Anda di halaman 1dari 32

SISTEMIK LUPUS

ERITEMATOUS (SLE)
WINDY SILVIA
IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. LR


Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : 1 januari 1986
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Basar lehan bumi agung,
lampung timur
ANAMNESIS

Diambil dari : Alloanamnesis


Tanggal : 09-06-2018

Keluhan utama :

Kepala pusing seperti melayang


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• 2 hari SMRS pasien mengeluhkan kepala terasa


pusing seperti melayang dan penglihatan kabur
jika berjalan, sehingga Os hanya bisa berbaring
hal ini menyebabkannya tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya. Pusing melayang di rasakan
sepanjang hari terus menerus tidak hilang
walalupun sudah minum obat sakit kepala yang di
beli di warung (panadol). Tidak ada ganguan
pendegaran.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• 4 hari SMRS Os mengeluhkan ada nyeri ulu hati


seperti di tusuk – tusuk, ada mual dan tidak ada
muntah. Perut terasa kembung dan ada
penurunan nafsu makan. Rasa terbakar di uluhati
ataupun tenggorokan disangkal.
• 1 bulan SMRS Os mengeluhkan pegal dan linu di
daerah persendian terutama di bagian kaki.
Sehingga sulit untuk berjalan
RIWAYAT PENYAKIT

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti
yang dialami pasien
ANAMNESIS SISTEM

 Kepala :(+) Sakit kepala


 Hidung Mulut : dbn
 Dada (Jantung / Paru) : dbn
 Abdomen (Lambung / usus) : (+) Rasa kembung
(+) Mual (-) Muntah (+) Nyeri perut
 Ekstremitas : (+) Nyeri sendi
PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan Umum
 Tinggi badan : 155 cm
 Berat badan : 46 kg
 IMT : 19,14
 Tekanan darah : 90 / 60 mmHg
 Nadi : 86x / menit
 Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 20x / menit ; torakoabdominal
 Suhu : 37,1oC
 Keadaan gizi : Normal
 Kesadaran : Compos mentis
 Sianosis : Tidak ada
 Edema umum : Tidak ada
 Mobilisasi : Aktif
Aspek Kejiwaan
• Tingkah laku : wajar / gelisah / tenang /
hipoaktif / hiperaktif
• Alam perasaan : biasa / sedih / gembira / cemas
/ takut / marah
• Proses pikir : wajar / cepat / gangguan
waham / fobia / obsesi
• Kulit : Pigmentasi  malar rash / butterfly rash.
• Mata : Konjungtiva anemis +/+
• Mulut : Warna gusi anemis
• Abdomen : nyeri tekan di regio epigastrika.
LABORATORIUM
• Tanggal 6 / 6 / 2018
• Hb : 5,8 g/dl
• Ht : 19 %
• Trombosit : 62.000 /uL
• Leukosit : 12.870 u/L
• GDS : 107 mg%
• Asam urat : 9,4 mg%
LABORATORIUM
• Tanggal 7 / 6 / 2018
• Hb : 8,4 g/dl
• Ht : 27 %
• Trombosit : 64.000 /uL
• Leukosit : 8900 u/L
• GDS : 107 mg%
• Asam urat : 9,4 mg%
Pemeriksaan patologi klinik darah

• Eritrosit :
• jumlah kurang, distribusi renggang
• Gambaran nomokrom anisositosis
• Ditemukan reuleaux eritrosit
• Tidak ditemukan normoblast
• Morfologi abdnormal
• Leukosit :
• Jumlah meningkat
• seri granulosit : netrofil segmen (+)
• Seri non granulosit : limfosit matur (+)
• Tidak ditemukan sel –sel muda (blast)
• Trombosit
• Jumlah kurang

• Kesimpulan : bisitopenia disertai leukositosis ringan


ANJURAN PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan ANA : untuk menegakan diagnosis SLE


• SLE : ANA (+)
2. Pemeriksan Anti ds-DNA dan Anti-Sm : untuk
menegakan diagnosis SLE sangat spesifik untuk SLE
• SLE : Anti ds-DNA diatas titer normal, Anti –Sm (+)
3. Pemeriksaan urinalisis
• SLE : proteinuri persisten > 0,5 g/hr atau +3
4. Pemeriksaan analisa morfologi darah tepi
• SLE : ditemukan sel lupus
• ITP : ditemukan megatrombosit
RENCANA PENGELOLAAN

Non medikamentosa

• Edukasi kepada pasien dan kelarganya tentang


penyakitnya, bahwa SLE sewaktu – waktu dapat kambuh
kembali bila tidak patuh terhadap pengobatan.
• Hindari paparan langsung sinar matahari karena akan
memperberat gejala.
• Hindari stres dan trauma fisik.
Medikamentosa

• Tranfusi darah / PRC sampai Hb mencapai 8 mg/dl


• IVFD RL 1 kolf/24 jam
• Antasida 3x1c
• Lansoprazole 30mg 2x1
• Allupurinol 100 mg 1x1
• Paracetamol 3 x500mg
• Cranil 1x500mg
• Digoxin
PENCEGAHAN

1. Pencegahan primer :
- Memperbaiki pola hidup
- Menjaga diri dari trauma fisik maupun kimia.
- Hindari obat-obat pemicu SLE (hidralazin, prokainamid,
isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat
antikonvulsan )

2. Pencegahan sekunder :
- Hindari stress.
- Hindari terpapar sinar matahari langsung.
3. Pencegahan tertier
- Patuhi pengobatan usahakan tidak putus obat.
PROGNOSIS

• Ad vitam : dubia ad bonam


• Ad fungtionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
SYSTEMIC LUPUS
ERYTHEMATOSUS (SLE)
REFERAT
PENGERTIAN

• Dalam ilmu kedokteran penyakit Lupus dikenal


sebagai Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Atau
sebagai penyakit dengan kekebalan tubuh
berlebihan (Autoimmune disease),dalam ilmu
immunologi tentang kekebalan tubuh, penyakit
Lupus merupakan kebalikan dari penyakit kanker
dan AIDS yang disebabkan oleh HIV karena pada
penderita penyakit lupus ini jaringan dalam tubuh
dianggap benda asing
PATOFISIOLOGI

• Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-nuclear


antibody). Dengan antigennya yang spesifik, ANA membentuk
komplek imun yang beredar dalam sirkulasi.
• Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam
organ dengan akibat terjadinya fiksasi komplemen pada organ
tersebut.
• Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang
menghasilkan subtansi penyebab timbulnya reaksi radang.
Bagian yang penting dalam patogenesis ini ialah terganggunya
mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah
automunitas patologis pada individu yang resisten.
LANJUTAN PATOFISOLOGI

• Gangguan imunologis : pengujian imun yang abnormal termasuk


anti-bodi anti-DNA atau anti-Sm (Smith), positif semu pada
pengujian darah untuk sifilis, anti-bodi anti-kardiolipin, uji LE
positif.
• Anti-bodi antinuklear : pengujian anti-bodi ANA positif (4).
• Sebagai tambahan dari sebelas kriteria tersebut, pengujian lainnya
dapat membantu mengevaluasi pasien dengan lupus eritematosus
sistemik untuk menentukan keparahan organ-organ yang terlibat.
Termasuk diantaranya darah rutin dengan laju endap darah,
pengujian kimia darah, analisa langsung cairan tubuh lainnya, serta
biopsi jaringan. Kelainan cairan tubuh dan sampel jaringan dapat
membantu diagnosis lanjut lupus eritematosus sistemik (
TATALAKSANA

• Penyakit yang ringan atau remitten bisa


dibiarkan tanpa pengobatan. Bila
diperlukan, NSAID dan anti malaria bisa
digunakan. NSAID membantu mengurangi
peradangan dan nyeri pada otot, sendi,
dan jaringan lainnya.
• Contoh NSAID adalah aspirin, ibuprofen, naproxen, dan
sulindac. Pada beberapa keadaan tidak disarankan
pemberian agen selektif COX-2 karena dapat
meningkatkan resiko kardiovaskular.
Kortikosteroid
• lebih baik dari NSAID dalam mengatasi
peradangan dan mengembalikan fungsi
ketika penyakitnya aktif. Kortikosteroid
lebih berguna terutama bila organ dalam
juga terkena .
• Hydroxychloroquine
adalah obat anti malaria yang ditemukan efektif
untuk pasien SLE dengan kelemahan, penyakit kulit dan
sendi. Efek samping termasuk diare, tidak enak perut, dan
perubahan pigmen mata. Perubahan pigmen mata
jarang, tetapi diperlukan, monitor oleh ahli mata selama
pemberian obat ini. Ditemukan bahwa obat ini
mengurangi frekwensi bekuan darah yang abnormal
pada pasien dengan SLE. Jadi, obat ini tidak hanya
mengurangi kemungkinan serangan dari SLE, tetapi juga
berguna untuk mencegah pembekuan darah abnormal
yang luas
• Pengobatan immunosupresan digunakan pada
pasien dengan manifestasi SLE berat dan kerusakan
organ dalam. Contohnya adalah methotrexate,
azathioprine, cyclophosphamide, chlorambucil dan
cyclosporine. Semua immunosupresan
menyebabkan jumlah sel darah menurun dan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan
perdarahan
PENCEGAHAN

1. Hindari stress dan trauma fisik. Stress dapat mencetuskan


SLE pada pasien yang sudah memiliki kecenderungan akan
penyakit ini.
2. Hindari merokok.
3. Hindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses
inflamasi.
4. Cukuplah beristirahat. Kelelahan dan aktivitas fisik yang
berlebih bisa memicu kambuhnya SLE.
5. Diet sesuai kelainan. Misalnya: jika hiperkolesterol, maka
pasien harus diet rendah lemak.
LANJUTAN PENCEGAHAN

6. Hindari infeksi. Pasien SLE cenderung mudah mendapat


infeksi, dan kadang-kadang penyakit ini kambuh setelah infeksi.

7. Hindari pajanan sinar matahari, khususnya pukul 09.00-15.00


karena pasien SLE cenderung sensitive terhadap sinar
ultraviolet. Kulit yang terkena sinar matahari dapat
menimbulkan kelainan kulit seperti timbulnya bercak kemerahan
yang menonjol/ menebal.

8. Hindari obat-obatan yang mengandung hormon estrogen,


seperti pil KB/ kontrasepsi.
PROGNOSIS

• Perjalanan penyakit ini dapat ringan atau berat, secara terus


menerus, dengan kekambuhan yang menimbulkan kerusakan
jaringan akibat proses radang yang ditimbulkannya. Sekitar 80
% kelainan melibatkan jaringan persendian, kulit dan darah ;
30-50 % menyebabkan kelainan ginjal, jantung dan sistem
saraf, serta 10-20 % menyebabkan trombosis arteri dan vena
yang berhubungan dengan anti-bodi anti-kardiolipin 1,2,4,5 α.

Anda mungkin juga menyukai