DEFINISI
Markam,Soemarmo. KAPITA SELEKTA NEUROLOGI. Gajah Madah University Press. Edisi Ke Dua.2003. Hal.155-162
ETIOLOGI •
•
Mycobacterium tuberculosis
M. Pneumoniae
• Salmonella typhii
• Staphilococcus
Bakteri
• Streptococcus
• HSV
• Virus influenza
Fungal Virus • Virus polio
• Virus mumps, measles, rubela
Ensefalitis
• Plasmodium falciparum
Ricketsia Parasit • Toxoplasma gondii
• Echinococcus granulosus
• Schistosomiasis
KLASIFIKASI Ensefalitis Supuratif
Ensefalitis Siphylis
Ensefalitis Virus
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman -> edema -> kongesti ->
pelunakan dan pembentukan abses.
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333
Ensefalitis Siphylis
Penyebab: Treponema pallidum
Patogenesis:
Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual
. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim
limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiro
ketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan
saraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri
dan bagian- bagian lain susunan saraf pusat.
Gejala:
Gejala neurologis
Gejala mental
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333
Ensefalitis Virus
Penyebab:
Virus RNA
virus parotitis, virus morbili, virus rabies, virus rubella, virus dengue,
enterovirus (virus polio)
Virus DNA
herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, AIDS virus
Epstein-barr
Gejala:
Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri badan, nausea,
kesadaran menurun, timbul serangan kejang-kejang, kaku kuduk,
hemiparesis dan paralysis bulbaris
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333
Ensefalitis karena Parasit
Malaria serebral
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Sel darah
merah yang terinfeksi P. falsifarum akan melekat satu sama lainnya
sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic ptekie
dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak
dan jaringan otak.
Gejala: hiperpireksia, kesadaran menurun hingga koma, Kelainan neurologi
tergantung pada lokasi kerusakan.
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333
Ensefalitis karena Parasit
Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh
badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam
ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam
meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan
membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333
Ensefalitis karena Fungus
Penyebab:
Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus,
Fumagatus dan Mucor mycosis.
Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada SSP:
Meningo-ensefalitis purulenta.
Faktor risiko:
Daya imunitas yang menurun.
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333
Ensefalitis karena Ricketsia
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli
yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear. Didalam pembuluh darah
yang terkena akan terjadi trombosis.
Gejala:
Nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran
dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333
Pemeriksaan Penunjang
-Pemeriksaan cairan serobrospinal
-Pemeriksaan darah lengkap
-Pemeriksaan feses
-Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHA)
-Pemeriksaan titer antibody
-EEG
-Foto thorax
-Foto roentgen kepala
-CT-Scan
-Arteriograf
TATALAKSANA
Ensefalitis • Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
• Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari
supurativa
Markam,Soemarmo. KAPITA SELEKTA NEUROLOGI. Gajah Madah University Press. Edisi Ke Dua.2003. Hal.155-162
Patofisiologi
3 Hal utama yang membuat Plasmodium falciparum dapat
menyebabkan malaria serebral:
Sequesteration
Rosetting
Cytoadherence
1. Ensefalopati
2. Kejang umum atau fokal
3. Tonus otot dapat meningkat atau turun
4. Terdapat plantar fleksi atau plantar ekstensi
5. Rahang mengatup rapat dan gigi kretekan (seperti mengasah)
6. Mulut mencebil (pouting) atau timbul refleks mencebil bila sisi mulut dipukul
7. Motorik abnormal seperti deserebrasi rigidity dan dekortikasi rigidity
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
a. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan sediaan apus darah tebal dan darah tipis dapat ditemukan parasit Plasmodium.
Pemeriksaan ini dapat menghitung jumlah parasit dan identifikasi jenis parasit. Bila hasil negatif
diulang 6-12 jam.
b. SQBC(semi quantitative buffy coat)
Prinsip tes fluoresensi: yaitu adanya protein Plasmodium yang dapat mengikat acridine orange
yang akan mengidentifikasi eritrosit yang terinfeksi Plasmodium.
c. Rapid Manual Test
Tes ini mendeteksi antigen Plasmodium falciparum dengan menggunakan dipstick. Hasilnya
segera diketahui dalam 10 menit. Sensitifitasnya 73,3% dan spesifitasnya 82,5%.
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA
spesifik parasit Plasmodium dalam darah. Metode ini sangat efektif untuk mendeteksi parasit
walaupun tingkat parasitemianya rendah.
Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
2. Terapi Antimalaria
a. Obat-obat terpilih:
- Kinin dihidroklorida 10 mg/kg BB i.v. dalam NaCl 0,9% (10 cc/kg BB) diberi dalam
4 jam, diulang setiap 12 jam sampai sadar.
- Hidrokortison 2 X 100 mg/hari i.v. 21
b. Obat-obat pengganti:
- Khlorokuin sulfat 250 mg i.v. perlahan-lahan disusul dengan 250 mg dalam 500 cc
NaCl 0,9% dalam 12 jam (2 kali).
- Dexametason 10 mg i.v. (dosis inisial), dilanjutkan dengan 4 mg i.v. tiap 1 jam
3. Monitoring
TERIMA
KASIH