Anda di halaman 1dari 59

Definisi

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara

spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

setelah bayi lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia dan asidosis


Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila
memenuhi kondisi sebagai berikut :
 Nilai Apgar menit kelima 0-3
 Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat
(pH<7.0)
 Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia
atau koma)
 Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya:
gangguan kardiovaskular, gastrointestinal,
hematologi, pulmoner, atau sistem renal).
APGAR SKOR
 sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai
kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah
kelahiran
APGAR SKOR
 Appearance = warna kulit
 Pulse = denyut jantung
 Grimace = respons refleks
 Activity = tonus otot/keaktifan
 Respiration = dan pernapasan
KOMPONEN APGAR SKOR
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance seluruhnya biru warna kulit tubuh warna kulit tubuh,
normal merah tangan, dan kaki
muda, normal merah
tetapi tangan dan muda, tidak ada
kaki kebiruan sianosis
(akrosianosis)
Pulse tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit
Grimace tidak ada respons meringis/menangis meringis/bersin/bat
terhadap stimulasi lemah ketika uk saat stimulasi
distimulasi saluran napas
Activity lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif
Respiration tidak ada lemah atau tidak menangis kuat,
teratur pernapasan baik
dan teratur
INTERPRETASI APGAR SKOR
Penilaian Apgar skor dilakukan selain pada 1 menit juga
5 menit setelah bayi dilahirkan

 vigorous baby = nilai Apgar 7-10  dalam hal ini bayi


dianggap sehat dan tidak memerkikan istimewa
 asfiksia ringan-sedang / mild-moderate asphyxia
= Nilai Apgar 4-6  Pada pemeriksaan fisik akan
didapatkan frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit,
tonus otot baik ataupun kurang baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada
 asfiksia berat = Apgar 0-3  Pada pemeriksaan fisis
ditemukan frekuensi jantung < l00x/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada
VIGOROUS BABY
BAYI DENGAN SIANOSIS (ASFIKSIA BERAT)
CONTOH KASUS
“HITUNG APGAR SKOR PADA BBL INI”
1. Seorang ibu baru saja melahirkan bayi secara pervaginam. Tidak ada
riwayat HT maupun penyulit pada persalinan. Bayi lahir tanpa
intervensi (tindakan) berupa obat induksi maupun tindakan
vacuum.
Pada pemeriksaan fisik
a) menit pertama, anda dapatkan :
warna kulit tubuh, tangan, dan kaki
normal merah muda, tidak ada sianosis. Heart rate >100 kali/menit.
Meringis/menangis lemah ketika distimulasi. Sedikit gerakan.
Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur.
b) menit kelima, anda dapatkan : warna kulit tubuh, tangan, dan kaki
normal merah muda, tidak ada sianosis. >100 kali/menit.
meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas. bergerak aktif.
menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
HASIL PENILAIAN
 APGAR SKOR :
 KESIMPULAN :
2. Seorang ibu baru saja melahirkan bayi pervaginam dengan tindakan
yakni vacuum ekstraksi dengan indikasi partus kasep dengan gawat
janin. Pada pemeriksaan terakhir sebelum bayi lahir, didapatkan DJJ
bayi 10-11-13. Saat lahir, tampak ketuban mekoneal.
Pada pemeriksaan fisik
a) menit pertama, anda dapatkan : akrosianosis, HR <100 kali/menit,
meringis/menangis lemah ketika distimulasi, gerakan lemah dan
respirasi tidak teratur

b) menit kelima, anda dapatkan : akrosianosis, HR >100 kali/menit, batuk


saat stimulasi saluran napas, sedikit gerakan, menangis kuat disertai
pernapasan baik dan teratur
HASIL PENILAIAN
 APGAR SKOR :
 KESIMPULAN :
Etiologi dan Faktor Risiko
 Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan,
pada proses persalinan dan melahirkan atau
periode segera setelah lahir
 Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta
untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan
produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah
umbilikal maupun plasental hampir selalu akan
menyebabkan asfiksia.
Faktor risiko asfiksia neonatorum

1. Faktor risiko antepartum


 Primipara
 Penyakit pada ibu
 Demam saat kehamilan
 Hipertensi dalam kehamilan
 Anemia
 Diabetes mellitus
 Penyakit hati dan ginjal
 Penyakit kolagen dan pembuluh darah
 Perdarahan antepartum
 Riwayat kematian neonatus sebelumnya
 Penggunaan sedasi, anelgesi atau anestesi
Faktor risiko intrapartum

 Malpresentasi
 Partus lama
 Persalinan yang sulit dan traumatik
 Mekoneum dalam ketuban
 Ketuban pecah dini
 Induksi Oksitosin
 Prolaps tali pusat
MEKONIUM
PROLAPS TALI PUSAT
3. Faktor risiko janin

 Prematuritas
 BBLR
 Pertumbuhan janin terhambat
 Kelainan kongenital
BBLR
Penegakan Diagnosis
1. Anamnesa : Anamnesis diarahkan untuk
mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum
2. Pemeriksaan fisis :
 Bayi tidak bernafas atau menangis
 Denyut jantung kurang dari 100x/menit
 Tonus otot menurun
 Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur
mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi
 BBLR
3. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat
menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat:

 PaO2 < 50 mm H2O

 PaCO2 > 55 mm H2

 pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi
aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan
atas komplikasi, berupa :
 Darah perifer lengkap
 Pemeriksaan radiologi/foto dada
 Analisis gas darah sesudah lahir
 Pemeriksaan radiologi/foto abdomen tiga posisi
 Gula darah sewaktu
 Pemeriksaan USG Kepala
 Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)
 Pemeriksaan EEG
 Ureum kreatinin
 CT scan kepala
 Laktat
Manajemen BBL Dengan Asfiksia
MEJA RESUSITASI
Alat Resusitasi
1. Perlengkapan penghisap :

 Balon penghisap (bulb syringe)

 Penghisap mekanik dan tabung

 Kateter penghisap

 Pipa lambung
Bulb syringe
Kateter penghisap
2. Peralatan balon dan sungkup

 Balon resusitasi neonatus yang dapat memberikan


oksigen 90% sampai 100%, dengan volume balon
resusitasi ± 250 ml

 Sungkup ukuran bayi cukup bulan dan bayi


kurang bulan (dianjurkan yang memiliki bantalan
pada pinggirnya)

 Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran


sampai 10 L/m) dan tabung.
VTP = VENTILASI TEKANAN
POSITIF
RESUSITASI JANTUNG PARU :
VTP & KOMPRESI DADA
3. Peralatan intubasi

 Laringoskop

 Selang endotrakeal (endotracheal tube) dan stilet (bila


tersedia) yang cocok dengan pipa endotrakeal yang ada
LARINGOSKOP
PEMASANGAN ET DENGAN
BANTUAN LARINGOSKOP
ET = ENDOTRACHEAL TUBE
INTUBASI PADA NEONATUS
INTUBASI PADA NEONATUS
4. Obat-obatan
 Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/ml) – 3 ml atau ampul
10 ml
 Kristaloid isotonik (NaCl 0.9% atau Ringer Laktat)
untuk penambah volume—100 atau 250 ml.
 Natrium bikarbonat 4,2% (5 mEq/10 ml)—ampul
10 ml.
 Naloxon hidroklorida 0,4 mg/ml atau 1,0 mg/ml
 Dextrose 10%, 250 ml
 Kateter umbilikal
EPINEFRIN
VENA UMBILIKALIS
5. Lain-lain
 Alat pemancar panas (radiant warmer) atau sumber
panas lainnya
 Monitor jantung dengan probe serta elektrodanya (bila
tersedia di kamar bersalin)
 Oropharyngeal airways
 Selang orogastrik
TATALAKSANA ASFIKSIA
NEONATAL
Manajemen BBL Dengan Asfiksia
Penilaian :
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekoneum?
Segera setelah bayi lahir :
1. Apakah bayi menangis atau bernafas/tdk megap-megap?
2. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tdk Jika air ketuban tercampur mekoneum
bernafas atau megap-megap dan atau
lemas
Nilai nafas
Potong tali pusat
Jika bayi Jika bayi tdk
Langkah Awal : menangis atau bernafas atau
1. Jaga bayi tetap hangat bernafas normal megap-megap
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4. Keringkan & rangsang taktil Potong tali pusat Buka mulut lebar,
5. Reposisi usap dan isap
lendir dr mulut
Nilai Napas

Jika bayi bernafas normal Jika bayi tidak bernafas / bernapas megap-
megap
ASUHAN PASCA RESUSITASI VENTILASI
1. Pemantauan tanda bahaya 1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Perawatan tali pusat 2. Ventilasi 2x dg tekanan 30 cmH2O
3. Inisiasi menyusui dini 3. Jika dada mengembang lakukan
4. Pencegahan hipothermia ventilasi 20 x dg tek. 20 cmH2O slm
5. Pemberian Vit K 30 detik
6. Pemberian salep/tetes mata
7. Pemeriksaan fisik
8. Pencatatan dan pelaporan
Nilai Napas

Jika bayi bernafas normal Jika bayi tidak bernafas / bernapas megap-
megap
1. Hentikan ventilasi
2. ASUHAN PASCA RESUSITASI 1. Ulangi ventilasi sebanyak 20 x slm 30
detik
2. Hentikan ventilasi dan nilainkembali
nafas tiap 30 detik
3. Jika bayi tidak bernafas spontan
sesudah 2 menit resusitasi, siapkan
rujukan, nilai denyut jantung
1. Ulangi ventilasi sebanyak 20 x slm
30 detik
2. Hentikan ventilasi dan
nilainkembali nafas tiap 30 detik
3. Jika bayi tidak bernafas spontan
sesudah 2 menit resusitasi, siapkan
rujukan, nilai denyut jantung

Jika Bayi Dirujuk Jika tdk mau dirujuk & tdk berhasil

1. Konseling 1. Sesudah 10 mnt bayi tdk bernafas


2. Lanjutkan resusitasi spontan dan tdk terdengar denyut
3. Pemantauan tanda bahaya jantung dipertimbangkn
4. Perawatan tali pusat mnghentikan resusitasi
5. Pencegahan hipotermi 2. Konseling
6. Pemberian vit K 3. Pencatatan dan pelaporan
7. Pemberian salep/tetes mata
8. Pencatatan dan pelaporan
Prinsip dasar pada kompresi dada adalah:
 (1) Posisi bayi
Topangan yang keras pada bagian belakang bayi
dengan leher sedikit tengadah.
 (2) Kompresi
Lokasi ibu jari atau dua jari : pada bayi baru lahir
tekanan diberikan pada 1/3 bawah tulang dada yang
terletak antara processus xiphoideus dan garis khayal
yang menghubungkan kedua puting susu.
 kedalaman : diberikan tekanan yang cukup untuk
menekan tulang dada sedalam kurang lebih 1/3
diameter anteroposterior dada, kemudian tekanan
dilepaskan untuk memberi kesempatan jantung
terisi. Satu kompresi terdiri dari satu tekanan ke
bawah dan satu pelepasan. Lamanya tekanan ke
bawah harus lebih singkat daripada lamanya
pelepasan untuk memberi curah jantung yang
maksimal. Ibu jari atau ujung-ujung jari
(tergantung metode yang digunakan) harus tetap
bersentuhan dengan dada selama penekanan dan
pelepasan
 frekuensi : kompresi dada dan ventilasi harus
terkoordinasi baik, dengan aturan satu ventilasi
diberikan tiap selesai tiga kompresi, dengan frekuensi
30 ventilasi dan 90 kompresi permenit. Satu siklus
yang berlangsung selama 2 detik, terdiri dari satu
ventilasi dan tiga kompresi
 Penghentian kompresi:

 Setelah 30 detik, untuk menilai kembali frekuensi


jantung ventilasi dihentikan selama 6 detik.
Penghitungan frekuensi jantung selama ventilasi
dihentikan.
 frekuensi jantung dihitung dalam waktu 6 detik
kemudian dikalikan 10. Jika frekuensi jantung telah
diatas 60 x/menit kompresi dada dihentikan, namun
ventilasi diteruskan dengan kecepatan 40-60 x/menit.
Jika frekuensi jantung tetap kurang dari 60 x/menit,
maka pemasangan kateter umbilikal untuk
memasukkan obat dan pemberian epinefrin harus
dilakukan.
 jika frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit dan bayi
dapat bernapas spontan, ventilasi tekanan positif
dapat dihentikan, tetapi bayi masih mendapat oksigen
alir bebas yang kemudian secara bertahap dihentikan.
Setelah observasi beberapa lama di kamar bersalin
bayi dapat dipindahkan ke ruang perawatan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai