Anda di halaman 1dari 22

Gol.

Khloramfenikol
Derivat :
-

- Khloramfenikol
- Tiamfenikol

Mekanisme kerja :
-

Hambat sintesa protein bakteri

Farmakokinetik :
-Abs : Oral : cepat dan baik

-Kadar max dlm darah 2 jam setlh mkn


obat
Distribusi :
Baik, juga pada mata dan otak
Dalam hepar : konjugasi dengan asam
glukoronat
Gangguan fungsi ginjal : kumulasi obat
Ekskresi :
Oral : 80% - 90% via ginjal
5% - 10% dalam urin
Pemberian :
Payah ginjal : dosis tdk dikurangi kec. Ggn
faal ginjal
 Anak2 : Bentuk ester palmitat → tdk pahit
 im/iv, bentuk suksinat

 Indikasi :
 Obat terpilih utk demam tifoid
 2 hari : perbaikan klinis
 3 - 5 hari :demam menurun
 S.typhi resisten : Ampisilin, amoksisilin,
Kotrimoksazol
 Meningitis purulenta oleh H. influenza
 Terapi awal anak (krn inf cukup berat),
Khloramfenikol + ampisilin sampai hasil uji
kultur selesai, pilih salah satu (H. influen-
zae/Pneumonia)
 Inf oleh bakteri anaerob (B. fragilis)

ES :
a. Reaksi hipersensitivitas
- Pansitopenia : pada sumsum tulang
- Kulit merah
 Glossitis atrofi

 Reaksi Herxheimer → demam


 B. Reaksi toksik : tergantung dosis
 Sum sum tulang :
 Bl kdr dalam darah mencapai 25 μg/ml
 Bila dosis ↑, waktu lama
 Sembuh 2 minggu

 Pd bayi prematur : Syndroma Grey


 Bila dosis >> (200 mg/kg/hr) → kematian
 Kematian 40%
 60% sembuh tanpa bekas
 Gejala timbul setelah 2-9 hari (±4 hr)
setelah pemberian
 - bayi muntah
 - Tdk mau menyusu
 - Pernafasan cepat dan tdk teratur
 - Sianosis
 - Diare, faeses hijau
 - Lemas, tubuh abu2
 - Hipotermia
 Kemungkinan mekanisme :
 - Insufisiensi enzim glukoronil transferase →
 Konyugasi khloramfenikol tidak baik
dengan asam glukoronat
 - Faal ekskresi ginjal belum sempurna

Dosis maksimal 25 mg/kg/hari : bayi < 1 bln

- Neuritis optik
- - Pe↓ visus bilateral Kemungkinan pd anak
- - Skotoma sentralis dg dosis >>> 2 bln
- - Perdrhan retina
Superinfeksi : Kloramfenikol > dan lama

Interaksi Obat :
- Tolbutamid
- Fenitoin
- Dikumarol
Efek toksik ke 3 obat ini me ↑, krn
biotransformasi dihambat

- Fenobarbital : t1/2 khloramf berkurang,


oleh karena induksi enzim (t1/2 memen-
dek)
 Usaha menghindari bahaya :
 - Gunakan AM lain yang lebih aman dan
lebih efektif
 Contoh : Ricketsiosis : khloramfenikol (lbh
toksik) ~Tetrasiklin (pilih !)
 - Hindarkan pemberian kur yang berulang
 Pada penderita dgn kur yang berulang :
periksa hematologik secara berkala
(jumlah leukosit dan hitung jenis)
 - Perhatikan timbulnya perdarahan dan inf
baru.
 TIAMFENIKOL
 Indikasi ~ khloramfenikol
 Aktivitas > lemah
 Anemia aplastik fatal lebih jarang
Gol. TETRASIKLIN
Derivat :
- Oksitetrasiklin
-Tetrasiklin
- Doksisiklin
- Minosiklin

Mekanisme Kerja :
Hambat sintesis protein bakteri
Spektrum Antibakteri :
- Luas
- Gram + dan –
- Ricketsia : tetrasiklin
- Chlamydia ( psitakosis, lymfogranuloma venerum,
trachoma)
- Amuba

Resistensi :
- Menurunkan ambilan obat oleh bakteri
- Penyebaran conjugasi dan transduksi
Farmakokinetik :
- Absorbsi :
Melalui Sal cerna : kadarnya bervariasi dalam darah
Diganggu oleh adanya
- Makanan dan susu
- Antasida yang mengandung logam bivalen (Ca dan Mg) dan
trivalent (Al)
- Preparat Fe
Dengan logam2 ini tetrasiklin akan mbtuk kompl Chelate →
tdk diabs, mengganggu flora normal usus.
Yang abs lebih baik dan tidak diganggu makanan :
- Doksisilin
- Minosiklin
Distribuksi :
- Jar. Tubuh
- Cairan otak : 3 –10% kadar dalam serum
Ekskresi :
- Ginjal
- Empedu (enterohepatik recirculation)

Minosiklin dan Doksisiklin


Ekskresi lebih lambat, sehingga dosis bisa : 1 –2 kali/ hari
Pemberian :
Oral dan parenteral
Indikasi :
Obat terpilih pada :
- Kolera
- Brusellolsis
- Myc. Pneumoniae
- Ricketsiosis
- Granuloma inguinale
- Chlamydia
- Acne : karena kadar asam lemak bebas dalam serum
rendah
Efektif terhadap : Gonorhoe, sifilis, inf. Sal nafas.
ES :
- Iritasi sal. Cerna : mual, muntah, diare
- Kerusakan ginjal : warna tengguli : k btk kompleks
tetrasiklin – Ca – orthofosfat
- Penghambatan sementara pertumbuhan tulang
- Hepatotoksik : - kehamilan dan peny. Hati  dosis besar
 gangguan faal hati.
- Nefrotoksik
Tetrasiklin (bila kena chy, tempat lembab, suhu tinggi) 
anhidrotetrasiklin+epianhidrotetrasiklin fanconi like
syndrom (Proteinuria, glukosuria, hipokalemia).
Tetra : warna kuning  rusak (coklat)
-Toksisitas vestibuler : minosiklin
Gangguan keseimbangan, tinnitus, nause.
- Superinfeksi :
Candidiasis (pemakaian yang lama)
- Fotosensitisasi  bisa bule

Kontraindikasi :
Bila penderita alami payah ginjal : Doksisiklin
(jangan tetrasiklin gol lain k kumulasi obat,
gangguan metab prot  uremia)
Kuinolon
Asam nalidiksat 1960 dan 1970 an
Asam oksolinik, asam pipemidik, asam piromimidik,
flumekuin dan akroxasin
Kerjanya :
Menghambat DNA girase
As nalidiksat di abs baik setelah pemberian oral dan di
metab sebelum diekskresi mell urine
As naliksat diubah dulu menjadi as hidroksinalidiksik
Baru bekerja sebagai AM, dan berikatan dengan enzim
glukoronidase
Fluorokuinolon
1980 an
Indikasi :
- Enterobact
- G + kokki
- Pseudomonas aeruginosa
- Chlamydia
- Leigonella
- Mycobacterium
-Siprofloksasin
-Norfloksasin
-Ofloksasin : enoksasin, lomefloksasin
-Enrofloksasin ( seny sep siprofloksasin) : peternakan
Diberikan sec oral, beberapa diberikan sec iv
Ekskresi : ginjal
Indikasi :
-Inf trakt urinarius
-Go
-Inf enteritis
ES :
-Rash
-Gangguan GI
-Fotofobia
-Gangguan neurologik yang tdk spesifik
-Deposit pada kartilago (penel bntg)
-Hati2 pada wanita hamil dan anak2

Anda mungkin juga menyukai