Anda di halaman 1dari 20

PERITONITIS ET CAUSA

PERFORASI TIFOID

SISKA
102012102
C-2
Skenario
Seorang laki – laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD
RS dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh
perutnya sejak 6 jam yang lalu.
Rumusan Masalah
Nyeri perut hebat pada seluruh perutnya sejak 6 jam
yang lalu.
Hipotesis
Laki – laki dengan keluhan tersebut mengalami
peritonitis ec perforasi tifoid.
Anamnesis
MIND MAPPING
Pencegahan dan
Pemeriksaan Edukasi
Laki2 20thn, nyeri perut hebat
pada sluruh perut sejak 6 jam
yll, demam naik turun
WD terutama pada malam hari,
mual, konstipasi, dan Penatalaksanaan
Gejala Klinis anoreksia

Komplikasi
DD

Patogenesis
Etiologi

Epidemiologi
I. Allo-anamnesis
1. Identitas

2. Keluhan Utama

3. Riwayat Penyakit Sekarang

4. Keluhan Penyerta

5. Riwayat PenyakitTerdahulu

6. Riwayat Pengobatan

7. Riwayat Keluarga

8. Riwayat Sosial
Pemeriksaan fisik
Status Generalis Status Lokalis:
-Keadaan Umum: keadaan umum Abdomen
melemah -Inspeksi : distensi abdomen
-Tekanan Darah : 100/70 mmHg -Auskultasi : bising usus (-)
-Nadi : 100 x/menit -Palpasi : nyeri
-RR : 24 x/menit tekan(seluruh regio abdomen),
-Suhu : 39° C defens musculair(+).
-perkusi : bunyi
timpani/redup
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: Gambaran Radiologi
- Hb : 12g/dl Pada peritonitis foto polos
- Ht : 38% abdomen 3 posisi:
- Trombosit : 150.000/uL  Tiduran telentang (supine), sinar
- Leukosit : 20.000/uL dari arah vertikal dengan
proyeksi anteroposterior (AP).
 Duduk atau setengah duduk atau
berdiri kalau memungkinkan,
dengan sinar horizontal proyeksi
AP.
 Tiduran miring ke kiri (left
lateral decubitus = LLD), dengan
sinar horizontal, proyeksi AP.
III. Working Diagnosis
WD : Peritonitis Et Causa Perforasi Tifoid
Gejala Klinis
 Demam Tifoid :
demam, sakit kepala, gangguan sal.cerna
 Peritonitis :
Pembengkakan dan nyeri di perut dengan nyeri mulai dari
nyeri membosankan sampai parah, nyeri tajam, Demam dan
menggigil Kehilangan nafsu makan Haus, Mual dan muntah,
Pengeluaran urine yang terbatas, Ketidakmampuan untuk
buang gas atau kotoran.
IV. Differential Diagnosis
Peritonitis primer Peritonitis sekunder Peritonitis tersier

Merupakan peritonitis akibat Peritonitis yang mengikuti Peritonitis tersier terjadi


kontaminasi bakterial suatu infeksi akut atau akibat kegagalan respon
secara hematogen pada cavum
perforasi
peritoneum dan tidak ditemukan
inflamasi tubuh
tractus gastrointestinal atau
fokus infeksi dalam abdomen.
tractus urinarius.

Penyebabnya bersifat Bakteri anaerob, khususnya Peritonitis tersier dapat terjadi akibat
peritonitis sekunder yang telah
monomikrobial, biasanya E. spesies Bacteroides,
dilakukan interfensi pembedahan
Coli, Sreptococus atau dapat memperbesar ataupun.
Manifestasi klinis
Pneumococus. pengaruh bakteri aerob
abses, flegmon, +/-fistel
dalam menimbulkan infeksi. Terapi :
Antibiotik: kurang efektif
Pembedahan ulang
V. Etiologi
 Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous
bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati
yang kronik. Biasanya terjadi pada pasien dengan
asites akibat penyakit hati kronik.
 Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi
 Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
VII. Patogenesis
VIII. Komplikasi
 Komplikasi dini :
 Septikemia dan syok septic.
 Syok hipovolemik.
 Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan
kegagalan multisystem.
 Abses residual intraperitoneal.
 Portal Pyemia (misal abses hepar).

 Komplikasi lanjut :
 Adhesi (perlekatan usus halus)
 Obstruksi intestinal
IX. Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
pembedahan abdomen (laparatomi), dapat berupa:
 Penutupan primer
Pasien stabil,perforasi tunggal,kontaminasi feses cavum abdomen yang minimal
 Reseksi, end to end anastomose
Pasien stabil, perforasi multiple,kontaminasi feses cavum abdomen yang
minimal
 Reseksi ileostomi
Multipel perforasi,kontaminasi feses massif pada kavum peritoneum,pasien
yang kritis
 Hemikolektomi kanan
Perforasi pada ileum terminal sejauh ≤ 5 cm dari ileocaecal junction dan
perforasi multiple perforasi di caecum.
X. Pencegahan dan Edukasi
 Hindari trauma pada abdomen
 Mengurangi minum alkohol dan obat yang dapat
menyebabkan sirosis
 Hidup hiegienis (bersih)
 Bila mempunyai gejala seperti peritonitis atau sebelumnya,
segera pergi untuk berobat sedini mungkin
XI. Prognosis
 Mortalitas tetap tinggi antara 10 % – 40 %.
 Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis
sudah berlangsung lebih dari 48 jam.
 Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya.
Kesimpulan
 Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang
merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Gejala
Klinis nyeri ini tiba-tiba, hebat menyebar keseluruh bagian
abdomen. Prognosis Buruk bila tidak ditangani dengan
baik.
 Hipotesis diterima, Laki – laki dengan keluhan tersebut
mengalami peritonitis ec perforasi tifoid.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai