Anda di halaman 1dari 26

Departemen Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro

“LAPORAN RBNP”

PENGGUNAAN BANTALAN 3 LAYERS DACRON SILICON


SEBAGAI TINDAKAN PREVENTIF PADA PRESSURE INJURY
DI IBS RSUP DR KARIASI

Isna Intan Jauhara


RSUP Dr KARIADI Rainy Tri Kurnianingtyas
Wiwik Sumbogo
8 Juni 2017
INTERVENSI
PEMBERIAN BANTAL 3 LAYERS DACRON SILICON

POSISI SUPINASI

Occiput Scapula

Sacrum Heels
POSISI PRONASI

Facial
Elbow

Patella
& Toes
Thoraks &
Illiac crest
Pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 12 orang yang
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Dari 12 responden, dipilih 5 responden menjadi kelompok


intervensi/eksperimen, yaitu kelompok yang diberikan bantalan 3
layers dacron silicon pada area penonjolan, dan 6 responden
sebagai kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan
perlakuan.

Pengambilan data dengan memberikan intervensi bantalan 3 layers


dacron silicon dilakukan pada 28 Mei - 4 Juni 2018 di Ruang IBS
RSUP Dr Kariadi Semarang.
HASIL PENELITIAN
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat digambarkan bahwa distribusi usia
responden pada kelompok intervensi paling banyak berada pada
kategori lansia yaitu sebanyak 4 responden(66%). Sementara jumlah
responden paling banyak pada kelompok kontrol berada pada kategori
dewasa yaitu sebanyak 5 responden (83%). Jenis kelamin pada
kelompok eksperimen dan kontrol masing-masing 3 laki-laki (50%) dan
3 perempuan (50%). Distribusi BMI responden pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol paling banyak berada pada kategori
obesitas yaitu sebanyak 4 responden (66%) pada kelompok intervensi
dan 3 responden (50%) pada kelompok kontrol. Gambaran distribusi
tanda-tanda vital pre anestesi dan selama anestesi pada kelompok
intervensi dan kontrol semua responden (100%) memiliki tanda-tanda
vital normal. Gambaran distribusi waktu operasi pada kelompok
intervensi paling banyak selama 3,5 jam yaitu sebanyak 4 responden
(66%) dan pada kelompok kontrol lama operasi paling banyak 3 jam
yaitu 3 responden (50%).
Gambaran Resiko Pressure Injury Intraoperative

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat digambarkan bahwa distribusi resiko pressure injury
intraoperative responden pada kelompok intervensi semua responden (100%)
pada kategori resiko sedang dan pada kelompok kontrol paling banyak pada
resiko sedang yaitu 5 responden (83%)
Gambaran Kejadian Pressure Injury

Berdasarkan tabel 4.3 sebelum dilakukan perlakuan tidak didapatkan


pressure injury pada kelompok kontrol maupun intervensi (0%). Sedangkan
setelah dilakukan perlakuan, pada kelompok intervensi didapatkan pressure
injury 3 responden (50%) dan pada kelompok kontrol didapatkan 5 responden
(83%) mengalami pressure injury
Gambaran Lokasi Kejadian Pressure Injury Posisi Supinasi

Tabel 4.4 menunjukan bahwa tidak didapatkan kejadian pressure injuri pada posisi
supinasi setelah diberikan intervensi pada kelompok intervensi (0%). Pada kelompok
kontrol 2 responden terjadi luka tekan pada lokasi sacrum dan berdasarkan NPUAP
tingkat tekanan stadium 1.
Heels

scapula
Heels
Gambaran Lokasi Kejadian Pressure Injury Posisi Pronasi

Tabel 4.5 menunjukan bahwa kejadian pressure injuri pada posisi pronasi setelah diberikan
intervensi pada kelompok intervensi 3 responden (100%) mengalami pressure injury yaitu 1
responden pada siku, 1 responden pada area facial, 2 responden pada area thoraks, 2 responden.
pada area illiact crest, 2 responden pada area patella dan 2 responden pada area toes. Pada
kelompok kontrol 3 responden (100%) terjadi presure injury yaitu yaitu 1 responden pada siku, 3
responden pada area thoraks, 3 responden pada area illiact crest, 2 responden pada area patella
dan 1 responden pada area toes. Berdasarkan NPUAP tingkat tekanan pada kelompok kontrol dan
intervensi pada tingkat stadium 1.
Kejadian Pressure Injury Posisi
Pronasi

Dada Patella

Siku
Pengaruh Bantalan 3 Layers Dacron Silicon pada kejadian
Pressure Injury

Pada tabel 4.7 hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,1573 > 0.05 (α) maka Ho
diterima atau Ha ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh pemberian bantalan 3
layers dacron silicon terhadap kejadian pressure injury.
PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian


bantal 3 layer dacorn silicon. Berdasarkan hasil uji wilcoxom nilai sig (2
tailed) = 0,157 sehingga sig (0.157)> α (0,05) maka tidak ada pengaruh
adanya pemberian bantalan 3 layer dacorn silicon terhadap kejadian
pressure injury pada posisi supinasi dan pronasi. Tingkat pressure injury
sebelum di berikan bantalan 3 layer dacorn silicon pada kelompok
eskperimental dan kontrol yaitu sejumlah 12 responden pada posisi
supinasi dan pronasi tidak didapatkan kejadian pressure injury. Setelah
mulai operasi dan diberikan bantal pada kelompok eskperimental dengan
posisi supinasi pada titik- titik resiko PI, tidak ditemukan adanya kejadian
PI.
Pada kelompok kontrol posisi operasi supinasi didapatkan
2 responden terjadi luka tekan pada lokasi sacrum dengan stadium
I yaitu pada pasien 8 dan pasien 9. Pasien 8 dengan diagnose
fraktur femur dan dilakukan tindakan orif selama 3,5 sedangkan
pasien lain pada kelompok control durasi operasi 3 jam. Menurut
penelitian oleh Riemenschneider (2018) menyebutkan operasi yang
berlangsung lebih dari 3 jam memiliki resiko yang lebih tinggi.
Resiko meningkat setiap jam tambahan berlangsungnya operasi
(Riemenschneider, 2018). Pada pasien 9 adeno ca colon dilakukan
tindakan operasi hernikolestomy setelah operasi ditemukan kulit
pada bagian sacrum terlalu lembab bahkan sprei basah terkena
cairan desinfektan yang diberikan pada bagian abdomen mengalir
hingga bagian punggung. Menurut penelitian oleh Astutik (2016)
menyebutkan bahwa berdasarkan uji stastistik didapatkan nilai ρ <
0,005 yaitu sebesar ρ = 0,012 untuk variabel faktor resiko
kelembapan. Hal ini berarti bahwa faktor resiko kelembapan
merupakan salah satu faktor yang signifikan dapat menyebabkan
terjadinya PI (Astutik,2010).
Pada kelompok intervensi dengan posisi pronasi dengan bantal 3 layer
dacorn silicon pada titik- titik resiko PI, terdapat 3 responden (100%)
mengalami pressure injury dengan stadium 1 yaitu pada pasien 4 di bagian
thoraks, pasien 5 pada semua titik yaitu siku, wajah, thoraks, iliac chest,
patella dan toes. Pada pasien 6 terdapat luka di illaic chest, patella dan toes.
Pasien 1 dengan diagnosa fraktur servical yang dilakukan tindakan
laminectomy dekompresi terdapat warna kemerahan pada bagian thoraks.
Pada pasien 5 dengan cord stenosis vertebra servical C4-C6 dengan tindakan
laminectomy terdapat luka stadium 1 di semua titik.

Pasien 5 memiliki berat badan yang lebih dengan IMT 27,1 kg/m2 ( obesitas)
dengan durasi operasi 3,5 jam.menurut penelitian oleh Lestari pada tahun
2010 semakin berat badan seseorang maka semakin tinggi tekanan bila
bseseorang pada posisi tidur. Faktor tekanan, terutama sekali bila tekanan
tersebut terjadi dalam jangka waktu lama yang menyebabkan jaringan
mengalami iskemik (Lestari, 2010). Tekanan pada bagian tubuh tertentu
dalam jangka waktu lama mengakibatkan gangguan aliran oksigen ke jaringan
(Fitriyani, 2009).
Pada pasien 6 dengan diagnose fraktur lumbal 2 grade III dengan tindakan
flavektomy terdapat luka pada bagian illaic chest, patella dan toes karena
penempatan duk yang tidak rapi dan terjadi pergeseran untuk memposisikan
pasien ketika pasien sudah di beri bantal pada area tersebut. Berdasarkan
hasil penelitian oleh Lestari (2010) menyebutkan bahwa pergeseran dan
pergerkan pasien akan menyebabkan keruskaan pada area kulit (Lestari,
2010). Sedangkan kelompok kontrol terdapat luka stadium I , pada pasien 10
terdapat luka pada siku, thoraks, illaic chest, patella dan toes , pasien 11 luka
pada thoraks dan iliac chest , pada pasien 12 luka terdapat pada bagian
thoraks, iliac chest dan patella.
Pada kelompok kontrol dengan posisi pronasi yaitu pasien 10 dengan diagnose
medis HNP servical 2-7 dengan syringomyeloma dengan tindakan foramen
magnum dekompresi memiliki IMT 30 kg/m2 (Obesitas) memiliki masalah yang
sama dengan pasien 5 yaitu obesitas. Perbedaannya adalah pada letak luka,
pada pasien 10 tidak terdapat luka tekan pada bagian fasial karena pada
pasien tidak diberi penambahan pada bantalan pada tempat wajah, selain 9itu
pasien 10 memiliki kulit yang cenderung lembab sehingga seluruh bagian titik
yang berresiko PI luka dengan stadium I. Pada pasien 11 dengan diagnose
medis spondylolysis lumbalsacral dengan tindakan Fusi posterior vertebra
lumbal dan pasien 12 dengan diagnose Sol ekstradural dengan tindakan
Laminektomi evakuasi tumor dan 12 memiliki ,masalah yang sama yaitu
obesitas, pada pasien 11 memiliki durasi operasi 4 jam berumur 53 tahun.
Pada pasien 11 luka terdapat pada bagian thoraks dan illaic chest saja
sedangkan pada pasien 12 durasi waktu 3,5 jam berumur 19 tahun luka
terdapat pada bagian thoraks, illaic chest dan patella. Luka pasien 12 di
patella disebabkan adanya pergeseran pada bantal di daerah patella segingga
patella bersentuhan langsung dengan meja operasi.
Angka kejadian pressure injury berdasarkan penelitian yang dilakukan dari
tanggal 21 Mei - 4 Juni 2018, ditemukan data bahwa angka kejadian pressure
injury lebih banyak terjadi pada posisi pronasi yaitu 6 responden (100%)
mengalami luka stadium I dibagian-bagian tertentu, karena posisi ini terdapat
penonjolan yang lebih banyak dibandingkan pada posisi supinasi yang lebih
rata
Ketidakefektifan Penggunaan Bantalan 3 Layers Dacron
Silicon pada kejadian Pressure Injury

Penggunaan bantal yang kurang efektif karena bahan yang di gunakan yaitu
perlak. Perlak memiliki sifat yang tidak menyerap air sehingga menyebabkan
panas pada area titik resiko PI. Sehingga dapat mengakibatkan penigkatan
resiko PI karnea penigkatan suhu tubuh responden. Setiap terjadi peningkatan
metabolisme akan menaikkan 1 derajat Celcius dalam temperatur jaringan
Selain itu, dengan menurunnya elastisitas kulit, akan tidak toleran terhadap
adanya gaya gesekan dan pergerakan sehingga akan mudah mengalami
kerusakan kulit.Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara peningkatan temperatur tubuh dengan resiko terjadinya luka
Pressure Injury (Suriadi, 2003).
Ketidakefektifan penggunaan bantal juga dikarenakan terjadi pergeseran ketika
memposisikan responden meskipun bantal telah dipasang. Berdasarkan hasil
penelitian oleh Lestari (2010) menyebutkan bahwa pergeseran dan pergerkan
pasien akan menyebabkan keruskaan pada area kulit (Lestari,
2010).Diperlukan koordinasi antar perawat dan dokter anastesi dalam
memposisikan pasien sebelum dipasang bantal agar tidak terjadi pergeseran
yang dapat beresiko dengan peningkatan PI
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Resiko pressure injury intraoperative pada responden kelompok intervensi
pada kategori resiko sedang (100 %) dan pada kelompok kontrol resiko
sedang yaitu 5 responden (83%).
Setelah dilakukan perlakuan, pada kelompok intervensi didapatkan
pressure injury 3 responden (50%) dan pada kelompok kontrol didapatkan
pressure injury 5 responden (83%).
Tidak terdapat pengaruh pemberian bantalan 3 layers dacron silicon
terhadap kejadian pressure injury dengan p value = 0,157
IBS
Diharapkan hasil penelitain ini dapat memberikan masukan yang positif bagi
ruang IBS RSUP Dr. Karyadi sebagai gambaran angka kejadian pressure
injury di ruang IBS.

Bagi Profesi Keperawatan


Perawat bedah maupun mahasiswa keperawatan yang memilih peminatan
IBS diharapkan dapat melakukan penelitian tentang penerapan intervensi
keperawatan yang dapat mengurangi kejadian pressure injury di IBS.
Peneliti Selanjutnya
 Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menginovasi intervensi pemberian
bantalan dari bahan dakron silicon dengan menambahkan bahan
pelindung pada bantal berupa bahan yang tidak panas, serta dapat
menyerap air (berpori) sehingga hasil pemberian bantalan lebih efektif.
Serta dalam pemberian lapisan diharapkan diperhatikan pembalutannya
agar tidak menambah resiko adanya luka tekan.
 Peneliti senalnjutnya diharapkan dapat mengukur tekanan yang tepat
pada pasien, agar pengaplikasian bantalan lebih efektif
 Peneliti selanjutnya diharapakan lebih menggali faktor resiko lain
terutama faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi kejadian luka tekan
saat diberikan bantalan
 Peneliti selanjutnya diharapkan agar berkolaborasi dengan semua tenaga
kesehatan yang terlibat dalam proses perioperative, agar dalam
pelaksanaan intevensi lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai