Anda di halaman 1dari 78

DEPARTEMEN BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


HASANDDIN
2017 1
 Fraktur ialah deformitas linear atau
terjadinya diskontinuitas tulang yang
disebabkan rudapaksa.
 Fraktur dapat terjadi oleh karena :
 Trauma
 Proses patologis
1. Prosesus alveolaris
2. Midline
3. Simphisis
4. Parasimphisis
5. Body
6. Angle
7. Ramus
8. Prosesus Kondilaris
9. Prosesus Koronoid
Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice, 40th edition (2008), Churchill-Livingstone,
Elsevier.
Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice, 40th edition (2008), Churchill-Livingstone,
Elsevier.
 MUSKULUS MASSETER
Kontraksi otot Masseter
menyebabkan mandibula
terangkat ke atas dan gigi
merapat dan gerakan
memajukan mandibula
kedepan.
 MUSKULUS TEMPORALIS
Bila berkontraksi
menyebabkan mandibula
terangkat keatas dan
tertarik ke belakang. Ikut
berfungsi untuk menutup
mulut.
 MUSKULUS PTERIGOIDEUS
MEDIALIS (INTERNA)
Kontraksi mandibula
terangkat ke atas. Otot ini
juga aktif mendorong
mandibula ke depan.
 MUSKULUS PTERIGOIDEUS
LATERAL (EKSTERNA)
Menghasilkan gerakan
sliding kedepan pada
persendian temporo
mandibular dan otot ini aktif
waktu gerakan protrusi dan
membuka mulut.
 MUSKULUS DIGASTRIKUS
Muskulus digastrikus dan muskulus supra dan
infra hyoid mengangkat os hyoid, keadaan ini
penting untuk proses menelan.
Trauma mengenai wajah  diskontinuitas jaringan
lunak dan jaringan keras (fraktur)

 Gangguan proses pengunyahan


 Gangguan fonetik
 Wajah terlihat tidak estetis
 Potensi mengancam jiwa

Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004 9
Fraktur wajah

1/3 atas 1/3 tengah 1/3 bawah

# Regio frontal # Dentoalveolar # Mandibula


# Nasal
# Komp.Orbita
# Komp. Zygoma
# Maksila
Dwidarto D. Pengelolaan deformitas dentofasial pasca fraktur panfasial.<http://www.pdgi.online.com> (6 Maret 2011) 10
Insidensi
Laki-laki : Wanita
4:1
Usia produktif (21-30th)

Fauzi M. Insidensi Fraktur Maksilofasial Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor Yang Dirawat Di RSUP. H. Adam
Malik Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. 2010 11
 Mandibula
 Menonjol  sering fraktur
 Bentuk seperti tapal kuda 
fraktur multipel
▪ 53% : 1 garis fraktur
▪ 37% : 2 garis fraktur
▪ 9% : 3 garis fraktur
 Tujuan semua terapi fraktur yaitu
mengembalikan bentuk dan fungsi seperti
semula.
 Pada umumnya prinsip osteosintesis pada
“tension site” pada tulang yang patah.
Pada tulang mandibula “tension site” terletak
pada daerah mandibula bagian atas (alveolar
border) dan compression site terletak pada
bagian bawah (basilar border)
 Pada tarikan fisiologis terdapat kekuatan
tensi sepanjang tepi alveolar dan kekuatan
kompresi sepanjang tepi bawah.
 Pada bodi mandibula terutama terdapat
kekuatan tensi, terkuat pada daerah angulus
dan terlemah pada regio premolar.
 Pada regio parasimfisis mandibula kekuatan-
kekuatan tersebut terutama menghasilkan
gerakan torsional yang semakin mendekati
garis median semakin kuat
 Bila terjadi fraktur  mempertimbangkan
kekuatan pada kedua sisi aksis imajiner 
reduksi fungsional yang stabil
 Pressure trajectory  menghasilkan
kekuatan kompresi mandibula (plate
osteosintesis)
 Tension trajectory  arch bar (tension band)
 Tension band  mengurangi kekuatan yang
membengkokkan pada bagian alveolar
 Kekuatan torsional  anterior symphisis
mandibula
 Champy, mempelajari mekanisme kekuatan
tarik tersebut dengan menggunakan model
matematis mandibula dan berhasil
mendeterminasi garis osteosintesis ideal
untuk menanggulangi adanya dua kekuatan
yang berlawanan
 Trabekula pada mandibula yang tersusun dalam garis
trayektory (Sicher)
Kelainan Oklusi Daerah yang diduga mengalami fraktur

Kontak prematur gigi post. Kondilus atau sudut mandibula (bilateral)

Openbite anterior

Openbite posterior Prosesus alveolar anterior atau daerah

parasymphyseal

Posterior crossbite Kondilus dan midline symphyseal dengan

miringnya segmen posterior dari mandibula

Retrognatik Kondilus dan sudut mandibula

Unilateral openbite Sudut ipsilateral dan parasymphyseal

Prognatik Efusi TMJ


 Gangguan pada nervus alveolar inferior dimana
nervus ini melewati foramen mandibula
 Jika bibir bawah mati rasa, mungkin saja terjadi
fraktur pada daerah distal foramen mandibula.
Kelainan Pergerakan Mandibula Daerah yang Kemungkinan

Mengalami Fraktur

Ketidakmampuan membuka rahang Prosesus koroniod, ramus dan

lengkung zigomatikum

Ketidak mampuan menutup rahang Prosesus alveolaris, ramus, sudut atau

symphysis

Pergerakan lateral Kondilus (bilateral), ramus dengan

displacement tulang
Perubahan pada wajah Daerah yang Kemungkinan

Mengalami Fraktur

Bagian lateral yang lebih datar Korpus, ramus, sudut mandibula

Retruded chin Parasymphyseal (bilateral)

Pemanjangan wajah Subkondilar (bilateral), sudut, korpus 

menyebabkan posisi mandibula lebih ke

bawah
 bantuan pemeriksaan radiografik
 Ekimosis menandakan adanya trauma pada
korpus mandibula dan symphyseal
Tipe fraktur

 Simple atau fraktur tertutup


 Compound atau fraktur terbuka
 Comminuted
 Greenstick
 Pathologi
 Multiple
 Impacted
 Atrophic
 Indirect

PETERSON LARRY J et.al. PRINCIPLES OF ORAL


AND MAXILLOFACIAL SURGERY, Vol 1.
1992. JB LIPPINCOTT COMPANY. p 411
Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier S
Andersson L, Kahnberg K.E, Pogrel M.S. Oral and Maxillofacial
 Tipe I : non displaced
 Tipe II : deviasi dengan sedikit angulasi, tdk
terdapat overlap
 Tipe III : displaced dan segmen fraktur
overlap
 Tipe IV : dislokasi, kondilus keluar fosa dan
kapsul
Klasifikasi MacLennan fraktur kondilus dan anak panak menunjukkan
arah daya:
(A) Fraktur non-displaced, (B) Fraktur Deviasi, (C-E) Displaced
fractures dan
(F) Dislocated fractures
WHO
WHEN
ANAMNESA
WHERE
HOW

PRIMARY
SURVEY
PEMERIKSAAN SECONDARY
DIAGNOSA SURVEY
FISIK

STATUS LOKALIS :
-INTRA ORAL
- EXTRA ORAL

RONTGEN
PEMERIKSAAN
CT-SCAN
PENUNJANG
MRI
PRINSIP PENANGANAN

KEDARURATAN DEFINITIF

Reduksi
Airway
Fiksasi
Breathing
Imobilisasi
Circulation Supportive Therapies
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery.
BC Decker Inc.Hamilton. London. 2004.
 mengembalikan oklusi yang stabil
 mengembalikan bidang pergerakan yang
adekuat
 mengembalikan bentuk wajah dan lengkung
mandibula
 mengembalikan fungsi tanpa sakit
 mencegah internal derangement sendi
temporomandibula
 mencegah gangguan perkembangan mandibula
ndersson L, Kahnberg K.E, Pogrel M.S. Oral and Maxillofacial Surgery. 1st ed
Blackwell Publishinh ltd. 2010
METODE REDUKSI

CLOSED
OPEN REDUCTION
REDUCTION
INDIKASI :
 Favorable fracture
 Comminuted fracture
 Fraktur atropi berat edentulous mandibula
 Kurangnya soft tissue yang menutupi tempat
fraktur
 Fraktur pada anak-anak yang melibatkan
perkembangan gigi geligi
 Fraktur koronoid
 Fraktur kondilus
TEHNIK GILMER
 Kawat dililitkan pada
leher gigi atas dan
bawah
 Digabungkan hub.
Vertikal / Silang
INDIKASI :
 Unfavourable fracture pada angulus.symphisis
atau korpus mandibula
 Displaced fraktur kondilus bilateral
 Delay treatment dari fragmen fraktur non-
contacting displaced.
 Malunions
 Maksila lawannya edentulous
 Fraktur edentulous mandibula dengan
displacement yang hebat.
INDIKASI
 Kasus dimana closed reduction merupakan
kontra indikasi.
 Medical compromised pasien.
 Multiple fraktur tulang wajah
mandibula difiksasi terlebih dahulu.
 Fraktur lain : pertimbangan bone graf pada
fraktur edentulous mandibula atrofi hebat
dengan displacement berat atau nonunion
post closed reduction fraktur edentulous
mandibula atrofi hebat.
INTRA ORAL :
 lebih mudah dilakukan dan
tidak menyebabkan jaringan
parut ekstra oral.
 komplikasi dan infeksi
persentasenya hampir sama
dengan ekstra oral.
 Fraktur korpus, angulus dan
ramus dapat diakses melalui
insisi di vestibular yang dapat
memanjang hingga linea
oblique setinggi dataran
oklusal mandibula.
 Risdon Approach
 Insisi 2 cm dibawah
sudut mandibula
 Lebar insisi 4-5 cm
 Diperkenal Hinds &
Girotti
 Insisi ± 0,5 cm dibawah
lubang telinga, meluas
ke inf 3cm batas post
mandibula
 Paling baik untuk
daerah TMJ
 Insisi 2,5-3,5 cm daerah
lipatan preaerikular
 Tidak insisi ke arah inf
Simple
Straigt

Wire Figure-of-
Intraosteal eight
Wiring

Transosseous
Circum-mandibular
Fiksasi
Intermaksilar
Load bearing
Fiksasi osteosynthesis
Plat
Atau
Screw Load Sharing
Osteosynthesis
A. Simple wiring technique, B. Figure-of-eight wire,
C.Transosseous circum-mandibular wire
Load bearing osteosynthesis, plat yang kaku
menahan tekanan saat fungsi di daerah fraktur. Hal ini
didapat dengan mengunci plat rekonstruksi. Indikasi :
edentulous atropi, fraktur kominuted dan fraktur
kompleks.
Load sharing osteosynthesis, stabilitas daerah fraktur
didapat dari resistensi friksional antara tepi tulang
dan benda yang digunakan untuk fiksasi. Contoh
load sharing osteosynthesis adalah fiksasi dengan lag
screw, compression plating, miniplate Champy. Load
sharing osteosynthesis tidak dapat digunakan dalam
petalaksanaan fraktur kominuted kerena kurangnya
dukungan tulang di daerah fraktur.
Lag Screw

Champy’s Ideal Line of


Osteosynthesis

Donald R Laub Jr, MD, FACS, 2011, Mandibular Fractures Treatment &
Management. Medscape References
INDIKASI PENCABUTAN :
 Gigi yang jelas sekali mobility dengan kelainan
periapikal atau penyakit periodontal yang
signifikan.
 Erupsi sebagian gigi M3 dengan pericoronitis atau
berhubungan dengan kista.
 Gigi menghalangi reduksi fraktur yang adekuat.
 Gigi dengan fraktur akar
 Gigi dengan permukaan akar yang terbuka dari
apeks hingga margin gingiva
 Tertunda cukup lama dari waktu fraktur untuk
mendapatkan perawatan.
 Lebih banyak dengan Closed Reduction
 Jika tidak memungkinkan Open
Reduction
 Tehnik Endoskop
 Fraktur menghalangi penempatan gigi ke
keadaan stabil dan oklusi.
 Dislokasi fraktur menghalangi fungsi
mandibula.
 Dislokasi kepala kondilus ke dalam middle
cranial fossa.
 Benda asing dalam ruang sendi.
 Dislokasi ekstrakapsular lateral kondilus.
 Kesehatan tidak memungkinkan dengan
fiksasi maxillomandibular.
 Fraktur kondilus bilateral dan fraktur
comminuted midface
 Fraktur kondilus bilateral menghalangi
kestabilan dan pengembalian oklusi
 Fraktur displaced kondilus dan
ketidakmampuan menggunakan fiksasi
maxillomandibular karena tidak adanya gigi
palsu sebelumnya atau resorpsi alveolar yang
berat yang menghalangi pembuatan splint.
Sulit diperbaiki dan tingkat komplikasi lebih
tinggi:
 Daya yang mengenai jaringan sekitar injury
besar
 Reduksi dan stabilisasi segmen fraktur sulit
 Resiko iskemi/nekrotik avaskular segmen
fraktur
 Kebanyakan pada body dan kondilus
 Tulang tipis dan suplai darah Sulit
 Oklusi tidak dipertimbangkan
 Closed reduction mrpkn perawatan efektif
Kondisi Menguntungkan Untuk Closed Reduction :
 Kualitas dan kuantitas tulang cukup
 Pembengkakan minimal
 Bentuk ridge bagus
 Kedalaman vestibulum cukup
 Angulasi fraktur favorable
 Potensi penyembuhan baik
 Displace minimal/fraktur greenstick
 Elastisitas mandibula lebih besar
 Adanya perkembangan benih gigi
 Fraktur non-displace pada anak dirawat
konservatif
 Fraktur lain, imobilisasi 2mg (acrylic lingual
splint dan circummandibular wire).
CIRCUMMANDIBULAR WIRE LINGUAL SPLINT
 Paling sering terjadi pada fraktur mandibula ialah
infeksi atau osteomyelitis.
 Hal tersebut dapat disebabkan karena
 preoperative oral sepsis,
 adanya gigi pada garis fraktur,
 displacement fragmen fraktur,
 kondisi umum pasien yang jelek, dan
 kemungkinan sebab iatrogenic selama pembedahan.
 Aplikasi vaccum drain dapat membantu untuk
mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh
karena genangan darah yang berlebihan ke daerah
pembedahan
 Fraktur dari condyle terdapat pada 30 % dari
fraktur mandibula
 Pengetahuan mekanisme dari fraktur condyle
diperlukan untuk mempermudah diagnosis
 Tipe fraktur dipengaruhi oleh keadaan
apakah pasein membuka atau menutup
mulut ketika terjadi tabrakan
 Tabrakan langsung pada dagu membuat
condyle displaced ke posterior sampai
pergerakan dihentikan oleh fossa articular
dan ligament.
1. FONSECA, RAYMOND J and WALKER, ROBERT V. ORAL AND
MAXILLO-FACIAL TRAUMA. Vol 1. 1991. WB SAUNDERS
COMPANY. p 359 – 414
2. ROWE N,L and WILLIANS J, Ll. MAXILLOFACIAL INJURIES. Vol 1.
1985. p 232 - 292
3. PETERSON LARRY J et.al. PRINCIPLES OF ORAL AND
MAXILLOFACIAL SURGERY, Vol 1. 1992. JB LIPPINCOTT
COMPANY. p 407 – 425
4. PETERSON LARRY J et.al. CONTERMPORARY ORAL AND
MAXILLOFACIAL SURGERY. Ed 4th. 2003. MOSBY. p527 - 542
5. BANKS, PETER and BROWN ANDREW. FRACTURES OF THE
FACIAL SKELETON. 2002.
6. SIMANJUNTAK, ROBERTO M. ANATOMI TERAPAN PADA
PENATALAKSANAAN TRAUMA OROMAKSILLOFACIAL. 2003

Anda mungkin juga menyukai