Anda di halaman 1dari 37

PENGENDALIAN BIAYA

 INFLASI BIAYA KESEHATAN


 COST CONTAINMENT
 Inflasi adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk menaik secara umum dan terus
menerus.
 Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak disebut inflasi, kecuali bila
kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari
harga barang-barang lain.
REMEMBER PRINCIPLE NO.9 FROM
MANKIW(2003)

PRINCIPLE #9: PRICES RISE WHEN THE


GOVERNMENT PRINTS TOO MUCH MONEY
 DEFINISI
Suatu kondisi ekonomi dalam bidang
pelayanan kesehatan yang ditandai dengan
meningkatnya biaya kesehatan atau
pelayanan kesehatan yang dapat
menyebabkan menurunnya daya beli
masyarakat untuk membeli pelayanan
kesehatan menurun
 Biaya kesehatan di Indonesia naik 10-13
persen tiap tahunnya.
 Kenaikan ini melebihi tingkat inflasi umum
yaitu 3,79 (BPS-2011).
 Inflasi biaya kesehatan di amerika menunjukan
peningkatan
 Pada Gambar 2 menggambarkan waktu sebenarnya
(disesuaikan dengan inflasi) pengeluaran kesehatan
per kapita di Amerika Serikat selama periode yang
lama 1965-1999.
 Data ini diperoleh dari situs Departemen Kesehatan
dan Pusat Pelayanan Manusia 'untuk Medicare dan
Medicaid Services (CMS) AS, sebelumnya dikenal
sebagai Pembiayaan Kesehatan Administrasi (HCFA).
 Garis tebal pada grafik menggambarkan pengeluaran
kesehatan per kapita riil yang sebenarnya.
 Garis tipis adalah , eksponensial jangka panjang
trend line dipasang pada time series dengan regresi
statistik
 Akibat inflasi dalam bidang kesehatan secara
umum adalah menurunnya daya beli
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
karena secara riel tingkat pendapatannya juga
menurun.
 Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun
yang bersangkutan naik sebesar 1%
sementara pendapatan tetap, maka itu berarti
secara riel pendapatan mengalami penurunan
sebesar 1% yang akibatnya relatif akan
menurunkan daya beli sebesar 1%
 Bila harga barang dan jasa dalam pelayanan
kesehatan akan naik melebihi pendapatan
perkapita, maka masyarakat akan panik, dan
semakin sedikit masyarakat yang dapat merasakan
pelayanan kesehatan yang optimal, hal ini dapat
berdampak pada perekonomian.

 Produsen obat dan penyedia pelayanan kesehatan


cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan
harga untuk memperbesar keuntungan dengan
cara mempermainkan harga , sehingga harga akan
terus menerus naik.
 Distribusi pelayanan kesehatan tidak adil dan
merata karena hanya yang mampu yang
dapat merasakan pelayanan kesehatan
 Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen
pelayanan kesehatan banyak yang bangkrut
karena produknya relatif akan semakin mahal
sehingga tidak ada yang mampu membeli.
 Jurang antara kemiskinan dan kekayaan
masyarakat semakin nyata yang mengarah
pada sentimen dan kecemburuan ekonomi.
 It’s about inefficiency in Health Care
 You must remember about allocative
efficiency
Situasi dimana tidak mungkin meningkatkan
kesejahteraan seseorang tanpa membuat
kesejahteraan orang lain dikorbankan
 Efficiency implies spending money on that set
of uses which yields maximum benefits.
 It is important to bear in mind that the reason
the level of health care spending matters for
social welfare is that the money spent on
health care has alternative uses.
 It is whatever else could have been produced
with this money that represents the true cost
(i.e. the opportunity cost) of health care
 Pada tahap pertama, terdapat kebijakan yang
menghapus hambatan pendanaan pada
pelayanan kesehatan. Aturan baru dalam
pendanaan meningkatkan perlindungan bagi
lebih banyak orang dan menjadi pemicu
perluasan dalam bidang pelayanan.
 Peningkatan permintaan menyebabkan
pertumbuhan yang cepat dari pengeluaran
pelayanan kesehatan. Pembelanjaan lebih besar
daripada produk domestik bruto (PDB), disini
kebijakan terfokus pada pengendalian biaya.
 Dari pengalaman biaya yang semakin meningkat,
disadari bahwa pengendalian biaya saja tidak
efektif.
 Kebijakan tahap ketiga tujuan untuk
meningkatkan efisiensi pelayanan pengiriman
dan digunakan.
 Anda harus menyadari pertimbangan ekonomi
mikro dan politik ketika menganalisis
perubahan dalam biaya perawatan kesehatan.
Sebuah gambaran singkat dari berbagai faktor
potensial disajikan di bawah ini.
 Faktor demografi
 Faktor ekonomi
 Faktor kemajuan teknologi dalam
bidang kesehatan
 Faktor pola penyakit
 Faktor politik
 Faktor yang dominan adalah tingginya biaya
pemeriksaan medis berteknologi tinggi atau alat
kesehatan yang kian canggih, dengan persentase
sebesar 65 persen.
 Pengobatan yang diberikan kepada pasien terlalu
berlebihan menjadi faktor kedua, dengan
persentase 56 persen. “
 (Sebanyak) 29 persen dari kenaikan biaya
tersebut akibat dari motif untuk mencari
keuntungan dari penyedia sarana kesehatan.
 Dan sisanya sebesar 19 persen akibat lemahnya
kontrol terhadap biaya yang dikeluarkan dalam
pengelolaan sarana kesehatan,”.
 The term cost containment is to reducing or
slowing the rate of growth of health care
spending.
 Sometimes, the reference is to health care
spending by the government, while in other
cases the concern is with overall national
health care spending, whether government or
private sector
 This link between spending and opportunity
cost is why it is important to consider
economic efficiency alongside cost
containment.
 Policies directed at cost containment may
have intended or unintended effects on
efficiency; policies seeking efficiency may
raise or lower health care costs (Rapoport
et.all, 2009).
 Dalam mengatasi inflasi dapat dilakukan
upaya-upaya Cost containment dengan
menggunakan prinsip asuransi atau managed
care di rumah sakit
 Asuransi Kesehatan yang paling mutakhir
adalah managed care, dimana sistem
pembiayaan dikelola secara terintegrasi
dengan sistem pelayanan. Di kembangkan di
Amerika.
 Istilah managed care lahir di Amerika
 Biaya kesehatan di Amerika meningkat tajam
dgn inflasi lebih dari 14%
 Lebih dari 35 juta orang AS tanpa coverage
asuransi kesehatan
 Managed care sebagai solusi: bagaimana
menyediakan pelayanan kesehatan dgn biaya
efisien
 Sebuah upaya integrasi pelayanan kesehatan
dengan pembiayaan kesehatan sehingga
tercapai mutu pelayanan yang optimal dan
sesuai kebutuhan (need) dengan biaya yang
efisien.
1. Tidak ada insentif untuk dokter/RS dan
konsumen untuk menerapkan pelayanan
kesehatan secara efisien
2. Kurangnya koordinasi dalam manajemen peny
kronis/ serius
3. Harapan / tuntutan masyarakat terlalu tinggi
dan tidak ada upaya untuk gaya hidup sehat
4. Teknologi baru (biaya mahal, tidak seimbang
dengan benefit)
5. Pergeseran penyakit infeksi ke penyakit
khronis, degeneratif, jangka panjang
6. Faktor pendukung lain:
 Kelebihan sumber daya
 SDM, teknologi, TT RS
 Praktek kesehatan defensif
 Boros
 Hambatan dalam pengendalian karena data tidak
memadai :
 Kesulitan memantau kinerja dokter/RS
 Efektifitas biaya teknologi
 Analisa standar praktek
 SISTEM YANG MENGINTEGRASI-KAN
PEMBIAYAAN DAN PENYELENGGARAAN
PELKES MELALUI :
◦ Kontrak kesepakatan dengan Penyedia
Pelayanan Kesehatan (PPK) yaitu dokter/RS
◦ Seleksi dokter/RS
◦ Pembayaran pra upaya agar efisien
◦ Pasien diarahkan ke PPK yang ditunjuk (patient
channeling).
 Pasien Perusahaan Asuransi Managed Care
kalau berobat ke dokter yang dikontrak
gratis, selain itu bayar.
 Kalau ke RS yang ditunjuk gratis. Bila tidak
bayar
 Yang menentukan perlu tidaknya ke dr.
spesialis adlh dokter keluarga, bukan pasien
sendiri, kecuali mau bayar sendiri (Fungsi
Rujukan).
 Dokter/RS yang dikontrak sudah ditentukan
metode pembayarannya, mis :
◦ Satu dokter melayani 1000 peserta dibayar Rp 1000
/peserta/bulan (kapitasi). Peserta sakit atau tidak
sakit akan tetap di bayar sejumlah itu.
◦ RS dibayar per paket mis: appendicitis Rp 1,5 juta.
Bila biaya riil lebih besar ditanggung RS (rugi), bila
kurang menjadi keuntungan RS.
◦ Dokter akan mendapat insentif lbh
besar bila peserta sehat daripada
peserta sakit.
◦ RS berusaha efisien dalam
pengobatan supaya tidak rugi
APLIKASI MANAGED CARE
DI INDONESIA
 Telah dilakukan oleh PT Askes dan PT
Jamsostek
 Mulai tahun 1992 oleh Depkes dikenal istilah
JPKM (jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat)
 Tahun 1997 didorong pembentukan Badan
Penyelenggara (Bapel) JPKM di semua
Kabupaten/Kota oleh Depkes
 Mengadopsi sistem AS  “terjemahan” dari
HMO (Health Maintenance Organization)
 Pada awal dirancang dengan kepesertaan
sukarela
 Dimulai tahun 1992 sampai 2002
kepesertaan total baru 800.000: sebagian
besar di kota besar dan karyawan
perusahaan.
 UU SJSN 2007  UU BPJS 2014
 BPJS merasa premi yang dikumpulkan
terlalu kecil shg upaya efisiensi lebih
ditekankan daripada mutu layanan:
◦ PPK dan peserta mengeluh
 Kesadaran berasuransi rendah karena
adanya subsidi Puskesmas/RSUD 
kepesertaan sukarela BPJS tidak menarik
 Dokter “setengah dewa”  tidak sadar
biaya, sudah terlanjur menikmati “tanpa
aturan”.
 PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP
 CONTRACTING-IN
 CONTRACTING-OUT
 DIAGNOSIS RELATED GROUP (INA-DRG)
 CLINICAL BASED GROUP

Anda mungkin juga menyukai