Anda di halaman 1dari 29

PENGERTIAN VAKSIN, JENIS DAN SIFAT

VAKSIN

A. PENGERTIAN VAKSIN
Vaksin : suatu produk biologik yg terbuat dr kuman, komponen kuman
(bakteri, virus ) atau racun kuman (toxoid) yg telah dilemahkan atau
dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu.

Penggolongan dasar asal antigen:


 Bibit penyakit yg dilemahkan ( live attenuated)
Virus : Campak,Hepatitis B
Bakteri : BCG
 Bibit penyakit yg dimatikan (inactivated )
Virus : IVP
Bakteri :Pertusis
B. JENIS-JENIS VAKSIN DALAM PROGRAM IMUNISASI
Vaksin2 yg digunakan dlm program imunisasi rutin di Indonesia
adalah:

1. Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerine )


Indikasi :
- Untuk pemberian kekebalan aktif thd tuberkulosis
Kemasan :
-Dalam ampul,beku kering ,1 box berisi 10 ampul vaksin.
-Setiap 1 ampul vaksin dg 4 ml pelarut
Cara pemberian dan dosis :
 Vaksin BCG harus dilarutkan dulu dg menggunakan alat suntik
steril (ADS 5 ml)
 Dosis 0,05 ml,sebanyak 1 kali, secara intrakutan didaerah lengan
kanan atas ( insertion musculus deltiodeus) dg menggunakan
ADS 0,05 ml
 Setelah dilarutkan vaksin hrs segera digunakan sebelum 3 jam
Kontra indikasi :

 Penyakit kulit yg berat/ menahun : Eksim, Furunkulosis,


penderita TBC

Efek samping :
 Tdk ada reaksi umum spt demam, akan timbul indurasi
dan kemerahan di tempat suntikan dpt berubah menjadi
pustule, kmd pecah menjadi luka tdk perlu diobati akan
sembuh scr spontan menjadi parut.
 Kadang2 : pembesaran kelenjar regional di ketiak dan
atau leher, padat,tidak sakit dan tidak demam,reaksi ini
normal, tidak perlu pengobatan dan hilang sendirinya.
2.Vaksin Difteri Pertusis Tetanus ( DPT)
Dikripsi :
Vaksin DPT t.d: toxoid difteri dan tetanus yg
dimurnikan serta bakteri pertusis yg telah diinaktivasi.
Indikasi :
 Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap
difteri, pertusis dan tetanus
Kemasan :
 Kemasan : vial , 1 box t.d 10 vial, 1 vial isi: 10 dosis
 Vaksin berbentuk cairan
Cara pemberian dan dosis :

 Vaksin hrs dikocok dahulu sebelum digunakan agar


suspensi menjadi homogen
 Disuntikkan scr intramuskuler (IM) dg dosis 0,5 ml
sebanyak 3 dosis
 Dosis pertama diberikan pd bayi umur 2 bln, dosis
selanjutnya diberikan dg interval paling cepat 4 minggu (1
Bulan)
 Pada unit pelayanan statis: vaksin yg dibuka digunakan
paling lama 4 minggu dg ketentuan : vaksin belum
kedaluwarso, disimpan pd suhu 2°-8° C, label tdk hilang,
tdk terendam air ,sterilitas terjaga, VVM kondisi A/B
 Di Posyandu: vaksin yg sudah terbuka tidak boleh
digunakan lg untuk hr berikutnya.
Efek samping :
 Gejala2 sementara seperti: lemas, demam, kemerahan pd
tempat suntikan.
 Kadang2 bs terjadi gej berat seperti: demam tinggi,
irritabilitas dan meracau yg biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi.

Kontraindikasi :
 Gejala2 keabnormalan otak pd periode bayi baru lahir atau
gejala serius keabnormalan pd saraf merupakan
kontraindikasi Pertusis.
 Pd Anak: pemberian dosis pertama mengalami gejala2
parah mk pd pemberian dosis kedua dan seterusnya harus
dihindarkan komponen pertusis dan dpt diberikan DT.
3.VAKSIN TETANUS TOKSOID ( TT )

Diskripsi:
 Vaksin yg mengandung toxoid tetanus yg tlah dimurnikan dan terabsorbsi
kedalam 3mg /ml aluminium fosfat. Thimerasol 0,1 mg / digunakan sbg
pengawet.
 Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
 Dipergunakan untuk mencegah tetanus pd bayi yg baru lahir dg
mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk
pencegahan tetanus pada ibu bayi.

Indikasi:
 Pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus
Kemasan:
 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
 1 vial berisi 10 dosis
 Vaksin berbentuk cairan
Cara pemberian dan dosis:

 Vaksin : hrs dikocok dulu agar suspensi menjadi homogen


 Untuk mencegah tetanus / tetanus neonatal t.d: 2 dosis primer yg
disuntikkan intramuskuler atau subkutan dalam, dosis: 0,5 ml dg
interval 4 minggu. Dilanjutkan dosis ke 3 setelah 6 bln berikutnya.
 Pada WUS untuk mempertahankan kekebalannya terhadap tetanus
dianjurkan diberikan 5 dosis.Dengan dosis ke 4 dan ke 5 diberikan dg
interval 1 th, setelah yg ke 3 & ke 4.
 Di unit pelayanan statis: vaksin TT yg telah dibuka digunakan paling
lama 4 minggu dg ketentuan:
 Vaksin blm kedaluwarso
 Vaksin disimpan dlm suhu 2°- 8° C
 Tdk pernah terendam air
 Sterilitas terjaga
 VVM msh dlm kondisi A/B
 Di Posyandu vaksin yg sdh dibuka tdk boleh digunakan pd hr
berikutnya.
Efek samping:
 Jarang terjadi, gejala2 seperti lemas dan kemerahan
pd lokasi suntikan yg bersifat sementara dan kadang2
demam

Kontraindikasi:
Gejala2 berat karena dosis pertama TT.
4. VAKSIN DIFTERI DAN TETANUS ( DT )
Diskripsi:
Vaksin yg mengandung toxoid dan tetanus yg dimurnikan
Indikasi:
Pemberian kekebalan simultan thd difteri dan tetanus
Kemasan:
 Vaksin 1 box terdiri dari 10 vial
 1 vial berisi 10 dosis
 Vaksin berbentuk cairan

Cara pemberian dan dosis:


 Vaksin hrs dikocok dahulu sebelum digunakan agar
suspensi menjadi homogen.
 Dosis pemberian 0,5 ml IM / subkutan dalam.
 Pada unit pelayanan statis : vaksin yg telah dibuka hrs
digunakan tdk lbh 4 minggu,dg ketentuan:
-Vaksin blm kedaluwarso
-Vaksin disimpan dlm suhu 2° - 8° C
-Tidak pernah terkena air
-Sterilitas terjamin
-VVM masih dalam kondisi A/B
* Di Posyandu: vaksin yg sdh dibuka tdk boleh
digunakan lg pd hr berikutnya.
Efek samping:
 Gejala : lemas dan kemerahan pd lokasi suntikan yg
bersifat sementara dan kadang2 demam.

Kontraindikasi:
 Gejala2 berat karena dosis pertama DT.
5.VAKSIN POLIO ( Oral Polio Vaccine = OPV )

Diskripsi:
 Vaksin Oral Polio hidup adalah Polio Trivalent t.d : suspensi virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin ) yg dilemahkan, dibuat dlm
biakan jar ginjal kera dan di stabilkan dg sukrosa.

Indikasi:
 Pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis

Kemasan:
 Vaksin 1 box terdiri dari 10 vial
 1 Vial berisi 10 dosis ( 5 ml )
 Vaksin berbentuk cairan
 Setiap vial vaksin Polio disertai 1 buah penetes ( dropper ) terbuat dr
bahan plastik
Cara pemberian dan dosis:

 Secara oral ( melalui mulut ), 1 dosis adalah 2(dua) tetes,


sebanyak 4 kali (dosis) pemberian dg interval setiap dosis 4
minggu.
 Setiap membuka vial baru hrs menggunakan penetes yg baru
 Pada unit pelayanan, vaksin Polio yg telah digunakan, hanya
boleh digunakan selama 2 minggu dg ketentuan:
*Vaksin blm kedaluwarso
*Vaksin disimpan dlm suhu 2°- 8°C
*Tdk pernah terendam air
*Sterilitasnya terjaga
*VVM msh dlm kondisi A/B
*Di Posyandu : vaksin yg sdh terbuka tdk boleh dipergunakan lg pd
hr berikutnya.
Efek samping:
 Pada umumnya tdk ada.
 Efek samping berupa paralisis yg disebabkan vaksin
sangat jarang terjadi .

Kontraindikasi:
 Pada individu yg menderita “immune deficiency”.
 Tdk ada efek yg berbahaya yg terjadi krn imunisasi pd
anak yg sdg sakit.
 Bl ragu mis: sedang diare, maka dosis ulangan dpt
diberikan setelah sembuh.
6 . VAKSIN CAMPAK

Diskripsi:
 Merupakan vaksin virus hidup yg dilemahkan.
 Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dr
1000 infektive unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih
dr 100 mcg residu kanamycin dan recidu
erythromycin.

Indikasi:
 Pemberian aktif terhadap penyakit campak
Kemasan:
 1 Box vaksin : 10 vial
 1 vial berisi: 10 dosis
 1 box pelarut : 10 ampul @ 5 ml aquabidest steril untuk
setiap vaksin
 Vaksin : beku kering,penyimpanan pd suhu 2°- 8° C
 Kedaluwarsa 24 bln, pelarut 60 bln,pd suhu kamar,
pelarut didinginkan pd suhu 2-8 C minimal 12 jam
sebelum dipakai.
 Setelah dilarut vaksin hanya bertahan 6 jam
Cara pemberian dan dosis:
 Dosis 0,5 ml disuntikan scr subkutan pada lengan kiri
atas,pada usia 9-11 bln.
 Ulangan (booster) pd usia 6-7 th ( kelas 1 SD) setelah
catch-up campign campak pd anak SD kls 1-6.

Efek samping
 Sampai 15 % pasien : demam ringan dan kemerahan slm
3 hr yg dapat terjadi antara 8-12 hr setelah imunisasi

Kontraindikasi:
 Individu yg mengidap peny immune deficiency atau
individu yg diduga menderita gangguan respon imun krn
Leukemia, Lymphoma.
7.VAKSIN HEPATITIS B

Diskripsi:
 Adalah vaksin virus recombinan yg telah
diinaktifkan dan bersifat non infection, berasal
dr HBsAg yg dihasilkan dlm sel ragi ( Hansenula
polymorpha) menggunakan tehnologi DNA
rekombinan.

Indikasi:
 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yg disebabkan oleh virus hepatitis B
Kemasan:
 Vaksin : bentuk cairan
 Ada 2 kemasan : Prefill Injection Device ( PID) dan dalam
vial.
 1 box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID
 1 box vaksin hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis.
Cara pemberian dan dosis :
 Sebelum digunakan vaksin harus dikocok dulu agar
suspensi menjadi homogen
 Pemberian vaksin dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB PID,
suntikan IM sebaiknya pd anterolateral paha.
 Sebanyak 3 dosis, pertama: usia 0-7 hr, dosis berikutnya dg
interval min 4 minggu (1 bln)
Hepatitis B vial :

- Dipelayanan statis : vaksin yg telah dibuka hanya boleh


digunakan selama 4 minggu dg ketentuan :
*Vaksin belum kedaluwarsa
*Vaksin disimpan dalam suhu 2°- 8°C
*Tidak pernah terendam air
*Sterilitas terjaga
*VVM dalam kondisi A atau B

- Di Posyandu: vaksin yg sdh dibuka tdk boleh digunakan pd


hr berikutnya.
Efek samping:
 Reaksi lokal spt rasa sakit,kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan.
 Reaksi terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hr.

Kontraindikasi:
 Hipersensitif thd komponen vaksin.Spt vaksin2 lain
tdk boleh diberikan pada penderita infeksi berat yg
disertai kejang.
8. VAKSIN DPT-HB
Diskripsi:
 Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toksoid
tetanus yg dimurnikan dan pertusis yg inaktifasi serta vaksin
Hepatitis B yg merupakan sub unit vaksin virus yg
mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.

Indikasi:
 Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus,
pertusis, dan hepatitisB.

Kemasan:
 1 box vaksin DPT-Hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis
( 2,5 ml )
 Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT. Kadaluwarsa
24 bulan
Cara pemberian dan dosis:

 Dosis : 0,5 ml pd IM sebanyak 3 dosis.


 Dosis pertama diberikan pd usia 2 bln, dosis selanjutnya dg
interval minimal selama 4 minggu ( 1 bln )
- Pada unit pelayanan statis : vaksin DPT-HB yg telah dibuka
hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dg ketentuan:
*Vaksin blm kedaluwarsa
*Vaksin disimpan dalam suhu + 2° - +8°C
*Tidak pernah terendam air
*Sterilitas terjaga
*VVM dalam kondisi A/B

- Di Posyandu: vaksin yg sdh terbuka tdk boleh digunakan lg


pd hr berikutnya.
C. SIFAT VAKSIN
Sifat vaksin dapat digolongkan berdasarkan kepekaan / sensitifitasnya
terhadap suhu yaitu :
 Vaksin yg sensitif terhadap beku (Freeze sensitive = FS ) Yaitu: gol
vaksin yg akan rusak bl terpapar / terkena suhu dingin atau suhu
pembekuan:
Jenis vaksin yg sensitif beku tersebut : Hepatitis B, DPT-HB,
DPT, DT, dan TT
 Vaksin yg sensitif terhadap panas ( Heat sensitive = HS ), yaitu gol
vaksin yg akan rusak bl terpapar / terkena suhu panas yg berlebihan :
Jenis vaksin yg sensitive terhadap panas tersebut : Polio, BCG dan
Campak.

D.KERUSAKAN VAKSIN
1. Kerusakan terhadap suhu
Umur vaksin menjadi berkurang bl terpapar suhu yg tidak tepat.
Masing2 berbeda sesuai kepekaannya terhadap suhu yg tdk tepat.
Vaksin Sensitif Beku
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan
selama
Hepatitis B,DPT-HB -5 °C Max ½ jam
DPT,DT,TT -5 °C _ - 10° C Max 1,5 – 2 jam

Beberapa °C diatas suhu udara luar


DPT, DPT – HB, DT (ambient temperature < 34° C ) 14 hr

Beberapa °C diatas suhu udara luar


Hepatitis B, TT (ambient temperature< 34°C ) 30 hr
Vaksin Sensitif Panas
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan
selama

Polio Bebrapa °C diatas suhu udara luar


(ambient temperature < 34° C ) 2 hr

Campak & BCG Beberapa °C diatas suhu udara luar 7 hr


(ambient temperature < 34°C)
2.Kerusakan Vaksin Terhadap sinar Matahari /
Sinar ultra Violet

 Semua vaksin akan rusak apabila terpapar /


terkena sinar matahari lansung, serta sinar ultra
violet ( mis : lampu neon, lampu halogen)

Anda mungkin juga menyukai