Anda di halaman 1dari 16

Deteksi Virus Rabies

pada Kasus Ante-Mortem


dengan RT-PCR
Jurnal
Retno Roma Uli A 141 046
Vella Cavela A 141 086
Intan Lisna Putri A 141 065
Wirda Dahliani A 141 061
Rabies atau dikenal dengan penyakit
anjing gila merupakan penyakit zoonosis
yang disebabkan oleh Lyssa-virus yang
termasuk ke dalam family Rhabdoviridae

 Virus rabies bertransmisi melalui luka atau
kontak langsung dengan permukaan mukosa
dari hewan penular rabies
 Virus rabies menyerang otak dan sistem saraf
pusat dengan gejala awal seperti flu, demam,
sakit kepala tetapi progres infeksinya bisa
secara cepat menjadi halusinasi, paralisis dan
berakhir kematian
Kasus rabies dari berbagai wilayah Indonesia masih dilaporkan
dari tahun ke tahun. Dalam waktu 10 tahun sejak tahun 1996-
2006 jumlah kematian akibat rabies berkisar antara 0,5 – 1%
“ kasus. Saat ini penyakit rabies telah tersebar di 24 provinsi
dengan jumlah kasus gigitan hewan penular rabies dan kasus
kematian karena rabies yang tinggi mencapai 100% di
Indonesia dan 15 dari 16.258 kasus gigitan hewan penular
rabies meninggal.
Deteksi Virus di laboratorium

1. Mikroskopis, untuk melihat dan menemukan


Negris Bodies (pewarnaan Seller, Fluorescent
Antibody Test (FAT) dan hispatologik);
2. Antigen-antibodi, berdasarkan reaksi dengan
uji virus netralisasi, gel agar presipitasi atau
reaksi pengikatan komplemen dan FAT;
3. Isolasi virus, yang dilakukan pada mencit,
Mouse Inoculation Test (MIT) atau invitro
pada biakan jaringan diikuti identifikasi isolat
dengan cara pewarnaan FAT atau uji virus
netralisasi.
Diagnosis Virus pada Manusia

Menggunakan spesimen jaringan otak atau cairan


otak dengan metode FAT, karena lebih spesifik
dan sensitif mendeteksi virus rabies namun tidak
dapat digunakan untuk mendeteksi virus rabies
pada saat ante mortem
Deteksi Virus menggunakan RT-PCR

1. Memiliki sensitivitas dan spesifitas


yang tinggi untuk pemeriksaan ante
mortem
2. Waktu pengerjaan lebih cepat
dibandingkan dengan FAT dan MIT
Tujuan penelitian ini menggambarkan penggunaan RT-PCR
“ untuk deteksi virus rabies pada kasus tersangka rabies yang
ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies.
Metode

Isoasi RNA dengan Isolasi RNA dengan


menggunakan kit menggunakan kit Pemeriksaan spesimen rabies
komersial komersial dilakukan dengan menggunakan
metode RT-PCR
Reverse transkripsi dan amplifikasi

• Superscript TM One Step RT-PCR with Platinum Taq

Pembuatan cDNA

• reverse transkripsi pada suhu 55C selama 30 menit, hot start pada
suhu 94C selama 2 menit

PCR

• siklus PCR yang terdiri dari denaturasi pada suhu 94C selama 30
detik, primer annealing pada suhu 50C selama 30 detik dan
extension pada suhu 72C selama 1 menit
Hasil PCR

Elektroforesis

Gel elektroforesis divisualisasikan


menggunakan gel documentation
dibawah sinar UV.
Hasil
1. Sebanyak 74 spesimen yang
berupa saliva, apus selaput
mata dan apus bawah lidah
dari kasus tersangka rabies
dilakukan pemeriksaan RT-
PCR terhadap gen G dan
Gen N.
2. Terdapat satu kasus
positif terhadap virus
rabies pada spesimen Gambar 1a merupakan gen N, dan 1b merupakan gen G.
klinis No. 1 merupakan sampel, NC adalah kontrol negatif, PC
adalah kontrol positif.
Kesimpulan

RT-PCR dapat digunakan untuk mendeteksi virus rabies


pada spesimen kasus ante mortem manusia dengan
memperhatikan waktu pengambilan dan jenis spesimen.
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai