis
 Pernafasan dikendalikan oleh medula dalam sistem
saraf pusat dan bergantung pada keseimbangan antara
saraf parasimpatis dan simpatis.
Jalan nafas bawah
 Inflamasi bagian bawah menyebabkan gangguan
serius yang mengganggu proses pertukaran gas,
termasuk bronkitis dan pneumoniae
 Gangguan obstrukstif mengganggu kemampuan
transpor oksigen ke jalan nafas konduksi dan pada
respiratori. Gangguan ini meliputi : asma, penyakit
paru obtruksi kronis (PPPOK), fibrosis kistik dan
sindrom gawat nafas ( RDS)
PATOLOGI PERNAFASAN
Patologi pada pernafasan bagian atas, meliputi :
 Salesma ( flu )
Menginvasi jaringan saluran nafas bagian atas, memicu
pelepasan histamin dan prostaglandin respon
inflamasi produksi mukus
 Rinitis
Proses hipersensitif, terjadi inflamasi rongga hidung.
Biasa disebut hay fever
 Sinusitis
Iritasi atau infeksi pada lapisan epitel dari rongga sinus.
Disertai nyeri hebat krn menekan tulang serta mengham
bat jalan sinus
 Faringitis dan laringitis
Infeksi pada faring dan laring, biasa menyertai
influenza sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman
o Tonsilitis
- Inflamasi tonsil yg disebabkan oleh virus atau bakteri
( streptococcus )
Patologi pernafasan bagian bawah
 Atelektasis
Kolapsnya jaringan paru sebagai akibat adanya
tekanan dari luar alveolus sehingga menghambat jalan
nafas
 Pneumoniae
Inflamasi paru oleh bakteri atau virus di jaringan atau
aspirasi zat asing ke dalam saluran pernafasan bawah.
Respon inflamasi : pembengkakan lokal, pembesaran
dan eksudasi serum pelindung
 Bronkitis
Penyempitan jalan nafas selama proses inflamasi,
obstruksi atau penyempitan aliran udara
 Bronkietaksis
Penyakit kronis yang melibatkan bronkus dan
bronkiolus. Ditandai dgn dilatasi pohon bronkus,
inflamasi jalan bronkus dan perubahan sel epitel
bronkus dengan jaringan parut fibrosa. Gejala :
demam, mialgia, atralgia, batuk yang purulen dan
produktif
Penyakit Paru Obstruksi
Penyakit paru obstruksi meliputi : Asma, fibrosis sistik,
PPOK, RDS (Respiratory Depress Syndrom)
 Asma
Bronkiolus mengalami obstruksi saat ekspirasi,
terutama akibat spasme otot, edema mukosa dan
sekret yang tebal. Hiperaktifitas oleh alergen yang
memicu pelepasan histamin sehingga terjadi
bronkospasme
Keadaan yang ekstrem adalah status asmatikus,
bronkospasme yg tdk respon pd obat dan dapat
menyumbat aliran udara ke dalam paru
 Fibrosis kistik
Penyakit herediter shg terjadi akumulasi sekret yang
tebal dalam paru shg menyumbat jalan nafas. Terapi
bertujuan menahan cairan sekresi dan mematenkan
jalan nafas sedapat mungkin
 PPOK
Obstruksi jalan nafas permanen dan kronis, penyebab
utama emfisema (hilangnya jaringan paru yang elastis,
hancurnya dinding alveolus dan inflamasi dan
cenderung kolaps saat ekspirasi) dan bronkitis kronis
(inflamasi jalan nafas permanen krn sekresi mukus,
edema dan pertahanan inflamasi yg buruk
Obat yang diberikan
Tujuan pemberian terapi
Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan gas bergerak
secara efisien
Jenis obat yang diberikan :
a. Antitussif
b. Dekongestan
c. Antihistamin
d. Ekspektoran
e. Mukolitik
 Antitussif
-Obat yang menekan pusat batuk di medula atau lokal
- Meningkatkan sekret dan mengurangi iritasi serta
bekerja sebagai anestetik lokal.
- utk batuk non produktif ( kering )
- Farmakokinetik
* dimetabolisme di hati dan dieksresikan melalui
urine, menembus plasenta serta masuk ke ASI
- Farmakodinamik
* Tidak direkomendasikan pada batuk yang sekretnya
sangat banyak
- KI : px yg butuh refleks batuk dan hati-2 pd px yg
emfisema dan asma serta hipersensitif -Onset kerja : 3-
6 jam ( dekstrometorfan )
- ESO : kering pd mukosa lambung, kantuk dan sedasi
- Digunakan tidak lebih dari 1 minggu
- contoh : dekstromethorphan, codein, diphenhidramin
Dekongestan
 Obat yang merangsang reseptor adrenergik alfa shg
menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga
menurunkan aliran darah ke membran mukosa yang
teriritasi dan berdilatasi melapisi saluran nasal dan
rongga sinus penciuatan membran mukosa hidung
dan kurangi sekresi cairan
 Rute sediaan : topikal (hambat respon inflamasi), oral
 Efek samping yang sering terjadi rebound vasodilator,
rasa terbakar krn pemakaian terlalu sering
 Contoh obat : phenylpropanolamin, glucoephedrin,
tripolidin, efedrin
 ESO
- TD dan glukosa darah meningkat
- KI : hipertensi, peny jtg, hipertiroid, DM
 Antihistamin
- Menghambat Histamin 1 sehingga meredakan efek
alergi
- Mengurangi sekresi nasofaring dgn hambat reseptor H1
- Sifat : anti kolinergik mulut kering, kurangi sekresi
- Px akan mengalami kekeringan pd kulit dan membran
mukosa, hati-2 bila mengalami Q-T yang memanjang
krn komplikasi jantung
- tdk berguna pd keadaan emergensi anafilaksis
- Perawat bisa menyarankan : minum air yg banyak,
pelembab dan menghindari ruang berasap
- contoh : dimenhidrinat, difenhidramin, loratadin,
klorfeniramin, terfenadine
Difenhidramin
a. Farmakokinetika
* mudah diabsorpsi oleh usus
* mudah berikatan dgn protein
* t ½ 2-7 jam
* Metabolisme di hati dan ekskresi di urin
b. Farmakodinamik
- Hambat H1, antikolinergik
- Interaksi obat : tekan SSP bila digunakan dgn hipnotik
- Mula kerja : 15 mnt ( per oral )
- Lama kerja : 4-8 jam
c. Efek samping obat
- ngantuk, pusing, letih, gangguan koordinasi
 Ekspektoran
- Obat yang mengencerkan sekret di sal nafas
bagian atas ( bronkus )
- Spesifik pada batuk produktif (berdahak)
- ESO : gejala GI (mual, muntah, anoreksia), ruam
kulit, suhu, suara nafas dll
- cth obat : gliseril guaiakolat,NH4Cl
 Mukolitik
- Memecah mukus karena sekret kental yang
membandel dgn cara mengurangi viskositas sekret
- Cth obat : Asetilsistein, bromheksin , ambroksol
- Kontraindikasi : bronkospasme akut, ulkus
peptikum, dan varises esofagus karena peningkatan
sekret akan memperburuk kondisi pasien
BRONKODILATOR
Agonis β 2
-Selektif dan non selektif agonis β (β 1, β 2)
-Short-acting agonists symptomatic relief of asthma
-Long-acting agonists profilaksis
-Terbutalin, salbutamol, fenoterol, salmeterol
-Mek kerja : vasodilatasi otot polos bronkus dan turunkan
resistensi jln napas
-Dosis kecil : kerja pd reseptor β 2 > β 1 yg selektifitasnya hilang
bl dosis ditinggikan
-ESO : aritmia jtg, takifilaksis, takikardi, palpitasi, tremor,
hipokalemia krn stimulasi reseptor β 1 di jtg
-Utk minimalkan ESO/efek sistemik sediaan btk inhalasi
( obat btk aerosol )
-
 Short-Acting β2 Adrenergic Receptor Agonists ( SABA )
- Salbutamol, metaproterenol, terbutaline
- Digunakan utk terapi inhalasi bronkospasme akut
- Mula kerja inhalasi : 1 - 5 mnt dan menyebabkan
bronkodilasi selama 2-6 jam
- terdapat btk sediaan oral
 Long-Acting β2 Adrenergic Receptor Agonists ( LABA)
- Salmeterol xinafoate,formoterol long-lasting adrenergic
agents dgn selektivitas sgt tinggi thd reseptor β2
- Btk inhalasi salmeterol : bronkodilasi tjd hingga > 12 jam (
lipofilik )
- Dikombinasi dgn glukokortikoid utk asma persisten lbh
efektif (salmeterol-fluticasone, formoterol-budesonide)
-Respon terapi btk aerosol : sgt cepat ( menit ) kec. Salmeterol
-Tgt dari delivery obat di jln napas ( ukuran partikel obat, kec
inspirasi , diameter jln napas )
Terbutaline
- bronkodilator selektif β 2
- btk sediaan : oral, s.c, inhalasi
- lama kerja : 3-6 jam ( inhalasi )
- Onset : 1 – 2 jam ( oral )
-Termasuk short acting

.
Albuterol/ Salbutamol
- Agonis reseptor β 2 selektif dgn sifat farmakologi dan
indikasi terapi serupa dgn terbutalin
- Dipakai dlm btk inhalasi, oral
- Termasuk short acting β 2 agonist ( SABA )
Fenoterol ( berotec )
- Agonis reseptor β 2 selectif
- Onset of action cepat ( inhalasi ), bertahan 4-6 jam
-
Formoterol
- Agonis reseptor β 2 selektif kerja panjang
- bronkodilatasi tjd pd bbrp menit dgn dosis terapi bertahan
hingga 12 jam
- Sesuai utk nocturnal asthma (highly lipophilic dan
memiliki afinitas tinggi thd reseptor β 2 )
- Indikasi : asthma, bronkospasme, profilaksis exercise-
induced bronkospasme, chronic obstructive pulmonary
disease (COPD)
- Dpt digunakan bersama – sama dgn short-acting b2
agonists, glucocorticoids (inhaled or systemic), dan
theophylline
 Salmeterol (serevent )
- Selective b2 receptor agonist with a prolonged duration of
action (>12 hours)
- 50 x lbh selektif drpd salbutamaol
- Seefektif ipratropium dan teofillin
- Bisa dikombinasi dgn ipratropium inhalasi or teofillin oral
( aditif )
- highly lipophilic dan kerja panjang
- Memiliki sifat antiinflamasi
- Eliminasi : faeses
- Utk nocturnal asthma, bkn utk asma akut
- ESO : takikardi, hiperglikemia, tremor, hipokalemia
- ESO agonis selektif β 2
- Terkait dgn aktivasi reseptor β 2 yg berlebihan
- Dikurangi dlm btk inhalasi
- Tremor dikurangi dgn dosis rendah
- Perasaan gelisah, cemas, ketakutan (oral or parenteral )
- Takikardi ( krn stimulasi reseptor β 1)
- Risiko tinggi dipakai pd pasien peny. Jtg
 Xanthin
- Merangsang SSP dan pernapasan , dilatasi pemb
pulmonar & koroner
-Memiliki efek langsung pada otot polos saluran
nafas, baik pada bronkus atau pembuluh darah
- Menstimulasi prostaglandin shg membuat
relaksasi otot polos
-Menghambat pelepasan zat anafilaksis dan
histamin shg mengurangi pembengkakan dan
penyempitan bronkus
-Indikasi : asma akut, COPD
- Contoh : Aminofilin, teofilin, kafein
- * Teofillin
- Farmakokinetik
- Diabsorbsi baik per oral, dpt menurun bila bersama
makanan dan antasida
- Metabolisme : hati , ekskresi via ginjal
- T ½ : 7-9 jam ( bkn perokok ), 4-5 jam ( perokok )
- Farmakodinamik
- Efek pd SSP : stimulasi SSP ( dosis rendah, sedang ):
kardiovaskuler : kronotropik dan inotropik (+)
- Efek sal cerna : rangsang sekresi as lambung
- Per oral mula kerja : 30 mnt, lama kerja 6 jam
- KI : hipertiroid, aritmia jtg
-ESO : takikardi, palpitasi, kejang, aritmia jtg, tremor

Anda mungkin juga menyukai