Oleh :
Fadlan Wieno Putra 1010313081
Nadhilah Lailani 1740312013
Preseptor :
dr. H. Ariadi, Sp.OG
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Umur 35 tahun atau lebih peluang kehamilan menjadi 60% pada tahun
pertama dan 85% pada tahun kedua. Kurang lebih 15 persen tetap belum
mendapatkan kehamilan setelah tahun ke-3 perkawinan.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya
INFERTILITAS
PRIMER Sekunder
kegagalan suatu pasangan untuk ketika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian
mendapatkan kehamilan sekurang- tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
kurangnya dalam 12 bulan berhubungan bersenggama dan dihadapkan kepada
seksual secara teratur tanpa kontrasepsi kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
Prevalensi
Di Asia, angka fertilitas tertinggi pada wanita terjadi di Kamboja. Di
Indonesia, prevalensi wanita dengan infertilitas meningkat seiring
bertambahnya usia pada usia 20-24 tahun yaitu 8.2%, kemudian usia 25-
29 yaitu 16.8% dan usia 35-39 tahun yaitu 21.3%
Faktor Risiko
Gaya hidup
Faktor pekerjaan
Alkohol
Merokok
Faktor Penyebab
Faktor perempuan
Faktor laki-laki
Faktor Perempuan
Infeksi
Gangguan ovulasi, karena penuaan, PCOS, kelainan pada hipotalamus-
hipofisis, hiperprolaktin
Gangguan anatomi, yaitu berupa kelainan kongenital
Faktor Laki-Laki
kelainan urogenital kongenital atau didapat, seperti hipospadi, agenesis
vas deferens, klinefelters syndrome
kelainan sperma
gangguan transportasi sperma, seperti varikokel, protatitis, epididimitis,
orchitis
kelainan hipotalamus-hipofisis
autoimutas
impotensi
• Pernah mengalami
Syarat-syarat keguguran
Pemeriksaan berulang
• Diketahui
pada Kalau istri saja Istri yang berumur 20- mengidap kelainan
Infertilitas yang ingin 30 tahun baru akan endokrin
diperiksa diperiksa setelah • Pernah mengalami
berusaha mendapatkan
sementara suami anak selama 12 bulan. peradangan rongga
menolak, maka Pemeriksaan dapat panggul atau
pasangan ini tidak dilakukan lebih dini rongga perut
diperiksa. apabila:
• Pernah mengalami
bedah ginekologik
Istri yang berumur
antara 36-40 tahun Istri yang berumur
hanya dilakukan antara 31-35 tahun
pemeriksaan dapat diperiksa pada
infertilitas kalau kesempatan pertama
belum mempunyai pasangan tersebut
anak dari datang ke dokter
perkawinan ini.
Pemeriksaan pada perempuan
Pemeriksaan ovulasi
Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
Pemeriksaan kelainan uterus dan tuba
Pemeriksaan lendir serviks pasca senggama
Pemeriksaan ovulasi
Frekuensi dan keteraturan menstuasi
Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan
yang memiliki siklus haid panjang (oligomenorea).
Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk
melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon
gonadotropin (FSH dan LH).
Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk melihat
apakah ada gangguan ovulasi, galaktorea, atau tumor hipofisis.
Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
Sebelum dilakukan pemeriksaan uterus, pemeriksaan untuk Chlamydia
trachomatis sebaiknya dilakukan dengan teknik yang sensitive. Jika tes
Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan seksualnya
sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan.
Penilaian kelainan uterus dan tuba
Biopsi endometrium
Histerosalphingografi
Histeroskopi
Biopsi endometrium
Tindakan biopsi ini bukan merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan.
Media penyuntikan kontras adalah kateter pediatrik Foley nomor 8 dengan bantuan klem
dimasukkan ke dalam kavum uteri dan dipertahankan pada tempatnya dengan mengisi
balon dengan 2 ml air.
Setelah spekulum vagina dilepaskan, media kontras disuntikkan ke dalam kavum uteri
secukupnya dengan pengawasan fluoroskopi.
Untuk mendapatkan gambaran segmen bawah uterus dan kanalis servikalis, balon
dikempeskan sebentar sambil menyuntikkan media kontras. Hasil pemeriksaan ini dapat
memberikan keterangan tentang seluk beluk kavum uteri, patensi tuba, dan juga
peritoneum.
Histeroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meneropong kavum uteri yang sebelumnya telah
digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik, atau gas
CO2. Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat:
Kelainan pada pemeriksaan HSG
Riwayat abortus habitualis
Dugaan adanya mioma atu polip submukosa
Perdarahan abnormal dari uterus
Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter sebagai splint pada
bagian proksimal tuba
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan apabila diduga terdapat infeksi akut rongga panggul,
kehamilan, atau perdarahan banyak dari uterus. Melalui histereskopi ini dapat
dilanjutkan dengan pembedahan ringan, seperti melepaskan perlekatan, mengangkat
polip dan mioma submukosa.
Penilaian lendir serviks pasca senggama
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas dibawah 3
tahun. Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki masalah
fertilitas tidak dianjurkan karena tidak dapat meramalkan terjadinya
kehamilan.
Pemeriksaan pada laki-laki
Anamnesis
Riwayat penyakit yang bisa berpengaruh buruk terhadap fertilitas, seperti
diabetes mellitus, kelainan neurologis yang dapat mengakibatkan gangguan
ereksi dan ejakulasi, tuberkulosis, parotitis bersamaan dengan orkitis dapat
menyebabkan kerusakan testis, kecanduan alkohol.
Riwayat suhu tinggi > 38°C dapat menekan spermatogenesis sampai masa 6
bulan.
Periksa posisi dan aksis testis, volume testis (memakai Orchiometer Prader)
dan konsistensinya.
Pemeriksaan Epididimis
Secara normal dapat teraba dengan konsistensi lembut dan jalur yang
teratur.
Penatalaksanaan dapat berupa kombinasi FSH, LH, hMG, dan hCG. Selain
itu dapat dilakukan dengan pemberian obat pemicu ovulasi golongan anti
estrogen (klomifen sitrat), tindakan drilling ovarium, atau penyuntikan
gonadotropin. Pengobatan lain yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan insulin sensitizer seperti metformin.
Prognosis infertilitas tergantung kepada umur suami, umur istri, dan
lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama
dan lamanya perkawinan).