Anda di halaman 1dari 41

HORMON

KORTEKS ADRENAL

Dr. Sudiarto Ms

1
Anatomi Fisiologi
Kelenjar adrenal terletak di kutub superior dari kedua ginjal.
Tiap kelenjar terdiri :
 Medula adrenal (20% bagian), menghasilkan epinefrin
dan norepinefin suatu hormon neurotransmiter pada
sistem syaraf simpatis. Hal ini akan di bahas di bab
Sitem Syaraf Otonom
 Kortex Adrenal , sekresi hormon kortikosteroid (berasal
dari steroid kolestrol, dengan rumus kimia yang hampir
sama, dengan sedikit perbedaan memiliki berbagai
fungsi yang berbeda). Selain itu juga memproduksi
hormon androgen, yang efeknya mirip testoteron, bila
tejadi abnormalitas seperti hipersekresi dapat timbul
maskulinisasi pada wanita.

2
H. Kortikosteroid
 Terdiri dari 2 bagian yang utama ;
 Mineralokortikoid; mempengaruhi
mineral/elektrolit cairan ektraseluler terutama
Na+ (natrium) dan K+ (Kalium) Steroid sendiri
lebih 30 jenis , namun mineralkortikoid
terpenting adalah aldosteron.
 Glukortikoid ; efek pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Terpenting
adalah kortisol

3
Zona sekresi Adrenokortikal
Kortex adrenal terdiri 3 lapis ;
 Zona Glomerulosa (terluar, tertipis) rilis
Aldosteron
 Zona Fasiculata (tengah), sekresi kortisol dan
glukokortikoid yang lain, serta androgen
 Zona Retikularis (terdalam), sekresi androgen.
Stimulasi masing-masing hormon akan merangsang
hipertrofi zona yang mensekresinya.

4
5
Sifat Kimia H. Adrenokortikal
 Merupakan senyawa steroid, dibentuk dari
kolestrol baik dari darah (dominan) maupun
sintesis sendiri. Proses sintesis hormon terjadi di
tahap mitokondria dan retikulum endoplasma.
 Beberapa hormon ada yang memiliki kedua
efek, seperti kortisol yang memiliki efek mineral
kortikoid yang lemah, dan efek ini baru muncul
bila ada abnormalitas rilis yang berlebihan.
Sedang Dexamethason yang efek mineral
kortikoidnya hampir nol, sangat penting dalam
merangsang aktivitas glukokortikoid khusus.

6
Pengangkutan H. Adrenal
 Kortisol dalam darah terikat dengan globulin (protein
carrier) disebut kortisol binding globulin (kortisol terikat
globulin) dalam jumlah yang kecil berikatan dengan
albumin. 94% dalam bentuk terikat, sisanya dalam bentuk
bebas. Sedang aldosteron berikatan longgar dengan
protein (kira-kira 50%). Hormon-hormon ini diangkut lewat
kompartemen ekstraseluler yang kemudian memetap
dalam jaringan target atau dihancurkan dalam waktu 1-2
jam untuk kortisol serta 30 menit bagi aldosteron
 Steroid adrenal dipecah dalam hati dan dikonjugasi
membentuk glukoronida dan sedikit sulfat. 25% diekskresi
dalam empedu dan dibuang bersama feses, 75% dalam
bentuk urin.

7
Fungsi Mineralortikoid-Aldosteron
Meningkatkan resorbsi Na dan ekskresi K dalam
tubulus gijal
Kelebihan Aldosteron
– Meningkatkan volume cairan ekstraseluler dan
tekanan arteri. Na membentuk tekanan
onkotik/osmolaritas cairan, sehingga absorbsi air
meningkat ke dalam vaskular. Tekanan darah terbentuk
dari komponen Blood volume dan resistensi vascular
(P=BVxRv), sehingga meningkatkan tekanan darah,
sementara kondisi hipertensi mengembalikan kelebihan
air dan garam keluar lewat ginjal sehingga kembali
normal walau ada kelebihan aldosteron. Kondisi ini
disebut diuresis tekanan/pelepasan aldosteron
(aldosteron escape). Bila sekresi aldosteron nol,
terjadi dehidrasi ekstraseluler berat berakibat shock
hipovolemik yang mematikan oleh karena tidak ada
rangsangan untuk reabsorbsi Na+ dan air terhadap
tubulus ginjal 8
Kelebihan aldosteron menyebakan hipokalemia dan
kelemahan otot, hal ini timbul bila kadar K < 4,5mEq/L,
apabila dibawah setengah nilai normal, maka terjadi
gangguan eksitasi pada membran syaraf dan otot
sehingga aksi potensial terganggu yang berakibat
kelemahan otot.
Efek Defisiensi Aldosteron pada jantung. Terjadi
toksikasi jantung karena hiperkalemia, dimana kontraksi
melemah dan terjadi aritmia (irregularitas irama jantung)
akibat hiperkalemia, hal ini dapat berakhir sebagai gagal
jantung.
Efek terhadap ion Hidrogen. Aldosteron secara
minimal menyebabkan sekresi H yang ditukar dengan
resorbsi Na, berakibat alkalosis ringan bila berlebihan
sekresi aldosteron.

9
Efek pada kelenjar keringat, liur dan absorbsi intestinal
– Pada Kel. Keringat berfungsi mempertahankan Na dan
air saat cuaca panas dan mensekrei K.
– Pada kel. Liur untuk menyimpan Na saat terjadi
hipersalivasi (ekskresi liur berlebih)
– Pada intestinal, mencegah hilangnya Na dan air
berlebih lewat feses, bila gagal terjadi diare.

10
Mekanisme Kerja Aldosteron
Karena membran sel permeabel terhadap lemak,
aldosteron mudah berdifusi ke sel epitel tubulus

Berikatan dengan protein receptor specifik dalam


Sitoplasma

Komplex receptor-aldosteron berdifusi ke dalam inti dan


menginduksi transkripsi DNA membentuk mRNA

11
mRNA berdifusi ke ribosom, dan terjadi translasi
membentuk protein Yang menghasilkan :
Enzim Na-K Adenosin trifosfatase, yang menginduksi
pompa pertukaran Na dengan K pada membran
basalolateral sel tubulus ginjal
Protein Kanal, membuat Na berdifusi dengan cepat dari
lumen tubulus masuk ke dalam sel, selanjutnya dipompa
oleh pompa Na-K yang terletak dalam membran
basalolateral.
Kesemuanya membutukan waktu sekitar 45 menit
sampai terjadi perubahan kecepatan absorbsi Na.

12
13
Pengaturan Sekresi Aldosteron
Meningkat pada :
Sekresi meningkat pada kadar K ektraselular yang tinggi
Peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin akibat
aliran darah ke ginjal turun
Adrenokortikotropin Hormon (ACTH)
Peningkatan Na ektraselular sangat sedikit menurunkan
sekresi aldosteron
Dari faktor di atas hanya faktor 1 dan 2 yang punya pengaruh
besar. Sehingga bertujuan untuk membuang kelebihan K
dan meningkatkan sirkulasi saat aliran dan tekanan darah
turun.

14
Fungsi Glukokortikoid
Efek pada metabolisme Karbohidrat :
Perangsangan glukoneogenesis :
 Seperti mekanisme kerja steroid hormon yang lain, dimana
terjadi sintesis protein lewat pembentukan mRNA, protein
yang dihasilkan adalah enzim-enzim glukoneogenesis
(khusus terjadi di hati).
 Kortisol menyebabkan pengangkutan as. amino dari jar.
ekstra hepatik (terutama otot) sebagai bahan
glukoneogenesis di hati, sehingga protein hati meningkat.
Efek glukoneogenesis ditandai dengan meningkatnya
deposit glikogen. 15
Penurunan pemakaian glukosa oleh sel
Diabetes adrenal. Bila sekresi kortisol berlebih maka
glukoneogenesis meningkat, sehingga kadar glukosa darah
meningkat, hal ini disebut diabetes adrenal pada kondisi ini
pemberian insulin dapat bermakna walau efeknya tidak
sebaik pada DM.

16
Efek Kortisol Terhadap Metabolisme Protein
Pengurangan protein sel. Hal ini berlaku pada jaringan
ekstrahepatik, karena dipakai untuk glukoneogenesis.
Selain itu hal ini disebabkan oleh berkurangnya sintesis
protein dan meningkatnya glukoneogenesis. Bila hal ini
berlebih, maka protein otot banyak berkurang sehingga
orang jadi lemah, dan fungsi imunitas (sistem kekebalan
disusun dari protein pula) menurun.

17
Peningkatan protein hati dan protein plasma (protein
plasma (globulin dan albumin) disintesis hati) sementara di
hati terjadi peningkatan sintesis protein.
Peningkatan As. Amino darah, berkurangnya
pengangkutan as. amino ke jaringan ekstra hepatik dan
meningkatnya pengangkutan ke hati. Hal ini terjadi
karena kortisol memobilisasi as. amino dari ekstra hepatik
ke hati. Hal ini berakibat :
 Peningkatan deaminisasi as. amino di hati
 Peningkatan sintesis protein hati
 Peningkatan sintesis protein plasma oleh hati
 Peningkatan glukoneogenesis dari protein.
18
 Efek Kortisol terhadap Metabolisme Lemak :

Mobilisasi As lemak dari jar. lemak.:


 Meningkatnya as. lemak bebas dalam plasma
 Meningkatnya metabolisme oksidasi as. lemak menjadi
energi, sehingga menurunkan pemakaian glukosa
sebagai energi

Kegemukan akibat kortisol. Kortisol menyebabkan


penumpukan lemak di daerah leher dan kepala
sehingga badan seperti kerbau (sapi) : Buffaloliketorso
dan kepala bulat hal ini disebut moon face

19
Fungsi Kortisol pada Stres & Peradangan
Saat stres (baik fisik maupun neurogenik) , terjadi
peningkatan sekresi ACTH, sehingga sekresi kortisol
meningkat. Beberapa jenis stres :
Ω Hampirsemua trauma
Ω Infeksi
Ω Kepanasan atau kedinginan hebat
Ω Penyuntikan norepinefrin & obat simpatomimetik
lainnya
Ω Pembedahan
Ω Penyuntikan bahan nekrolisis di bawah kulit
Ω Pengekangan seekor binatang sehingga tak dapat
bergerak
Ω Hampir setiap penyakit yang menyebabkan kelemahan.20
Mekanisme Inflamasi
Bila suatu jaringan mengalami trauma, infeksi atau
keadaan lain maka terjadi reaksi inflamasi (peradangan).
Manfaat ; pertahanan tubuh dan mempercepat
penyembuhan. Namun bila berlebihan misal pada reaksi
alergi atau penyakit autoimun seperti (rheumatik arteritis)
justru merusak tubuh dan memperlama proses
kesembuhan. Ada 5 tahap utama inflamasi :
1. Sel-sel yang rusak melepaskan bahan-bahan kimia
yang akan mengaktifkan proses inflamasi seperti
histamin, bradikinin, enzim proteolitik, prostaglandin
dan leukotrien (mediator-mediator radang)

21
2. Terjadi vasodilatasi (reaksi mediator radang),
jaringan jadi memerah (eritema)
3. Akibat mediator radang permeabilitas kapiler
meningkat
4. Terjadi infiltrasi leukosit ke jaringan radang yang
dipermudah dengan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang juga memudahkan cairan masuk ke
intrestetiel, terjadi edema tipe nonpitting (lokal
edema)
5. Penyembuhan radang, yang sering diikuti dengan
pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam.
22
Efek Kortisol pada Inflamasi

Menghambat dan mencegah tahap awal inflamasi


Bila inflamasi telah berlangsung kortisol menyebabkan
resolusi inflamasi dan mempercepat penyembuhan

23
Hal ini terjadi lewat mekanisme :
 Stabilisasi membran lisosom (yang melepas enzim
proteolitik bila membrannya pecah)
 Menurunkan permeabilitas kapiler, dengan
menghambat pelepasan mediator radang.
 Menurunkan migrasi leukosit , dengan menghambat
sistesis leukotrien dan prostaglandin (efeknya :
vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler dan
mobilisasi leukosit)
 Menekan sistem imun dengan menghambat reproduksi
limfosit
 Menekan demam dengan mengurangi pelepasan
interlukin-1 (stimulasi set point temperatur di
hipotalamus) dari leukosit
24
Efek Kortisol dalam mempercepat Penyembuhan
Inflamasi :
 Pada prinsipnya sama dalam mencegah dan
mempercepat resolusi inflamasi
 Kortisol :
Meningkatkan mobilisasi as. amino pada jaringan
yang rusak, sehingga mempercepat perbaikan.
Meningkatkan cadangan glukosa lewat
glukoneogenesis, dan moblilisasi as. lemak sebagai
sumber energi di saat kritis.
Saat ini glukortikoid sintetis sering dimanfaatkan
sebagai terapi inflamasi dan reaksi imun yang
berlebihan pada penyakit alergi dan autoimun (demam
rheuma, artritis rheumatoid, glumeronefritis akut). 25
Efek Lain Kortisol :
Efek terhadap alergi. Alergi merupakan reaksi inflamasi
pada paparan zat-zat yang seharusnya pada orang
normal tidak memberikan respon imun
Terhadap sistem imun :
Menurunkan jumlah eosinofil dan limfosit
Atrofi limfoid sehingga produksi T-limfosit menurun.
Hal ini berarti supresi terhadap sistem imun sehingga
daya tahan tubuh menurun, namun hal ini bermanfaat
pada transplantasi organ untuk mencegah/menurunkan
penolakan dari sistem imun.

26
Pengaturan Sekresi Kortisol

 Kortisol distimulasi sekresinya oleh ACTH (polipeptida)


 ACTH distimulasi sekresinya oleh Corticotropin
Releasing Factor (CRF~ suatu polipeptida)
 Sementara konsentrasi cortisol dalam sirkulasi
memberi negatif feedback berupa penghambatan rilis
dari ACTH dan CRF.

27
 Stres fisik memiliki efek untuk meningkatkan CRF
 Stres mental melaui aktivitasnya di sistem limbik
khususnya regio amigdala dan hipokampus memberi
stimulasi pada rilis ACTH
 Walau kortisol mampu memberi negatif feed back pada
CRF dan ACTH namun pengaruh stres lebih dominan
untuk mematahkan pengaruh umpan balik negatif
tersebut, sehingga tetap terjadi pemanjangan sekresi
kortisol

28
Pengaturan Sekresi Kortisol

29
30
Ritme Sikardian dari Sekresi
Glukokortikoid
 Kecepatan rilis CRH, ACTH dan kortisol tinggi pada
awal pagi hari, tapi rendah pada sore hari. Efek ini
timbul dari perubahan siklus sinyal hipotalamus
selama 24 jam yang menimbulkan sekresi kortisol. Bila
siklus tidur berubah maka ritme ini akan berubah pula.
Hal ini penting dalam pengukuran kadar kortisol,
karena akan berarti bila dinyatakan dalam istilah waktu
saat pengukuran dibuat

31
Grafik Ritme Sikardian

32
Sekresi MSH, Lipotropin dan
Endorfin berkaitan dengan ACTH

 Sewaktu sisntesis awal ACTH terbentuk protein


preprohormon yang besar, dimana selain mengandung
ACTH juga mengandung MSH, Beta-Lipotropin dan Beta-
Endorfin. Namun biasanya efek-efek hormon ini tidak
memiliki pengaruh, kecuali kalau sekresi ACTH sangat
tinggi (pada Addison Disease). Yang terlihat punya efek
bermakna adalah MSH, yang memiliki efek kulit menjadi
gelap

33
Androgen Adrenal
Androgen adrenal merupakan hormon kelamin pria yang
cukup aktif yang dirilis secara terus-menerus terutama
saat keehidupan fetus. Selain itu estrogen dan
progesteron juga diproduksi dalam jumlah sangat sedikit.
Biasanya androgen adrenal punya efek yang lemah. Efek-
efeknya adalah perkembangan awal organ kelamin pria,
pada wanita punya efek ringan sepanjang hidup seperti
pertumbuhan rambut pubis dan aksila pada wanita.
Hormon ini dapat dikonversi menjadi testoteron di
jaringan ekstra adrenal, yang punya aktivitas androgenik
yang besar.

34
Kelainan Patologis Adrenokortikal
I. Insufiensi
Adrenokortikal :
Insufiensi
Adrenokortikal Primer
(akibat dekstruksi atau
disfungsi kortex)
 Insufiensi
Adrenokortikal
Sekunder ( akibat
defisiensi sekresi ACTH
hipofisis

35
A. Insufiensi Adrenokortikal Primer
(Addison disease)

 Kasus ini lebih sering pada wanita (wanita : pria =


2,6:1).
 Gejala dan tanda :
– Defisiensi kortisol menyebabkan kelemahan,
fatigue, anoreksia, nausea, muntah-
muntah,hipotensi dan hipoglikemia. Defisiensi
mineral kortikoid menyebabkan kehilangan
natrium melalui ginjal, retensi kalium dan dapat
berakibat dehidrasi berat, hiponatremia,
hiperkalemia dan acidosis. 36
B. Insufiensi Adrenokortikal
Sekunder
 Sering disebabkan karena terapi kortikosteroid,
sehingga negatif feed back terhadap ACTH dan CRF
meningkat. Gejala dan tanda mirip pada Addison
disease tapi jauh lebih ringan dan tak spesifik

37
II. Hiperadrenalisme
(Sindrom Cushing)
Hipersekresi dari kortex adrenal, dapat disebabkan oleh
kelainan pada :
 Hipofisis Anterior :
 Adenoma hipofisis (tumor jinak kelenjar hipofisis,
penyebab tersering)
 Hiperplasia hipofisis
 Hiperplasia adrenokortikal. Bisa primer (penyebab tak
jelas) atau karena sindrom ACTH ectopic, yaitu sekresi
ACTH yang terjadi di luar hipofise anterior, terutama
sering disekresi oleh sel carcinoma (keganasan) paru.
 Tumor adrenal, bisa jinak dan ganas. 38
Gejala dan tanda :
Sering diikuti dengan obesitas dengan distribusi lemak
terbanyak di daerah kepala, thorax dan abdomen atas, wajah
tampak membengkak (moon face) dan tubuh tampak seperti
kerbau tubuh (buffaloliketorso). Sering terjadi jerawat dan
hirsutisme (pertumbuhan bulu wajah yang berlebihan).
Sementara efek mineral kortikoid menyebabkan hipertensi
(hipertensi adrenal)
Pada metabolisme karbohidrat, terjadi peningkatan glukosa
darah, serta katabolisme protein kecuali hati dan plasma.
Hilangnya protein otot akan menimbulkan kelemahan, pada
jarigan limfoid menyebabkan penurunan imunitas, serat
kolagen akan berkurang sehingga jaringan sub kutan mudah
robek, sehingga berbekas menjadi striae keunguan. Pada
tulang berkurangnya protein berakibat osteoporosis.
39
Aldosteronisme Primer
Bila terdapat tumor kecil pada zona glomerulosa dan mensekresi
banyak aldosteron, hal ini disebut aldosteronisme primer, pada
beberapa hiperplasia kortex adrenal lebih banyak mensekresi
aldosteron dibanding kortisol. Efek-efek kelebihan aldosteron telah
dibicarakan, namun yang terpenting adalah: hipokalemia yang dapat
berakibat kelumpuhan otot akibat gangguan neuromuscular, volum
cairan ekstraseluler dan intra vascular meningkat dan hampir selalu
ada hipertensi.
Hiperaldosteron juga memberi negatif feedback pada renin, sehingga
konsentrasinya menurun. Terapi bisa dengan pengangkatan tumor
atau sebagian jaringan yan hiperplasia

40
Sindrom Adrenogenital

Disebabkan tumor adrenokortikal, jarang timbul, berakibat


hipersekresi androgen. Pada wanita berakibat hirsutisme
dan virilisasi (pertumbuhan sifat kelamin jantan), seperti
tumbuh jenggot, suara berat, dapat menjadi botak,
distribusi rambut seperti laki-laki, klitoris tumbuh penis
serta penimbunan protein pada kulit dan otot mirip pria.

Pada pria prepubertas akan mempercepat kemunculan


pubertas dan timbulnya nafsu sexual pria. Pada pria dewasa
virilisasi dari sindrom ini tak nampak karena tertutupi
virilisasi normal.
41

Anda mungkin juga menyukai