Anda di halaman 1dari 51

HIPNOTIK-SEDATIF

SEDATIF
◦ Menekan aktivitas
◦ Menghambat respon thd rangsangan emosi
◦ Menenangkan

HIPNOTIK
◦ kantuk
◦ mempermudah tidur
◦ mempertahankan tidur fisiologis
INDIKASI LAIN HIPNOTIK-SEDATIF

• Pelemas otot
• Antiepilepsi
• Antiansietas
• Induksi anestesi
KLASIFIKASI

1. Barbiturat
2. Non Barbiturat
• Benzodiazepin
• Kloralhidrat
• etklorvinol
• paraldehid
Barbiturat
 Klasifikasi  long acting (phenobarbital)
short-intermed acting
(pentobarb,secobarb)
ultra-short acting (thiobarb)
 Lipid soluble  absorpsi baik dan distribusi luas
 Metabolisme  hepar, inducer enz mikrosm  mdh
toleran
 Indikasi  “sedatif”, hipnotik, antikonvulsan, anestesi
umum, induksi konyugasi bilirubin pd icterus neonatus
 Efek sampingngantuk, inkoordinasi, iritable, mulut
kering, (hangover) dan toleransi
 Intoksikasi  alkalinisasi urin
BARBITURAT

OBAT
– Fenobarbital, amobarbital, dll

MEKANISME KERJA
– Dosis rendah  Inhibisi sinaps
dipertahankan
– Dosis tinggi  menurunkan kepekaan
membran post synaptik terhadap
neurotransmitter perangsang
BARBITURAT

SSP  depresi
– Sedasi – hipnotik – anestesi – koma - mati
SARAF PERIFER
– Menekan transmisi ganglion otonom
PERNAFASAN
– Depresi nafas sesuai dengan dosis
– Hipostatic Pneumonia  long acting
BARBITURAT

CVS
– TD menurun, DJ menurun  syok

GIT
– Mengurangi tonus otot & amplitudo 
mengobati diare, muntah

HEPAR
– Meningkatkan aktivitas enzimatik sitokrom
P450, sehingga kecepatan metabolisme
meningkat
BARBITURAT
FARMAKOKINETIK
Peroral absorbsi cepat dan sempurna
Melewati plasenta
Terikat protein plasma
EFEK SAMPING
Vertigo
Mual
Diare
Mialgia
Neuralgia
Artralgia
Alergi
Intoksikasi Barbiturat
 Pupil konstriksi, RC +
 Depresi Napas
 Tekanan darah
 Oliguria  Anuria
 Pneumonia Hipostatik
Intoksikasi Barbiturat
 Penatalaksanaan
 Syok  Terapi Syok
 <24 jam  Bilas lambung
 Karbon aktif
 Pencahar
 Tx. Symptomatik
Benzodiazepin
 Efek tidur lbh enak dp barbiturat  menekan
fase 3-4 non REM
 Rebound terjadi stl 4-6 minggu (kecuali
flurazepam)
 Indikasi  anxiety, depresi, panic disorder,
muscle relaxant, premedikasi anestesi,
alkohol withdrwal syndr, hipnotik
sbg antikonvulsi status epileptikus,
tetanus, febrile conv.
 Efek samping
drowsiness, confusion, amnesia,hipotensi,
potensiasi dg obat depresan SSP
Benzodiazepin
 Flurazepam (Dalmane)
 Oxazepam (Serax)
 Lorazepam (Ativan)
 Diazepam (Valium)
 Chlordiazepoxide (Librium)
 Triazolam (Halcion)  (t1/2 < 2jam)
BZD Pharmacokinetics
IM/IV Dose Onset Dist Elim Active
Equiv t1/2 t1/2 Metab
Alprazolam 0.5 Int.(?) Int. 6-20 No

Chlordiazepoxide IV 10 Int. Slow 30-100 Yes

Clonazepam 0.25 Int. Int. 18-50 No

Clorazepate 7.5 Fast(?) Fast 30-100 Yes

Diazepam IV 5 Fast Fast 30-100 Yes

Lorazepam IM, IV 1 Int. Int. 10-20 No

Oxazepam 15 Slow Int. 8-12 No

Arana & Rosenbaum, Handbook


of Psychiatric Drug Therapy, 2000
BENZODIAZEPIN
SSP
Hipnosis
sedasi
relaksasi
ansiolotik
antikonvulsi
CVS
Vasodilatasi koroner (IV)
TD menurun
Umumnya ringan kecuali ada intoksikasi berat
BENZODIAZEPIN

PERNAFASAN
Depresi ringan
Depresi berat bila bersama dengan alkohol

GIT
Pd tikus  mencegah timbulnya ulkus akibat
stress
Pd manusia  Mengurangi sekresi asam lambung
waktu malam
BENZODIAZEPIN

FARMAKOKINETIK
Diabsorbsi sempurna
Bzd dan metabolit aktifnya terikat protein
plasma
Dapat melewati sawar uri
Diekskresi ke ASI
Metabolisme di hepar
BENZODIAZEPIN

EFEK SAMPING
Lambat bereaksi,
Inkoordinasi motorik,
Ataksia,
Gangguan fungsi mental & psikomotor,
Gangguan koordinasi berfikir,
Disartria,
Antagonis Benzodiazepin

Flumazenil
◦ MOA  menghambat potensiasi sbg
kompetitif inhibitor GABA-Bzd-Cl
ionofor komplek
◦ Indikasi :
 Confirm Diagnose intoksikasi Benzodiazepin
 Terapi Intoksikasi  ETT -
 Terapi Hepatik Ensefalopati
ANTIKONVULSAN
ANTIKONVULSI  ANTIEPILEPSI

 Epilepsi gangguan SSP, spontan


episodik,berulang dan
berhubungan dengan neuronal
discharge berupa letupan listrik
yang berlebihan.
 Fokus ektopik  neuron epileptik
 Gejala serangan (seizure) dapat disertai
kejang atau tidak
Klasifikasi Epilepsi
 General seizures :
◦ Generalized tonic-clonic (grandmal)
◦ Absence (petitimal)
◦ Atypical absence seizure
 Partial seizures :
◦ Simple partial seizure
◦ Complex partial seizure
◦ Partial secondarily generalized  berkembang
menjadi general  epilepsi psikomotor
ETIOLOGI
 Partial seizure  lesi pd korteks
mekanisme seluler tidak jelas 
fokus ischemia, neuron inh (-), supersenst,
defesiensi nerotrans inh., aktivitas Na-K-ATPase
Faktor sistemik  hypoksia, alkalosis, kekurangan
elektrolit, eklamsia, gagal ginjal, kortikoid >,
alcohol withdrwal, intoksikasi logam berat

 General seizure  biasanya genetik


Mekanisme seizure
 Neuron :
◦ Neuron epileptik mencetuskan letupan
depolarisasi paroxysmal merubah
potensial membran, berulang-ulang,
IPSP hilang dan letupan depolarisasi
abnormal menjalar ke sel sekitar
 Kanal ion :
◦ Terjadi defect pada transmisi sinap
antar neuron
Mekanisme Kerja Antikonvulsan

1. Meningkatkan nilai ambang neron epileptik


2. Mencegah penyebaran seizure ke neron yang
masih normal

Pd umumnya obat antikonvulsan dapat


menghilangkan gejala (seizure)50%,
sebagian seizure dapat ditekan sehingga
tidak menyebar
Efek Samping
 Phenytoin (Dilantin) mdh terjadi toksik :
◦ SSP  ataksia, diplopia, disarthria, ngantuk
◦ Kulit  hypersens: skin rash, steven-johnson
◦ Hyperplasi gingiva
◦ Hirsutisme
◦ Nausea, vomiting
◦ Agranulositosis (blood diskrasia)
◦ Hepatotoksik, teratogenik
◦ Interaksi obat
 Carbamazepine (Tegretol)
◦ ataxia,diplopia,dizziness,drowsiness
◦ Nystagmus, anorexia, nausea, rash, edema
◦ Agranulositosis, aplastic anemia
◦ Interaksi obat
Efek samping
 Phenobarbital (Luminal)
◦ Induksi enz mikrosom hepar
◦ Skin rash
◦ Nistagmus, ataxia
◦ Hypoprotrombinemia pd bayi
◦ Megaloblastik anemia
◦ Osteomalacia
 Primidone (Mysoline)
◦ Drowsiness, vertigo, nausea, ataxia
◦ Interaksi = phenobarbital
 Valproic acid
◦ Nausea, vomiting, anorexia
◦ Alopecia reversible, ataxia, insomnia
◦ Hepatic toxicity & pancreatitis
BENZODIAZEPIN
OBAT
– Diazepam, klordiazepoksid, lorazepam, klobazam,dll

MEKANISME KERJA
– Potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai
mediator

GABA + Bzd + klorida ionofor komplek



Pembukaan kanal Cl-

meningkatkan potensial listrik  Sel sukar tereksitasi
Obat Psikotropika
Psikotropik
 Obat yg bekerja secara selektif pd
susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai
efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku (mind behavior altering drug)
 Digunakan untuk terapi gangguan
psikiatrik
Risiko Obat Psikotropik
 Obat Psikotropik
◦ Digunakan secara salah  misuse
◦ Disalah-gunakan Abuse

Gangguan Jiwa :
 Intoksikasi akut
 Sindrom ketergantungan
 Keadaan putus obat
 Gangguan Psikotik
Klasifikasi Psikotropik
 ANTIPSIKOSIS
 ANTIANSIETAS
 ANTIDEPRESI
 PSIKOTOMIMETIK
Klasifikasi Psikotropik
 ANTIPSIKOSIS typical
◦ Derivat fenotiazin
 Klorpromazin,
 Thioridazin,
 Asetofenazin,
 Trifluoperazin triopopazat,
 Flufenazin, dll
◦ Non Fenotiazin
 Klorprotiksen
◦ Butirofenon
 Haloperidol
 ANTIPSIKOSIS atypical  obat antipsikosis baru
◦ Clozapin
◦ Sulpiride
◦ Risperidone
Klasifikasi Psikotropik
 ANTIANSIETAS
◦ Benzodiazepin
◦ Non Benzodiazepin
 ANTIDEPRESI
◦ MAOI (Mono Amin Oksidase Inhibitor)
 Nialamid
 Moclobemide
◦ TCA (TriCyclic Antidepressant)
 Amitriptilin
 Imipramin
 Clomipramin
 PSIKOTOMIMETIK
ANTIPSIKOSIS
 Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan
aktivitas neurotransmiter Dopamine yang
meningkat (Hiperaktivitas dopaminergik sentral)
 Mekanisme kerja
Typical  memblokade Dopamine pada
reseptor dopamine pada otak
Atypical  Bekerja dengan Dopamin dan
serotonin reseptor sebagai antagonis
Efek samping

 Sedasi dan inhibisi psikomotor


 Gangguan otonomik
 Gangguan Ekstrapiramidal
 Gangguan Endokrin
 Gangguan hematologik
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA

 Psikiatrik Emergency
 Reaksi idiosinkrasi
 Gejala :
 Suhu badan >38
 Terdapat sind. Ekstra piramidal berat
 Gx. Disfungsi Otonomik
 Perubahan status mental
 Perubahan tingkat kesadaran
 Semua gejala timbul secara cepat
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA

 Penatalaksanaan
 Hentikan segera antipsikosis
 Perawatan suportif
 Obat Dopamin agonis
 Bromokriptin
 L-Dopa
 Amantadin
Interaksi Obat
 Antipsikosis + Tricyclic antidepressant
◦ Efek samping antikolinergik meningkat
 Antipsikosis + antiansietas
◦ Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan
gejala agitasi dan gaduh gelisah yang sangat hebat
 Antipsikosis + Antasida
◦ Menurunkan efektifitas antipsikosis karena gangguan
absorpsi
ANTIDEPRESI
 Sindrom depresi disebabkan oleh
defisiensi relatif salah satu atau beberapa
“Aminergic-neurotransmiter”
(Noradrenaline, Serotonin, dopamine)
pada sinaps di SSP
 Mekanisme kerja :
 Menghambat re-uptake aminergic neurotransmiter
 Menghambat penghancuran neurotransmiter oleh
enzim Monoamin Oksidase
Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
 Fungsi MAO :
 Deaminasi oksidatif katekolamin di
mitokondria
 MAOI menghambat proses deaminasi oksidatif
dengan membentuk senyawa kompleks dengan
MAO
 Kadar Noradrenalin dan Adrenalin meningkat
Efek samping MAOI
 Sedatif
 Tremor
 Insomnia
 Konvulsi
 Ortostatik hipotensi
 Fenomena Tiramin
Krisis Hipertensi
Tricyclic Antidepressant
 Mekanisme kerja dengan menghambat re-
uptake neurotransmiter di otak
 Efek samping :
 Sedatif
 Gangguan Otonomik
 Ortostatik Hipotensi
 Hiperhidrosis
 Kesulitan BAK
INTERAKSI OBAT
 MAOI + SSRI/TCA
 Serotonin Malignant Syndrome
 Mual, muntah, diare
 Agitasi
 Gelisah
 MAOI + Obat simpatomimetik
 Potensiasi terjadinya krisis hipertensi dan resiko terjadi
stroke
 MAOI + senyawa mengandung Tiramin
 Dapat terjadi krisis hipertensi, dimana ada resiko
terjadinya stroke pada usia lanjut
 Obat antidepresi + CNS Depresan
 Potensiasi efek sedasi dan penekanan terhadap pusat
napas resiko timbulnya “respiratory failure”
ANTIANSIETAS
 Sindrom ansietas disebabkan oleh
hiperaktivitas dari sistem limbik yg terdiri
dari “dopaminergik, Serotoninergik,
noradrenergik neuron” yg dikendalikan
oleh GABA-ergic (suatu inhibitory
neurotransmiter”
 Mekanisme kerja : Adanya ikatan antara
obat antiansietas dengan reseptornya akan
meng-reinforce GABA-ergic neuron
sehingga hiperreaktivitas tersebut mereda
Klasifikasi obat antiansietas
 Benzodiazepin
 Diazepam
 Klordiazepokzid
 Lorazepam
 Clobazam
 Alprazolam
 Bromazepam
 Non Benzodiazepin
 Sulpiride
 Buspirone
Efek samping
Lambat bereaksi,
Inkoordinasi motorik,
Ataksia,
Gangguan fungsi mental & psikomotor,
Gangguan koordinasi berfikir,
Disartria,
SPEKTRUM KLINIS
 Diazepam/Klordiazepokzid
 Broadspektrum
 Nitrazepam/Flurazepam
 lebih efektif sbg anti Insomnia
 Midazolam
 Onset cepat kerja singkat  premedikasi operatif
 Bromazepam, Lorazepam, Clobazam
 lebih efektif sebagai antiansietas
 Sulpiride
 efektif untuk antiansietas dan resiko ketergantungan
kecil
OBAT ANTIANSIETAS

Nama Sediaan Dosis


Diazepam Tab. 2, 5 mg Oral 10-30 mg/hr

Inj. 10mg/2cc Inj. 2-10 mg/x

Rectal tube 5 mg/2,5 cc <10 kg = 5 mg

Rectal tube 10 mg/2,5 cc >10 kg = 10 mg

Klordiazepokzid Tab 5 mg 15-30 mg/hr

Lorazepam Tab 0,5-1-2 mg 2 x 1 mg/hr

Clobazam Tab 10 mg 2 x 10 mg/hr

Alprazolam Tab 0,25-0,5-1 mg 3 x 0,5 mg/hr

Sulpiride Cap 50 mg 100-200 mg/hr

Buspirone Tab 10 mg 15-30mg/hr


INTERAKSI OBAT
 Benzodiazepin + CNS stimulan
 Antagonisme efek antiansietas, sehingga
efek benzodiazepin menurun
 Benzodiazepin + Antipsikosis
 Manfaat efek klinis dari Benzodiazepin
mengurangi kebutuhan dosis antipsikosis,
sehingga resiko efek samping antipsikosis
berkurang
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai