Anda di halaman 1dari 99

BATUK PADA ANAK

Pembimbing:
dr. Keswari Aji Patriawati, MSc, Sp.A

K ELOMPOK:
G L A DLY V E R A NITA 1 1 - 2 54
R I BK A BE L L A 1 2 - 1 2 7
P U T I A I S HA 1 3 - 0 83
HARYOG I MAULA NA 1 3 - 2 08

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Anak


Periode 7 mei 2018 – 21 juli 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pendahuluan
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap
berbagai rangsangan yang ada

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap


berbagai rangsangan yang ada

Refleks fisiologis kompleks yang melindungi


paru dari trauma kimia, mekanik dan suhu.

Mekanisme pertahanan paru yang alami yang


berfungsi untuk menjaga agar jalan nafas tetap
bersihs

Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas


dan mengeluarkan benda asing atau sekret
yang abnormal dari dalam saluran nafas
Tipe Batuk Definisi
Batuk akut Batuk < 2 minggu
Batuk subakut Batuk 2 – 4 minggu
Batuk kronik Batuk > 4 minggu
Batuk spesifik Batuk yang dihubungkan dengan
penyakit tertentu
Batuk non spesifik Batuk yang tidak berhubungan
dengan penyakit tertentu
Batuk refrakter Batuk yang menetap meskipun
telah diterapi
Mekanisme Batuk
Fase
Fase Ekspirasi
Kompresi • Glotis terbuka secara tiba-tiba

Fase akibat kontraksi aktif otot


ekspirasi
• pengeluaran udara dalam
Inspirasi • Tertutupnya glotis akibat
kontraksi
ototadductor kartilago
jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-
aritenoidea
Fase • Mekanisme
pembersihan
potensial:
• Pada fase ini
tekana intratoraks
benda asing dan bahan-
bahan lain

Iritasi • Katup glottis terbuka


lebar
meningkat mecapai 300
cmH2O
• Kontraksi otot toraks,
• Iritasi Saraf perut dan diafragma
• Masuknya udara ke
sensoris dalam paru dalam
nervus jumlah yang banyak
vagus dan cepat
Klasifikasi Batuk

Proses/penyakit Penilaian Kualitas


Durasi Batuk
yang menyebabkan Batuk
I. Durasi Batuk
- Onset <2 minggu
Batuk - Disebabkan ISPA
- 5-10% kasus anak:

Akut • pneumonia dan


bronkitis

Batuk
- Onset >4 minggu
- Etiologi umum:
• refluks gastro esofageal,

Kronik bronkitis kronik, asma,


rinosinusitis
II. Proses/Penyakit yang menyebabkan
GEJALA ETIOLOGI
AUSKULTASI (WHEEZING, KREPITASI SUARA, Asma, bronkitis, penyakit paru kongential,
NAFAS TAMBAHAN) aspirasi benda asing, gangguan saluran
pernafasan

GANGGUAN JANTUNG Penyakit jantung yang didapat,


penyakit jantung kongenital
HEMOPTISIS Bronkitis
KONSUMSI OBAT-OBATAN Ace-Inhibitor
GAGAL TUMBUH KEMBANG Gangguan fungsi paru, imunodefisiensi, fibrosis
kistik
DIGITAL CLUBBING Penyakit Paru Supuratif
BATUK PRODUKTIF Bronkitis Kronik, Penyakit Paru Supuratif
III. Kualitas Batuk
TIPE BATUK ETIOLOGI
MENGONGGONG Croup, trakeomalasia, kebiasaan
HONKING Psikogenik
STAKATO Infeksi Klamidia
BATUK PRODUKTIF KRONIS PADA PAGI Penyakit Paru Supuratif, bronkiektasis
HARI

BATUK PRODUKTIF Bronkitis, asma


Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Onset batuk • Respiratory Rate
• Frekuensi • Toraks:
• Jenis batuk (produktif/non-produktif) • Inspeksi
• Waktu-waktu serangan • Perkusi
• Faktor pencetus • Palpasi
• Disertai darah/tidak • Auskultasi

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologi
• Spirometri
Penatalaksanaan
Non Menghindari pencetus terjadinya batuk.
Farmakologi
Pengendalian lingkungan dan hidrasi yang cukup.

Pengaturan lingkungan seperti kebersihan lingkungan

Menghindari pajanan allergen

Pengaturan suhu serta kelembaban Hidarsi yang cukup dapat berperan


sebagai faktor yang memudahkan terjadinya pengeluaran sekret lebih baik
Farmakologi

Antitusif Mukokinesis Ekspektorans Mukoregulator


I. Antitusif
Butamirat Sitrat Dekstrometorfan Kodein
• Obat golongan antitusif non narkotik • Merupakan obat yang tidak • Dosis  10 – 20 mg/4-6 jam  k/p
yang bekerja secara sentral dan mempunyai efek analgesik (maks 120 mg/hari)
perifer. dan ketergantungan obat. • 6 – 12 tahun : 5 – 10 mg/4-6 jam
• Tidak menimbulkan efek samping ko • Dosis dekstrometorfan  30 mg (maks 60mg/hari)
nstipasi, mual, muntah dan setiap 4-8 jam • 2 – 6 tahun : 0,25 mg/kg sampai
penekanan susunan saraf pusat. • Dosis 4x/hari
• Dalam penelitian uji klinik, obat • 6-11 tahun : 5-10 mg setiap 4 jam
ini mempunyai efektivitas yang • 2-6 tahun : 2,5-5 mg setiap 4 jam • Efek Samping  penekanan pusat
sama dengan kodein dalam menekan nafas, konstipasi, mual dan muntah,
batuk. efek adiksi.
• Dapat digunakan dalam jangka
panjang.
• Meningkatkan kapasitas vital paru
pada anak.
• Dosis:
• Anak umur 6 - 8 tahun : 2 x 10 ml
• Anak > 9 tahun : 2 x 15 ml
II. Mukokinesis
Mukolitik

• Obat ini mempunyai fungsi dalam memecah rantai molekul mukoprotein


sehingga menurunkan viskositas mukus
• Asetilsistein Derivat H-asetil dari asam amino L-sistein, digunakan dalam bentuk
larutan atau aerosol. Mekanisme pemberian melalui kateter atau bronkoskopi.
• Dosis : 200mg, 2-3 kali/oral
• Dosis inhalasi : 1-10ml larutan 20% / 2-20ml larutan 10% (pemberian dicampur
dengan bronkodilator dikarenakan mempunyai efek bronkokonstriksi)
• Dosis pemberian langsung : 1-2ml larutan 10-20%
III. Mukoregulator
Bromheksin Karbosistein (S-karboksi metilsistein)

• Obat ini meningkatkan jumlah sputum • Menurunkan viskositas mukus


dan menurunkan viskositasnya, • Dosis : 10 – 15 mg/kgBB, (750mg 3
merangsang produksi kali/hari pada orang dewasa)
surfaktan dan dapat bermanfaat pada
sindrom gawat napas neonatus.
• Dosis bromheksin : 0,6-0,8
mg/kgBB/hari (8-
16 mg, 3 kali/hari, pada orang dewasa)
• Dosis ambroksol : 45-60 mg/hari
Sindrom Croup
Sindrom Croup
Sindrom croup
Croup (laringotrakeobronkitis viral) menyebabkan obstruksi/penyumbatan saluran respiratorik
atas, jika berat, dapat mengancam jiwa. Paling berat terjadi pada masa bayi. Di bawah ini
dibahas croup yang disebabkan berbagai virus respiratorik
Sindrom croup adalah berbagai penyakit respiratorik yang ditandai dengan gejala akibat
obstruksi laring yang bervariasi dari ringan sampai berat berupa stridor inspirasi, batuk
menggonggong, suara parau, sampai gejala distres pernapasan
Epidemiologi
Croup  terjadi pada anak Dalam penelitian Alberta
yang berusia diantara 6 bulan Medical Association, lebih dari
sampai 3 tahun, tetapi dapat 60% anak yang didiagnosis
juga terjadi pada anak berusia menderita croup dengan
3 bulan dan sampai 15 tahun. gejala ringan, sekitar 4%
dirawat di rumah sakit

Anak laki-laki > Perempuan


Etiologi
Sindrom croup atau Virus yang menyerang
laringotrakeobronkitis akut saluran pernafasan atas

Etiologi

Human Para
Virus Influenza A Respiratory
Influenza Adenovirus
dan B Synctial Virus
(HPIV1,2,3 dan 4)
Klasifikasi sindrom croup
Ringan Sedang Berat Gagal nafas

• Batuk • Batuk • Batuk • Batuk kadang


menggonggong menggonggong menggonggong • Stridor
kadang muncul sering muncul sering muncul • Retraksi
• Stridor tidak • Stridor ketika • Stridor ketika dinding dada
muncul pasien inspirai dan • Gangguan
• Retraksi ringan beristirahat ekspirasi kesadaran
dinding dada • Retraksi ringan • Retraksi
dinding dada dinding dada
sedikit terlihat • Ada gawat
• Tidak ada nafas
gawat nafas
Terjadi infeksi di laryng dan
Terjadi Diffuse peradangan  Terganggunya mobilitas pita
trakea yang menyebabkan
eritema dan edema dinding suara area subglotis  iritasi 
laryngotrakeobronkitis dan
mukosa dari saluran pernapasan suara serak
laryngotrakeobronkopneumonia

Aliran udara mengalami


Hipoksia dan hiperkapnea
turbulensi  stridor
Manifestasi
Demam 12
– 72 jam

Hidung
Berair

Nyeri
menelan

Batuk
PNEUMONIA
PNEUMONIA
Pneumonia

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai


parenkim paru yang disebabkan oleh virus
atau bakteri yang disebabkan etiologi infeksi
dan non infeksi
Berdasarkan lokasi Berdasarkan asal Berdasarkan
anatomis
Klasifikasi infeksi penyebab

• Lobaris • Pneumoni yang • Bakteri


• Multilobaris didapat dari
masyarakat • Virus
• Bronkial
(community
• Interstitial acquired
pneumonia)
• Pneumoni yang di
dapat dari rumah
sakit (hospital
acquired
pneumonia)
Pneumonia
Patogenesis
Deposisi fibrin akan makin Jumlah makrofag akan
Mikroorganisme penyebab bertambah, terdapat fibrin meningkat di alveoli, diikuti
yang masuk ke saluran dan leukosit PMN pada sel mengalami degenerasi,
pernafasan alveoli dan proses fagositosis fibrin berkurang, kuman dan
(hepatisasi kelabu) debris menghilang (resolusi)

Reaksi jaringan  edema


(untuk mempermudah proses Deposisi fibrin
proliferasi dan penyebaran meningkat
kuman ke jaringan )

Terjadinya pengeluaran
serbukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan
Konsolidasi ditemukannya kuman pada
alveoli paru (hepatisasi
merah)
Manifestasi klinis
• Demam
• sakit kepala

Gejala • Gelisah, malaise, penurunan nafsu makan


• Keluhan gastrointestinal

umum

• Batuk
• Sesak napas

Gejala • retraksi dada


• Takipnea
• napas cuping hidung

respiratori
• air hunger
• merintih
• sianosis
Pemeriksaan fisik Takipneu berdasarkan WHO:

Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit


Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
berikut : Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Peningkatan Suhu tubuh ≥ 38,5o C Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
Pemeriksaan Respiratory rate
Pemeriksaan umum : Pernafasan cuping hidung (+),
sianosis (+)
Pada Inspeksi retraksi otot epigastrik, interkostal,
suprasternal.
Pada palpasi stem fremitus atau vocal fremitus
dapat menurun.
Pada perkusi lapangan paru terdengar redup pada
daerah paru yang terkena.
Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan
yang menurun, ronkhi basah halus yangterdengar
pada anak dengan usia lebih besar dan jarang
ditemukan pada bayi. Dapat terdengar juga suara
bronkial.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah perifer lengkap

C-Reactive Protein
(CRP)

Uji serologis

Pemeriksaan
mikrobiologis
Pemeriksaan rontgen
toraks
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun

• Bila ada sesak nafas • Bila tidak ada sesak nafas • Bila tidak ada nafas cepat dan
• Harus dirawat dan diberikan • Ada nafas cepat dengan RR sesak nafas
antibiotik • > 50 x/menit anak usia 2 • Tidak perlu di rawat, tidak perlu
bulan – 1 tahun antibiotik hanya pengobatan
• > 40 x/menit anak >1-5 tahun simpomatis
• Tidak perlu di rawat, diberikan
antibiotik oral

Pnemonia Bukan
Pneumonia
berat: Pnemonia
Bayi berusia di bawah 2 bulan

• Bila ada nafas cepat (>60 x/menit)


atau sesak nafas
Pneumonia • Harus di rawat dan diberikan
antibiotik

• Tidak ada nafas cepat/sesak nafas


Bukan • Tidak perlu dirawat, cukup
diberikan pengobatan
Pnemonia simptomatik
Penatalaksanaan
Pemberian cairan intravena
Terapi oksigen
Koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula
darah
Pemberian antipiretik
Pemberian antibiotik
◦ Rawat inap :
◦ amoksisilin 25 mg/kgBB/kali (8 jam)
◦ Kloramfenikol 15mg/kgBB/kali (6 jam)
◦ Seftriakson 50mg/kgBB/kali (12 jam)
◦ Rawat jalan
◦ amoksisilin 25 mg/kgBB/kali (12 jam)
◦ Kotrimoksazol 4mg/kgBB/kali (12 jam)
PERTUSIS
Pertusis
Batuk rejan

Whooping cough
Etiologi Pertusis

B.
B. Pertusis
Parapertusis

B.
B. avium
Bronkiseptika
Patogenesis Pertusis
Perlekatan
Perlawanan
Kerusakan lokal
Timbul penyakit sistemik
Pertusis
Stadium kataralis (1-2 minggu)

Stadium Paroksismal (2-4


minggu)

Stadium Kanvalesen (1-2 minggu)


Penatalaksanaan
Eritromisin 50 mg/kgBB/ hari
Amipisilin 100 mg/kgBB/hari
BRONKITIS & BRONKIOLITIS
BRONKITIS

Inflamasi non spesifik pada bronkus utama (90%) disebabkan


oleh virus (Adenovirus, Influenza, parainfluenza, RSV,
rhinovirus, bocavirus, coxsackievirus, dan HSV) dan 10% oleh
bakteri (Mycoplasma pneumoniae, pertusis, diphteria,
S.aureus, S.penumoniae, H.influenza.  batuk merupakan
gejala menonjol
Mengikuti gejala ISPA  rhinitis, faringitis.
Batuk muncul setelah 3-4 hari ISPA.
◦ Awalnya keras & kering, lalu ringan & produktif.
◦ Anak besar  batuk produktif disertai nyeri dada.
◦ Meningkatnya penyakit  ronkhi basah/kering
 Terapi
 Suportif
 Antibiotik
 Analgetik dan Antipiretik (Acetaminophen dan Ibuprofen)
 Jika ada wheezing  bronkodilator β2-agonis.
BRONKIOLITIS
Peradangan pada Bronkiolus yang biasanya disebabkan oleh
infeksi virus.

Bronkiolitis adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak


usia <2 tahun.

Dalam 75% kejadian/kasus penyebab utama adalah Respiratory


Syncytial Virus (RSV). Adenovirus, Metapneumovirus, Influenza
dan Parainfluenza juga dapat menjadi penyebab.
Riwayat & Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Sering terjadi pada anak usia <2 tahun

Riwayat demam

Riwayat Rhinorrhea, nasal discharge (pilek)

Batuk kering dan mengi  khas bronkiolitis

Poor feeding

Pada bayi jarang tampak toksik (mengantuk, letargis, gelisah, pucat,


takikardi)
Riwayat & Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Napas cepat Takipnu

Retraksi dinding dada  bentuk dada hiperinflasi

Mengi

Ronkhi basah/kering

Apnea  sianosis
Faktor Pemberat Prognosis
Bayi < 6 minggu

Bayi prematur

Penyakit paru kronik

PJB dengan hipertensi paru

Immunodefisiensi
Patogenesis

Obstruksi
Penetrasi Nekrosis Proliferasi Edema
saluran
virus sel epitel sel goblet submukosa
bronkioli
Obstruksi Parsial

Obstruksi Total
Pemeriksaan Penunjang
Pulse Oximetry  saturasi <92%

Analisis Gas Darah  menilai bayi dengan distress napas berat

Foto Thoraks

Pemeriksaan bakteriologi (darah dan urin)

Pemeriksaan darah lengkap

Identifikasi RSV  ELISA, PCR


Penatalaksanaan
Oksigenasi

Terapi cairan

Antibiotik spektrum luas

Antivirus (Ribavirin)

Bronkodilator

Kortikosteroid
PERTUSIS
Pertusis
Batuk rejan

Whooping cough
Etiologi Pertusis

B.
B. Pertusis
Parapertusis

B.
B. avium
Bronkiseptika
Patogenesis Pertusis
Perlekatan
Perlawanan
Kerusakan lokal
Timbul penyakit sistemik
Pertusis
Stadium kataralis (1-2 minggu)

Stadium Paroksismal (2-4


minggu)

Stadium Kanvalesen (1-2 minggu)


Penatalaksanaan
Eritromisin 50 mg/kgBB/ hari
Amipisilin 100 mg/kgBB/hari
BRONKITIS & BRONKIOLITIS
BRONKITIS

Inflamasi non spesifik pada bronkus utama (90%) disebabkan


oleh virus (Adenovirus, Influenza, parainfluenza, RSV,
rhinovirus, bocavirus, coxsackievirus, dan HSV) dan 10% oleh
bakteri (Mycoplasma pneumoniae, pertusis, diphteria,
S.aureus, S.penumoniae, H.influenza.  batuk merupakan
gejala menonjol
Mengikuti gejala ISPA  rhinitis, faringitis.
Batuk muncul setelah 3-4 hari ISPA.
◦ Awalnya keras & kering, lalu ringan & produktif.
◦ Anak besar  batuk produktif disertai nyeri dada.
◦ Meningkatnya penyakit  ronkhi basah/kering
 Terapi
 Suportif
 Antibiotik
 Analgetik dan Antipiretik (Acetaminophen dan Ibuprofen)
 Jika ada wheezing  bronkodilator β2-agonis.
BRONKIOLITIS
Peradangan pada Bronkiolus yang biasanya disebabkan oleh
infeksi virus.

Bronkiolitis adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak


usia <2 tahun.

Dalam 75% kejadian/kasus penyebab utama adalah Respiratory


Syncytial Virus (RSV). Adenovirus, Metapneumovirus, Influenza
dan Parainfluenza juga dapat menjadi penyebab.
Riwayat & Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Sering terjadi pada anak usia <2 tahun

Riwayat demam

Riwayat Rhinorrhea, nasal discharge (pilek)

Batuk kering dan mengi  khas bronkiolitis

Poor feeding

Pada bayi jarang tampak toksik (mengantuk, letargis, gelisah, pucat,


takikardi)
Riwayat & Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Napas cepat Takipnu

Retraksi dinding dada  bentuk dada hiperinflasi

Mengi

Ronkhi basah/kering

Apnea  sianosis
Faktor Pemberat Prognosis
Bayi < 6 minggu

Bayi prematur

Penyakit paru kronik

PJB dengan hipertensi paru

Immunodefisiensi
Patogenesis

Obstruksi
Penetrasi Nekrosis Proliferasi Edema
saluran
virus sel epitel sel goblet submukosa
bronkioli
Obstruksi Parsial

Obstruksi Total
Pemeriksaan Penunjang
Pulse Oximetry  saturasi <92%

Analisis Gas Darah  menilai bayi dengan distress napas berat

Foto Thoraks

Pemeriksaan bakteriologi (darah dan urin)

Pemeriksaan darah lengkap

Identifikasi RSV  ELISA, PCR


Penatalaksanaan
Oksigenasi

Terapi cairan

Antibiotik spektrum luas

Antivirus (Ribavirin)

Bronkodilator

Kortikosteroid
TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
Kasus TB di Indonesia 9,4% tahun 2010 ; 8,5% tahun 2011 ; 8,2% tahun 2012 ; 7,9% tahun 2013 ;
7,16% tahun 2014 ; 9% tahun 2015.
M. tuberculosis & M. bovis.
BTA, Panjang 2-4 m lebar 0,2-0,5 m
Suhu optimum: 37-41 0C
PATOGENESIS
TB
GEJALA TB PADA ANAK
Berat
Badan
Turun atau
Batuk
Menetap
Peristen

Demam
Lama,
Lesu,
Tidak Aktif

Gejala Umm TB Anak


GEJALA TB PADA ANAK
• BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan
Gejala Sistemik • Demam lama ≥ 2 minggu tanpa penyebab
• Batuk lama ≥ 2 minggu

/ Umum • Lesu atau malaise, anak kurang aktif

•TB Kelenjar (didaerah coli, pembesaran KGB tidak nyeri


lebih dari 2x2cm, tidak berespon dengan antibiotika,
Gejala TB discharge)
•TB SSP (gejala meningitis)

Ekstraparu •TB Sistem Skeletal (gibbus, koksitis, gonitis, daktilitis)


•TB Mata (konjungtivitis fliktenularis)
•TB Kulit (skrofuloderma)
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS TB ANAK
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

Dahak (> 5 Bilas Induksi


tahun) Lambung Sputum
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Tuberkulin • ≥ 10mm, ≥ 5mm imunosupresi

• Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa


Foto Thoraks infiltrat, Konsolidasi segmental/lobar, Efusi Pleura, Milier,
Atelektasis, Kavitas, Kalsifikasim Infiltrat, Tuberkuloma

Pemeriksaan • Granuloma nekrosis perkijuan ditengahnya dan gambaran


sel datia langerhans atau kuman TB
PA
ALUR DIAGNOSIS
TB PARU ANAK
SCORING
TB ANAK

Skor ≥ 6  Diagnosis TB
TATALAKSANA TB ANAK
Regimen TB Paru : 2RHZE + 4RH

Sumber : Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak 2016


TATALAKSANA TB ANAK
Nama obat Dosis harian Dosis Efek samping
(mg/kgBB/hr) maksimal
(mg/hari)

Isoniasid 5-15 300 Hepatitis, neuritis perifer,


hipersensitivitas
Rifampisin 10-20 600 GI, Reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia, ↗an enzim hati,
cairan tubuh berwarna kemerahan

Pirazinamid 15-30 2000 Toksisitas hati, atralgia, GI

Etambutol 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman mata


berkurang, buta warna merah-hijau,
penyempitan lapangan pandang,
hipersensitivitas GI
Streptomisin 15-40 1000 Ototoksik, nefrotoksik

Sumber : UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2015


FIX DOSE COMBINATION (FDC)
Berat badan Fase intensif (2 bulan) Fase lanjutan (4 bulan)
kg RHZ (75/50/150 mg) RH (75/50 mg)

5–7 1 tablet 1 tablet


8 - 11 2 tablet 2 tablet

12 - 16 3 tablet 3 tablet

17 - 22 4 tablet 4 tablet
23 – 30 5 tablet 5 tablet
Sumber : Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak 2016
EVALUASI PENGOBATAN
EVALUASI KLINIK EVALUASI BAKTERIOLOGIK
(0-2-6/9 bulan pengobatan)
• Pasien dievaluasi tiap 2 minggu pada 1 bulan
pertama selanjutnya tiap 1 bulan Mendeteksi konversi sputum
• Respon pengobatan dan efek samping serta Kultur(biakan) dan resistensi
komplikasi
Dinilai : Keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik Evaluasi Radiologi
• Saat (0-2-6/9 bulan pengobatan)
• Sebelum pengobatan
• Setelah 2 bulan pengobatan
• Akhir pengobatan
KRITERIA SEMBUH

BTA mikroskopik
2 kali negatif
Foto thoraks Biakan sputum
pada fase intensif
serial stabil negatif
dan akhir
pengobatan
IMUNISASI BCG
Imunisasi BCG diberikan sebelum 2 bulan
Dosis untuk bayi 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml
Diberikan secara intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan
Vaksin BCG harus disimpan dalam suhu 2-8°C, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar
matahari
Setelah dibuka botol BCG tidak boleh disimpan lebih dari 4 jam karena adanya kemungkinan
kontaminasi dan berkurangnya potensi
Efek samping yang sering ditemukan adalah ulserasi lokal dan limfadenitis
KONTRAINDIKASI BCG
Di indonesia, vaksinasi BCG tidak boleh diberikan pada mereka yang:
◦ Pernah menderita TB
◦ Uji tuberkulin > 5 mm
◦ Sedang hamil
◦ Imunokompromais
◦ Dalam pengobatan imunosupresan
◦ Gizi buruk
◦ Sedang demam tinggi
◦ Atau infeksi kulit yang luas
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe, NN, et al. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. IDAI, 2015
2. Longo, D.L, et al. Harrison’s Principle of Internal Medicine 18th Edition. New York: McGraw-Hill, 2012.
3. Price. A, Wilson. L. M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: ECG, 2004
4. WHO, IDAI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO Indonesia, 2009
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas, pedoman diagnosis & penatalaksanaan
di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2003
6. Guyton A.C. and Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta. EGC. 2007
7. Widagdo. (2011). Masalah dan Tatatlaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta : Sagung Seto
8. Rahajoe NN, Nawas A, Setyanto DB, et al. Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak,
Jakarta. Bakti Husada, 2016.
9. Rahajoe NN, Kartasasmita B, Supriyanto B. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta. IDAI, 2016.

Anda mungkin juga menyukai