Pembimbing:
dr. Keswari Aji Patriawati, MSc, Sp.A
K ELOMPOK:
G L A DLY V E R A NITA 1 1 - 2 54
R I BK A BE L L A 1 2 - 1 2 7
P U T I A I S HA 1 3 - 0 83
HARYOG I MAULA NA 1 3 - 2 08
Batuk
- Onset >4 minggu
- Etiologi umum:
• refluks gastro esofageal,
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologi
• Spirometri
Penatalaksanaan
Non Menghindari pencetus terjadinya batuk.
Farmakologi
Pengendalian lingkungan dan hidrasi yang cukup.
Etiologi
Human Para
Virus Influenza A Respiratory
Influenza Adenovirus
dan B Synctial Virus
(HPIV1,2,3 dan 4)
Klasifikasi sindrom croup
Ringan Sedang Berat Gagal nafas
Hidung
Berair
Nyeri
menelan
Batuk
PNEUMONIA
PNEUMONIA
Pneumonia
Terjadinya pengeluaran
serbukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan
Konsolidasi ditemukannya kuman pada
alveoli paru (hepatisasi
merah)
Manifestasi klinis
• Demam
• sakit kepala
umum
• Batuk
• Sesak napas
respiratori
• air hunger
• merintih
• sianosis
Pemeriksaan fisik Takipneu berdasarkan WHO:
C-Reactive Protein
(CRP)
Uji serologis
Pemeriksaan
mikrobiologis
Pemeriksaan rontgen
toraks
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
• Bila ada sesak nafas • Bila tidak ada sesak nafas • Bila tidak ada nafas cepat dan
• Harus dirawat dan diberikan • Ada nafas cepat dengan RR sesak nafas
antibiotik • > 50 x/menit anak usia 2 • Tidak perlu di rawat, tidak perlu
bulan – 1 tahun antibiotik hanya pengobatan
• > 40 x/menit anak >1-5 tahun simpomatis
• Tidak perlu di rawat, diberikan
antibiotik oral
Pnemonia Bukan
Pneumonia
berat: Pnemonia
Bayi berusia di bawah 2 bulan
Whooping cough
Etiologi Pertusis
B.
B. Pertusis
Parapertusis
B.
B. avium
Bronkiseptika
Patogenesis Pertusis
Perlekatan
Perlawanan
Kerusakan lokal
Timbul penyakit sistemik
Pertusis
Stadium kataralis (1-2 minggu)
Riwayat demam
Poor feeding
Mengi
Ronkhi basah/kering
Apnea sianosis
Faktor Pemberat Prognosis
Bayi < 6 minggu
Bayi prematur
Immunodefisiensi
Patogenesis
Obstruksi
Penetrasi Nekrosis Proliferasi Edema
saluran
virus sel epitel sel goblet submukosa
bronkioli
Obstruksi Parsial
Obstruksi Total
Pemeriksaan Penunjang
Pulse Oximetry saturasi <92%
Foto Thoraks
Terapi cairan
Antivirus (Ribavirin)
Bronkodilator
Kortikosteroid
PERTUSIS
Pertusis
Batuk rejan
Whooping cough
Etiologi Pertusis
B.
B. Pertusis
Parapertusis
B.
B. avium
Bronkiseptika
Patogenesis Pertusis
Perlekatan
Perlawanan
Kerusakan lokal
Timbul penyakit sistemik
Pertusis
Stadium kataralis (1-2 minggu)
Riwayat demam
Poor feeding
Mengi
Ronkhi basah/kering
Apnea sianosis
Faktor Pemberat Prognosis
Bayi < 6 minggu
Bayi prematur
Immunodefisiensi
Patogenesis
Obstruksi
Penetrasi Nekrosis Proliferasi Edema
saluran
virus sel epitel sel goblet submukosa
bronkioli
Obstruksi Parsial
Obstruksi Total
Pemeriksaan Penunjang
Pulse Oximetry saturasi <92%
Foto Thoraks
Terapi cairan
Antivirus (Ribavirin)
Bronkodilator
Kortikosteroid
TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
Kasus TB di Indonesia 9,4% tahun 2010 ; 8,5% tahun 2011 ; 8,2% tahun 2012 ; 7,9% tahun 2013 ;
7,16% tahun 2014 ; 9% tahun 2015.
M. tuberculosis & M. bovis.
BTA, Panjang 2-4 m lebar 0,2-0,5 m
Suhu optimum: 37-41 0C
PATOGENESIS
TB
GEJALA TB PADA ANAK
Berat
Badan
Turun atau
Batuk
Menetap
Peristen
Demam
Lama,
Lesu,
Tidak Aktif
Skor ≥ 6 Diagnosis TB
TATALAKSANA TB ANAK
Regimen TB Paru : 2RHZE + 4RH
12 - 16 3 tablet 3 tablet
17 - 22 4 tablet 4 tablet
23 – 30 5 tablet 5 tablet
Sumber : Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak 2016
EVALUASI PENGOBATAN
EVALUASI KLINIK EVALUASI BAKTERIOLOGIK
(0-2-6/9 bulan pengobatan)
• Pasien dievaluasi tiap 2 minggu pada 1 bulan
pertama selanjutnya tiap 1 bulan Mendeteksi konversi sputum
• Respon pengobatan dan efek samping serta Kultur(biakan) dan resistensi
komplikasi
Dinilai : Keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik Evaluasi Radiologi
• Saat (0-2-6/9 bulan pengobatan)
• Sebelum pengobatan
• Setelah 2 bulan pengobatan
• Akhir pengobatan
KRITERIA SEMBUH
BTA mikroskopik
2 kali negatif
Foto thoraks Biakan sputum
pada fase intensif
serial stabil negatif
dan akhir
pengobatan
IMUNISASI BCG
Imunisasi BCG diberikan sebelum 2 bulan
Dosis untuk bayi 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml
Diberikan secara intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan
Vaksin BCG harus disimpan dalam suhu 2-8°C, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar
matahari
Setelah dibuka botol BCG tidak boleh disimpan lebih dari 4 jam karena adanya kemungkinan
kontaminasi dan berkurangnya potensi
Efek samping yang sering ditemukan adalah ulserasi lokal dan limfadenitis
KONTRAINDIKASI BCG
Di indonesia, vaksinasi BCG tidak boleh diberikan pada mereka yang:
◦ Pernah menderita TB
◦ Uji tuberkulin > 5 mm
◦ Sedang hamil
◦ Imunokompromais
◦ Dalam pengobatan imunosupresan
◦ Gizi buruk
◦ Sedang demam tinggi
◦ Atau infeksi kulit yang luas
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe, NN, et al. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. IDAI, 2015
2. Longo, D.L, et al. Harrison’s Principle of Internal Medicine 18th Edition. New York: McGraw-Hill, 2012.
3. Price. A, Wilson. L. M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: ECG, 2004
4. WHO, IDAI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO Indonesia, 2009
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas, pedoman diagnosis & penatalaksanaan
di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2003
6. Guyton A.C. and Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta. EGC. 2007
7. Widagdo. (2011). Masalah dan Tatatlaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta : Sagung Seto
8. Rahajoe NN, Nawas A, Setyanto DB, et al. Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana TB Anak,
Jakarta. Bakti Husada, 2016.
9. Rahajoe NN, Kartasasmita B, Supriyanto B. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta. IDAI, 2016.