Anda di halaman 1dari 36

CASE REPORT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP GIZI BURUK DI PUSKESMAS


HALMAHERA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN HL BLUM
PERIODE Periode 12 September – 12 Oktober 2016

Disusun oleh :
Iske Lucia Ganda
012116419
PENDAHULUAN
Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Masalah Gizi yang tidak seimbang adalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah kurang vitamin A (KVA), masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi besi (KGB).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus
gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak
memiliki kategori sangat pendek.

Masalah gizi di kota semarang 85,7% dan 61,9% subjek memiliki asupam energi dan protein sangat kurang. Keluarga
balita gizi buruk yang tidak memiliki ketersedian pangan keluarga sebanyak 38.1%. Sebagian besar pola asuh ibu
balita gizi buruk 81% termasuk kategori kurang baik

Puskesmas Halmahera mengadakan perawatan 1 pasien balita gizi buruk selama tahun 2013
UMUM
TUJUAN
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Gizi Buruk berdasarkan
pendekatan HL. Blum

KHUSUS

Untuk mengkaji faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk.

Untuk mengkaji faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk

Untuk mengkaji faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk

Untuk mengkaji faktor kependudukan yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk

Untuk merumuskan alternatif dan di tentukan prioritas pemecahan masalah terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk
Bagi Masyarakat Manfaat
1. Masyarakat mengetahui mengenai Gizi Buruk
2. Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan sehat
3. Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan
4. Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan terhadap Gizi
Buruk

Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di
lapangan.
2. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan
masalah sampai pembuatan plan of action.
3. Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu
kesehatan masyarakat.
4. Sebagai media yang dapat mengembangkan ketrampilan sebagai dokter.
5. Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu kesehatan
masyarakat pada tataran yang lebih lanjut
STATUS PRESENT
• Nama penderita : An. Abdurah fikri
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 9 bulan
• Agama : Islam
• Pendidikan : Belum sekolah
• Alamat : Buganngan citarum
tenagah V/ 39 kel bugangan
kec.Semarang Timur
• Tanggal pemeriksaan : 7 Oktober 2016
ANAMNESIS

• Riwayat imunisasi
Tidak bisa di ketahui karena buku KMS
• Riwayat penyakit sekarang : - sudah tidak ada.
• Riwayat kehamilan dan persalinan tetapi ibu nya mash ingat imunisasi baru
Kehamilan ke 4 dengan ANC : 4 kali 2x yaitu hepatitis B dan BCG
Keluhan Utama : (1 kali pada trimester pertama, 1 kali • Riwayat Penyakit dahulu
Pasien susah makan pada trimester kedua, dan dua kali Riwayat mondok : disangkal
menjelang kelahiran) di Puskesmas • Riwayat penyakit serupa :
dan berat badan susah disangkal
Halmahera.
naik • Riwayat alergi obat dan makanan :
Persalinan normal dibantu oleh bidan disangkal
dengan usia kandungan 9 bulan di • Riwayat keluarga
puskesmas halmahera dengan berat Tidak ada keluarga pasien yang
lahir 2800 gram. menderita gizi buruk
ANAMNESIS
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien sebagai swasta, ibu pasien bekerja sebagai guru di SMP. Pasien tinggal bersama kedua orangtua dan seorang kakaknya
yang masih sekolah. Kesan ekonomi: kurang dengan pendapatan dengan pendapatan yang tidak menentu
Pemenuhan kebutuhan dasar
Pasien minum ASI dari usia 0 - 6 bulan. Makan bubur tim dari usia 6 bulan – 9 bulan. sekarang makanannya Nasi tim dicampur sayur-
sayuran dan lauk
Keadaan saat ini :
BB dan TB pasien tidak sesuai dengan umur pasien. Pada usia 9 Bulan seharusnya balita mempunyai BB : 8 kg. Sedangkan panjang
badan 70 cm.
PEMERIKSAAN FISIK

Anak Laki-laki, usia 9


BULAN
Seorang anak laki-laki, Berat Badan : 6 kg
umur 9 bulan , berat
Tinggi Badan : 65,5 cm
badan 6 kg.
Keadaan umum : sadar,
cengeng atau rewel,
tampak sangat kurus, Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
muka seperti orang tua. WAZ = BB – median = 6 – 9,2 = -3,2 ( Berat badan sangat rendah gizi buruk)
SD 1.00
Tanda Vital : HAZ = TB – median = 65,5– 72,3 = -2,61 (perawakan pendek)
HR : 120 x/menit SD 2.60
RR : 30 x/menit WHZ = BB – median = 6 – 7,3 = -2,62 ( kurus)
SD 0,8
Suhu : 37,5 °C

Kesan : Berat Badan sangat rendah gizi buruk


Perawakan pendek, Sangat kurus
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : cembung
Mata: Perkusi: timpani
conjungtiva anemis - Palpasi: -
/- Auskultasi: peristaltik normal

Sclera ikterik - / -
Thoraks: Cardio dan
pulmo dalam batas
normal
Keadaan tubuh
Sianotik : (-)
Ikterik : (-)
Turgor : kembali cepat
Ekstremitas Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Capillary refill <2″

Oedem -/- -/-


Diagnosa

• Gizi buruk menurut BB/U

Terapi

• F-100 diberikan 2 kali/hari


Pemberian F-100 :
 Susu skim 85 g
 Gula pasir 50 g
 Air matang 1000 ml.
• PMT(pemberian makanan tambahan) : biscuit MP-ASI
Diberikan 7 Oktober 2016
DATA LINGKUNGAN

DATA INDIVIDU
Keluarga pasien kurang
Pasien anak ke-4 Pasien tinggal di mengetahui pentingnya
dari 3 daerah padat Pasien belum sekolah.
penataan rumah yang
penduduk dimana baik. Hal ini terlihat
Ayah pasien bekerja
bersaudara, tingkat kebersihan sebagai buruh dengan
dengan penataan barang-
barang yang kurang baik di
pasien tinggal lingkungan kurang pendapatan yang tidak
dalam rumah sehingga
menentu. Ibu pasien
serumah baik dengan adalah seorag pengajar di
rumah terasa pengap.
kesadaran Pasien susah makan dan
dengan kedua SMP. Pasien berobat
lebih suka junk food dan
kebersihan dan dengan biaya sendiri.
orang tuanya kesehatan Status rumah pasien
makanan ringan yang tidak
punya kalori dan gizi.
beserta seorang penduduknya
adalah rumah kontrakan
Disamping itu ibu pasien
kakaknya. kurang sabar (telaten)
kurang baik. saat menyuapi..
Pada usia 9 bulan pasien hanya bisa bicara kata-kata pendek tertentu seperti ”uu” untuk
susu, berdiri dan berjalan dengan menggunakan kedua tangan. Karena belum bisa
berjalan sendiri secara normal, sehari-hari pasien diasuh ibunya, baik di dalam rumah.
Pasien sering menderita batuk dan pilek. Ibu tidak rutin membawa pasien ke Posyandu

Waktu Jenis makanan/ Jumlah Jumlah Jumlah Lemak


minuman energi Protein
Makan Pagi Bubur Nasi 2 sdm (10 gr) 17,5 0.4 gr 0.025 gr
Tempe 1 iris (26gr) kkal 0.8 gr 2.5 gr
50 kkal
Selingan Susu (lactogen) 200 ml (200gr) 75 kkal 2.4 gr 5.4 gr
Biskuit 1 buah (10 gr) - -
45 kkal 0,8 gr 1.4 g
Makan siang bubur Nasi 2 sdm (10 gr) 17,5 0,4 gr 0.025 gr
Bakso 2 butir (34 gr) kkal 1 gr 1.5 gr
50 kkal
Selingan Susu 200 ml 75 kkal 2.4 gr 5.4 gr
Biskuit 1 buah (10 gr) 45 kkal 0,8 gr 1.4 gr
Makan malam Roti pisang ½ bungkus (50 gr) 30 kkal 3 gr 0.6 gr
Susu 200 ml 75 kkal 2.4 gr 5.4 gr
Jumlah 480 kkal 14.4 gr 23.65 gr

Tabel recall makanan 24 jam


DATA LINGKUNGAN

LINGKUNGAN RUMAH

Ventilasi rumah
pasien berupa
Berdasarkan data hasil lubang angin di atas
laporan kasus sebanyak 6 buah
@15cm x 15cm, Terdapat MCK
didapatkan luas tanah
ada jendela tetapi Terdapat saluran Lantai rumah : lantai
rumah pasien ± 3m x 9
pembuangan limbah dan rumah dibuat dengan
m = 24m2 yang dihuni jarang dibuka, dan 1 keramik.
terdapa kamar mandi
oleh 5 orang sehingga pintu di depan didalam rumah.
didapatkan kepadatan rumah sehingga
rumah 6m2/orang.
udara dalam
ruangan terasa
pengap
• KEBUTUHAN
GIZIBBI: (9 bln /2) +3 = 7.5 kg
 Kebutuhan kalori :
100 kal/kg BBI, yaitu 100×bbi = 100 x 7.5 kg = 750 kal/hari
 Kebutuhan zat gizi :
o Protein 10% dari total kalori = (10% x 750 kal) : 4 = 18.75
gram
o Lemak 20% dari total kalori = (20% x 750 kal) : 9 = 16.67
gram
o Karbohidrat, sisa dari total kalori dikurangi prosentase
protein dan lemak =
Keterangan :
(70% x 750 kal) : 4 = 131.25 gram
o Protein yang perlu dibutuhkan adalah 18.75 gram.
Sedangkan asupan yang dikonsumsi sebesar 14.4 gram.
o Lemak yang perlu dibutuhkan adalah 16.75 gram.
Sedangkan asupan yang dikonsumsi sebesar 23.65 gram.
Data Akses Pelayanan yang Terdekat

Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Halmahera dan Posyandu yang diadakan
sebulan sekali. Cara tempuh dengan berjalan kaki. Petugas Puskesmas Pandanaran dan
kader kesehatan cukup aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan atau pelayanan
kesehatan di daerah tersebut.
Data Genetika

• Kepadatan rumah yang saling berhimpitan.


• Gizi Buruk bukan merupakan penyakit genetic namun dapat ditularkan melalui
lingkungan dan perilaku hidup yang buruk.
ANALISA
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya gizi
buruk pada kasus ini
1. Kepadatan Rumah
2. Lingkungan
3. Sosial-ekonomi
Kepadatan Rumah
Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas tanah ± pasien luasnya ± 3m x
8 m = 24m2 yang dihuni oleh 5 orang sehingga didapatkan kepadatan rumah
6m2/orang. Hal ini menunjukkan kepadatan rumah dalam kasus ini tidak memenuhi
syarat yang seharusnya.
Lingkungan

Individu
• Makanan yang masuk tidak terjamin kebersihannya
• Pola makan tidak terkontrol

Sosial-Ekonomi
• Pasien tinggal di daerah padat penduduk dimana
tingkat kebersihan lingkungan kurang baik dengan
kesadaran kebersihan dan kesehatan penduduknya
kurang baik.
Masalah
Masalah Individu

Dari penilaian status gizi, pasien dengan usia 9 bulan mempunyai BB/TB : 6 kg / 65,5
cm. dan Z-score menurut BB/TB = -2,62 SD dan BB/U = -3,2 SD sehingga termasuk
dalam gizi buruk.
Perilaku
1.Asupan makanan tidak memenuhi kebutuhan
kalori, protein dan cairan yang seharusnya
didapatkan.
2.Makanan yang masuk tidak terjamin
kebersihannya
3.Pola makan tidak terkontrol
4.Pertumbuhan dan perkembangan pasien tidak
terkontrol
Masalah Lingkungan
1. Keadaan lingkungan rumah:
– Rumah pasien terlalu sempit
– Ruangan gelap dan pengap
– Saluran pembuangan tidak tertutup
2. Sosial ekonomi :
– Pasien juga jarang mendapatkan makanan yang bergizi karena
keterbatasan ekonomi keluarga
3. Masyarakat :
– Kesadaran masyarakat tentang gizi seimbang kurang
Saran
Keluarga PUSKESMAS Dinkes & Pemerintah

• Memotivasi keluarga • Melakukan pencegahan • Pemberdayaan keluarga di


agar makan makanan meluasnya kasus dengan bidang ekonomi, pendidikan
dengan gizi seimbang lebih meningkatkan dan bidang ketahanan pangan
koordinasi lintas program dan untuk meningkatkan
secara teratur. lintas sektor. Memberikan pengetahuan dan daya beli
• Memotivasi keluarga bantuan pangan, keluarga.
untuk memperbaiki memberikan Makanan • Advokasi dan Pendampingan
kondisi lingkungan Pendamping ASI (MP-ASI), untuk meningkatkan komitmen
rumah sehingga tercipta pengobatan penyakit, ekskutif dan legislatif, tokoh
penyediaan air bersih, masyarakat, tokoh agama,
rumah sehat. Yaitu memberikan penyuluhan gizi pemuka adat dan media massa
dengan cara dan kesehatan terutama agar peduli dan bertindak nyata
memperbaiki tatanan peningkatan ASI Eksklusif di lingkungannya untuk
rumah agar lebih rapi, sejak lahir sampai 6 bulan memperbaiki status gizi anak
mengganti 1 atau 2 dan diberikan Makanan • Revitalisasi Sistem
genteng menjadi Pendamping ASI setelah usia Kewaspadaan Pangan dan Gizi
genteng kaca 6 bulan, menyusui diteruskan (SKPG) pemantauan terus
sampai usia 2 tahun. menerus situasi pangan dan gizi
• Memotivasi keluarga • Pemberian imunisasi booster masyarakat, untuk melakukan
untuk memperbaiki pola • Memberikan penanganan tindakan cepat dan tepat untuk
asuh dan pola makan rehabilitatif yang sesuai mencegah timbulnya bahaya
pasien. dengan ketentuan yang rawan pangan dan gizi buruk.
sudah ada pada pasien-
pasien gizi buruk yang sudah
ada, sehingga jumlahnya
semakin berkurang.
RESUME

Keluarga pasien kurang


mengetahui pentingnya
penataan rumah yang baik.
Hal ini terlihat dengan
Pasien An Abdukah fikri
Ayah pasien sebagai swasta, penataan barang- barang
dengan usia 9 bulan
ibu pasien bekerja sebagai yang kurang baik di dalam
mempunyai BB/TB : 6 kg /
guru di SMP. Pasien tinggal rumah sehingga rumah
65,5 cm. dan Z-score
bersama kedua orangtua terasa pengap. Pasien susah
menurut BB/TB = -2,62 SD
dan seorang kakaknya yang makan dan lebih suka junk
dan BB/U = -3,2 SD sehingga
masih sekolah. food dan makanan ringan
termasuk dalam gizi buruk
yang tidak punya kalori dan
gizi. Disamping itu ibu
pasien kurang sabar
(telaten) saat menyuapi.
Lingkungan Individu

• Keadaan lingkungan rumah: rumah pasien


terlalu sempit, ruangan gelap dan pengap,
saluran pembuangan tidak tertutup
• Masyarakat : kesadaran masyarakat tentang gizi
kurang

Lingkungan Ekonomi

• Pasien juga jarang mendapatkan makanan yang


bergizi karena keterbatasan ekonomi keluarga
Pelayanan kesehatan

• penanganan fase tindak lanjut sesuai


dengan manajemen penanganan gizi buruk
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

Genetik

• Penyakit Gizi Buruk bukan merupakan


penyakit yang diturunkan, maupun penyakit
yang ditularkan
Pemecahan Masalah
1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang status gizi
Solusi:
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat baik di dalam gedung dan di luar
gedung mengenai status gizi

Rencana Home visit dan Penyuluhan

Pelaksana Pelaksana program KIA,promosi kesehatan, Dokter

Sasaran Keluarga dan pasien

Penyuluhan dalam gedung : 1x 1minggu


Waktu
Penyuluhan luar gedung : 1x1 bulan pada saat kegiatan PKK
Tempat Tempat tinggal Pasien
Pengetahuan masyarakat bertambah tentang status gizi sehingga masyarakat bisa
Target mengontrol secara teratur
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai