DASAR
DOSEN :
S R I L E S TA R I
BAB I
VISI ISBD
Taruna selaku individu dan makhluk sosial yang beradab
memiliki landasan pengetahuan, wawasan serta keyakinan
untuk bersikap kritis, peka dan arif dalam menghadapi
persoalan sosial dan budaya yang berkembang
dimasyarakat.
MISI ISBD
- Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
keragaman, kesetaraan, dan martabat manusia
sebagai individu dan makhluk sosial dalam
kehidupan masyarakat.
- Memberikan dasar-2 nilai estetika, etika. Moral
hukum dan budaya sbg landasan untuk
menghormati dan menghargai antara sesama
manusia sehingga akan terwujud masyarakat
yang tertib, teratur dan sejahtera.
- Memberikan dasar-2 untuk memahami masalah
sosial dan budaya serta mampu bersikap kritis,
analitis dan responsif untuk memecahkan
masalah yang arif dimasyarakat.
TUJUAN ISBD
1. Mengembangkan kesadaran pd Taruna untuk
menguasai tentang keragaman dan kesetaraan
manusia sbg makhluk individu maupun sosial
dlm kehidupan bermasyarakat.
2. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pd
Taruna dlm memahami dan memecahkan
masalah sosial budaya dgn landasan nilai
estetika, etika, moral dan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat.
3.Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan
yang luas serta keyakinan pada Taruna sebagai
bekal hidup bermasyarakat.
Pendekatan dalam pembelajaran ISBD :
1. Pendekatan Struktural, yaitu beberapa disiplin
ilmu sosial atau disiplin ilmu budaya digunakan
sebagai alat untuk mengkaji berbagai masalah.
Apabila digambarkan adalah sebagai berikut :
Ilmu
Geografi Politik
Latar Faktor
belakang penyebab
alternatif
Pergaulan solusi
bebas diluar
nikah
Aturan Sikap
pengendali masyarakat
Kebijakan Publik
Faktor Faktor
Historis Politis
ANARKIS
PASCA Faktor
REFORMASI Yuridis
Faktor Faktor
Kultural Sosiologis
PERUBAHAN SOSIAL
Menurut Selo Soemarjan, perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial termasuk
didalamnya nilai-2, sikap, dan pola perilaku di dalam kelompok
dalam suatu masyarakat.
TEORI DAN BENTUK PERUBAHAN SOSIAL
a. Teori Sebab-Akibat (Causation Problem)
1) Analistis Dialektis
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat-2 dan
keadaan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam
suatu sistem masyarakat.
2) Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial
Teori tunggal menerangkan sebab-2 perubahan sosial, atau
pola kebudayaan dengan menunjukkan kepada satu faktor
penyebab.
b. Teori Proses atau Arah Perubahan Sosial (sifatnya komulatif)
Walaupun berbeda-beda tetami mempunyai asumsi yg sama.
1) Teori Evolusi Unilinier
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu,
mulai dari bentuk sederhana sampai yang komplek sampai
pd tahan yg sempurna.
2) Teori Multilinear
Teori ini pada dasarnya menggambarkan suatu metodologi
didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa
perubahan sosial atau kebudayaan didapatkan gejala
keteraturan yang nyata dan signifikan.
TEORI-TEORI MENGENAI PEMBANGUNAN, KETERBELAKANGAN,
DAN KETERGANTUNGAN.
1. Teori Depedensi (Ketergantungan), yaitu bahwa gejala-2 sosial
yang dpt diamati sehari-hari pasti mempunyai penyebab
tertentu.
JAWABAN : “YA”
“TIDAK”
BAB IV
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL
1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotipe dan
fenotipe. Faktor genotipe adalah faktor yang dibawa individu
sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan. Faktor fenotipe
juga sangat mempengaruhi dalam pembentukan karakteristik
yang khas dari seseorang.
2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Selama manusia itu hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh
masyarakat, di rumah, di sekolah dan dilingkungan yang lebih
besar manusia tidak bisa lepas dari pengaruh orang lain.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan
pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan dengan
orang lain.
Dapat disimpulkan, manusia sebagai makhluk sosial , karena
beberapa alasan, yaitu :
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang
lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-
tengah manusia.
PENGERTIAN MASYARAKAT DAN CIRI-CIRINYA
Masyarakat adalah kumpulan orang yang di dalamnya hidup
bersama dalam waktu yang cukup lama. Masyarakat merupakan
suatu sistem hidup bersama dimana mereka menceiptakan
sistem nilai, norma, kebudayaan bagi kehidupan mereka.
CIRI ATAU UNSUR MASYARAKAT :
1. Kumpulan orang
2. Sudak terbentuk dalam waktu yg lama
3. Sudah memiliki system social atau struktur sosial tersendiri
4. Memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki
bersama.
5. Memiliki kebudayaan
PENGERTIAN MASYARAKAT SETEMPAT (COMMUNITY) ATAU
KOMUNITAS DAN CIRI-CIRINYA :
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto, istilah community dapat
diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” , istilah mana
menunjuk pada warga-2 sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu
bangsa.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat (community)
adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu
derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat
setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat setempat.
Jadi unsur utama dari komunitas adalah adanya wilayah atau
lokalitas, dan unsur kedua adalah perasaan saling ketergantungan
atau saling membutuhkan.
Perasaan bersama antara anggota masyarakat setempat tersebut
di atas disebut community sentiment. Setiap community sentiment
memiliki unsur :
1. Seperasaan
2. Sepenanggungan
3. Saling memerlukan
MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT KOTA
Masyarakat desa hubungannya lebih erat dan meendalam
antar sesama warganya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok
atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa hidup dari
pertanian atau nelayan, yang lain juga ada sepeti tukang kayu,
atau tukang batu. Usia dan ketokohan sangat berperan dalam
kehidupan orang desa. Di desa yang diutamakan adalah
kebutuhan pokok, yang lainnya diabaikan, masyarakat desa biasa
disebut gemainschaft atau paguyuban.
Masyarakat kota hubungannya satu sama lain tidak merata, di
kota sering ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya
sangat luas dan mata pencarian penduduknya bermacam-macam.
Pembagian kerja pada masyarakat kota sudah terspesialisasi,
jenis profesi sangat heterogen, jenis pekerjaan satu dengan yang
lainnya sangat erat kaitannya. Masyarakat kota sering disebut
dengan geselschaft atau patembayan.
INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL
Menurut Gillin and Gillin, ada dua proses sosial yang timbul
sebagai akibat adanya interaksi sosial :
1) Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja Sama
- Bargaining (pertukaran barang)
- Cooperation (penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan suatu organisasi)
- Coalition, kombinasi antara 2 organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan yang sama.
b. Akomodasi
Bentuk-bentuk Akomodasi, diantaranya adalah :
- Coercion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan karena adanya paksaan.
- Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi, di mana pihak
yang terlibat masing-2 mengurangi tuntutannya, agar
tercapai suatu penyelesaian thd perselisihan yang ada.
- Arbitration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila
pihak yang berhadapan, tdk sanggup untuk mencapainya
sendiri.
- Mediation, hampir menyerupai Arbitration diundang pihak
ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada.
- Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan
pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu persetujuan
bersama.
- Tolerantion, bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil
bentuknya.
- Adjudication, yaitu perselisihan perkara atau sengketa di
pengadilan.
2) BENTUK INTERAKSI DISOSIATIF
- Competition (persaingan)
adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mendapatkan keuntungan tertentu.
- Contravention (kontravensi)
yaitu ditandai oleh ketidak pastian terhadap diri seseorang,
perasaan tidak suka yang disembunyikan.
- Conflict (pertentangan)
adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial
yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan
menentang pihak lain dengan disertai ancaman atau
kekerasa.
Pertentangan mempunyai bentuk-2 yang khusus, antara lain :
- Pertentangan pribadi
- Pertentangan rasional
- Pertentangan kelas sosial
- Pertentangan politik
STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial Max Weber
menjelaskan stratifikasi sosial dalam 3 demensi :
1) Dimensi Kekayaan
2) Dimensi Kekuasaan
3) Dimensi Prestise
BAB V
MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM
PENGERTIAN MANUSIA
Manusia merupakan makhluk yang berakal budi, dapat berpikir,
mampu menguasai makhluk lain dan tidak dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
PENGERTIAN NILAI
1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai
berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.
2. Nilai adalah kemampuan yang diyakini terdapat pada suatu
objek untuk memuaskan hasrat manusia, yaitu kualitas objek
yang menyebabkan tertariknya individu atau kelompok. (dalam
Kaelan, 2002, hlm. 174)
3. Menurut Lasyo (1999, hlm.9) sebagai berikut : Nilai bagi
manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala
tingkah laku atau perbuatannya.
SIFAT-SIFAT NILAI
1. Nlai itu suatu realitas abstrak yang ada dalam kehidupan
manusia.
2. Nilai memiliki sifat normatif.
3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia sebagai
pendorong nilai.
PROBLEMATIKA PEMBINAAN NILAI MORAL
1. Pengaruh kehidupan keluarga dalam kehidupan nilai moral.
2. Pengaruh teman sebaya terhadap pembinaan nilai moral
3. Pengaruh figur otoritas terhadap perkembangan moral individu
4. Pengaruh media komunikasi terhadap perkembangan nilai
moral.
5. Pengaruh otak atau berfikir terhadap perkembangan nilai
moral.
6. Pengaruh informasi terhadap perkembangan nilai mora.
MANUSIA DAN HUKUM
Disepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial, adalah
makhluk yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan
dengan sesamanya. Dalam konteks hubungan dengan sesama
tersebut dibutuhkan keteraturan sehingga setiap individu dpt
berhubungan secara harmonis dengan individu lain.
Nilai bisa dipandang dari 2 konteks :
1. Nilai Objektif
Apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang
menilainya, bahkan memandang nilai telah ada sebelum adanya
manusia sebagai penilai.
2. Nilai Subjektif
Artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang meniainya.
Sedangkan di Indonesia hierarki nilai dibagi tiga (Kaelan, 2002,
hal.178) sebagai berikut :
1. Nilai dasar yaitu merupakan esensi dari nilai-nilai tersebut.
2. Nilai instrumental, . . . , merupakan suatu pedoman yang dapat
diukur atau diarahkan.
3. Nilai praktis, pada hakekatnya merupakan penjabaran lebih lanjut
dari nilai instrumental dalam suatu kehidupan nyata.
BUHUNGAN HUKUM DAN MORAL
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada
pepatah Roma yang mengatakan “Quid leges sine moribus?” Apa
artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas? Dengan
demikian hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas,
hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas
hukum harus selalu diukur dengan norma moral.
Menurut K. Bertens ada perbedaan antara hukum dan moral :
1. Hukum lebih dikodefikasikan daripada moralitas.
2. Meski hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia,
namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja,
sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi
yang berkaitan dengan moralitas.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya
atas kehendak negara, norma moral didasarkan pada individu
dan masyarakat.
BAB VI
MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESEDERAJATAN
1 MAKNA KERAGAMAN
Keragaman adalah suatu kondosi dalam masyarakat dimana
terdapat perbedaan-2 dalam berbagai bidang, terutama suku,
bangsa dan ras, agama, adat istiadat, idiologi serta situasi
ekonomi.
2. MAKNA KEDERAJATAN
Kata kesederajatan berasal dari kata sederajat yang menurut
KBBI artinya adalah sama tingkatan. Dengan demikian konteks
kesederajatan disini adalah suatu kondisi dimana dalam
perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki
satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.
UNSUR-UNSUR KERAGAMAN DALAM MASYARAKAT INDONESIA
1. Suku Bangsa dan Ras
2. Agama dan Keyakinan
3. Idiologi dan Politik
4. Tata Krama
5. Kesenjangan Ekonomi
6. Kesenajangan Sosial