Pemicu
Ny RP, usia 35 thn. P4A0 datang bersama suami
dengan keluhan perdarahan pervaginam.
Gumpalan darah positif. Ny. RP baru
melahirkan spontan 2 minggu yang lalu.
Dengan berat janin 2200 gram.
Sistem muskuloskeletal
Adaptasi dari sistem muskuloskeleta mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim.
Sistem Integumen
kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilan saat
kehamilan berakhir ini disebabkan adanya penurunan melanin.
Hiperpigmentasi di daerah aerola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak seluruhnya.
PUERPERIUM
• Puerperium (masa nifas) umumnya berlangsung selama 6 –
12 minggu yaitu periode pemulihan dari perubahan
anatomis dan fisiologis yang terjadi setelah masa persalinan.
• Puerperium dapat dibagi menjadi:
– Immediate puerperium (0-24 jam PP),
– Early puerperium(1-7hari PP) ,
– Late puerperium( 1-6 minggu PP )
• Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini
dalam keseluruhannya disebut involusi.
a.INVOLUSI UTERUS
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya
60 gram.
Involusi uterus melibatkan reorganisasi decidua/endometrium dan
pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda
penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna
dan jumlah lochia.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1)Iskemia Miometrium akibat kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus
relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi
2)Autolysis yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
3)Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari
abdomen dan kembali menjadi organ pelviks setelah 10
hari.
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.
Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan
lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih
pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam
waktu 3 sampai 6 minggu.
b.INVOLUSI TEMPAT PLASENTA
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Pada permulaan nifas
bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh thrombus dan luka ini sembuh dengan cara
dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium
baru di bawah permukaan luka selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam
decidua basalis yang mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta yang menyebabkannya menjadi
terkelupas dan menjadi lochia
c.PERUBAHAN LIGAMEN
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta
fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor
yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retroflexi.
d.PERUBAHAN PADA SERVIKS, VULVA, VAGINA, DAN PERINEUM
Serviks mengalami involusi. Perubahan bentuknya seperti
corong. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman Setelah
involusi selesai, ostium externum lebih besar dan tetap ada
retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama
pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini
terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks. Setelah
3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia manjadi lebih menonjol. Pada post
natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur.
e.LOCHIA
Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran
antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochia.Lochia adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis. Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya diantaranya :
1.Lochia Rubra/ merah (kruenta) pada hari 1-3PP, mengandung darah
dari luka pada plasenta dan serabut dari decidual dan chorion. Terdiri
dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan
sisa darah.
2.Lochia Serosa(kuning/coklat) pada hari 5-9PP, terdiri dari sedikit
darah ,banyak serum, leukosit dan robekan laserasi plasenta.
3.Lochia Alba(pucat/putih) pada >hari10PP, mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau
Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan
tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna
yang sering disebabkan retroflexio uteri.
POST PARTUM HEMORRHAGE
PPH adalah perdarahan yang berlebihan setelah proses persalinan.
Definisi2 PPH, : * >500 ml setelah kala III
* >1000 ml setelah cesarean sectio
* >1400 ml pd cesarean hysterectomi
* 3000-3500, cesarean hysterectomi darurat
Penyebab : 4T (Tonus, Tissue, Trombin, Trauma).
PPH dibagi 2, :
-Early PPH (primer), perdarahan <24 jam PP.
-Late PPH (sekunder), perdarahan terjadi stelah > 24 jam PP.
*berlangsung 1-2 minggu masa nifas, disebabkan terutama oleh
adanya gangguan involusi, juga dapat karena retensi sisa plasenta.
Faktor predisposisi PPH
-Perdarahan bagian pelekatan plasenta
* Hypotonic Myometrium
* anestesi (hydrocarbon berhalogen)
* partus lama atau cepat
* overdistended uterus
* Partus tinggi
* riwayat atonia uteri
* Korioamniotis
* sisa jaringan plasenta
* Plasenta accreta, Increta, Per creta
-Trauma Genital Tract
* Episotomy besar
* Laserasi perineum / vagina / serviks
* Ruptur Uterus
-Gangguan Koagulasi
Atonia uteri
• Merupakan keadaan lemahnya
tonus/kontraksi rahim yg mnybabkan uterus
tdk mampu menutup perdarahan terbuka dari
tmpt implantasi plasenta stlh bayi n plasenta
lahir
Etiologi
• Blm dik pasti tapi ada bbrp fktor predisposisi yg biasa dknl :
• Distensi rahim yg berlebihan
• Partus lama n sulit
• Khmlan dgn mioma uterus
• Grandemultipara
• Persalinan buatan
• Persalinan lewat waktu / cepat
• Infeksi inpartum
• Kelainan plasenta dan
• Penyakit sekunder maternal
Faktor Resiko
• Ibu usia <20 thn atau >35 thn
• Overdistension uterus
• Multipara dengan jarak kelahiran pendek
• Partus lama
• Malnutrisi
• Penanganan salah dalam melahirkan plasenta
Komplikasi
• Disamping dapat menyebabkan kematian,
perdarahan pascapersalinan memperbesar
kemungkinan infeksi puerperal karena daya
tahan penderita menurun. Perdarahan yang
banyak dapat menyebabkan sindrom Sheehan
sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars
anterior
Penatalaksanaan
• 1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
• 3. Uterotonika
– Oksitosin: Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring
dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis
rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis
tinggi menyababkan tetani.
– Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan
tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Obat ini dikenal dapat menyebabkan
vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat
ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
– Uterotonika prostaglandin Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi
perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika
yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea,
vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi
otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral. Uterotonika ini tidak boleh
diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik.
Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang
sendiri.
• 4. Uterine lavage dan Uterine Packing
Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke dalam
cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri. Penggunaan
uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya adalah
hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.
• 5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan
80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus
setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm
dibawah irisan segmen bawah rahim. Arteri dan vena uterina diligasi dengan
melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di
bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari
rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium,
untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat
dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen
bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral
pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini
harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan
cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus
berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Prognosis
Perdarahan pascapersalinan masih merupakan ancaman yang tidak terduga
walaupun dengan pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan pascapersalinan
masih merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting. Sebaliknya
menurut pendapat para ahli kebidanan modern: ”Perdarahan pascapersalinan
tidak perlu membawa kematian pada ibu bersalin”. Pendapat ini memang benar
bila kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia
banyak darah dan cairan serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih
besar anggapan bahwa darahnya adalah merupakan hidupnya karena itu mereka
menolak menyumbangkan darahnya, walaupun untuk menolong jiwa istri dan
keluarganya sendiri.
Pada perdarahan pascapersalinan, Mochtar R.ddk, melaporkan angka kematian
ibu 7,9% dan Wiknjosastro H. 1,8-4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena
banyak penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek
dan anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.
Retensio plasenta
Retensio plasenta
Spontan
Traumatik
Pada parut uterus
Risiko Trauma
• Makrosomia
– Berat badan melebihi 4000gram
– Pada panggul normal, 4000-5000gram pada umumnya
kesulitan
– Janin besar ditemui pada wanita hamil diabetes melitus,
postmaturitas dan grante multipura
– Kepala yang besar, tidak dapat memasuk PAP
– Bahu yang lebar
• Malpresentasi
– Semua presentasi janin selain verteks
– Kemungkinan menyebabkan partus lama/partus mecet
• Partus presipitatus
– Persalinan yang cepat/kurang dari 3 jam
– Akibat kuatnya kontraksi dan kurangnya tahan jaringan serviks
– Bisa berulang pada persalinan berikutnya
– Risiko pada bayi: perdarahan otak kerna kepala tak sempat
mengalami proses moulding (penyesuaian kepala terhadap jalur
lahir)
• Distosia bahaya
– Tersangkutnya bahu janin dan tak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan
– Kepala janin tetap berada dekat vulva
– Dagu tertarik dan menekan perineum
– Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap
dibelakang simfisis pubis
Komplikasi
a. Komplikasi awal
1. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat
dengan baik. Pencegahannya adalah dengan mengikat titik
perdarahan ketika sedang menjahit, pastikan bahwa
perdarahan tidak berasal dari uterus yang atonik.
2. Hematoma
Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina
yang biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada vagina.
Hematoma terlihat adanya pembengkakan vagina atau nyeri
hebat dan retensi urine.
3. Retensi Urine
Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika
ibu tidak mampu maka pasang kateter untuk menghindari
ketegangan kandung kemih.
4. Infeksi
Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan
memberikan anti biotik profilatik pada maternal dan
gunakan teknik aseptik saat menjahit robekan. Jika terjadi
infeksi, jahitan harus segera dilepas dan diganti dengan
jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya setelah infeksi
teratasi.
b. Komplikasi lanjut.
1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina,
dapat menyebabkan nyeri selama bersenggama dan
persalinan lama pada kelahiran berikutnya, jika robekan
yang terjadi tidak diperbaiki.
2. Vesiko Vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi
apabila robekan vagina atau serviks meluas kekandung
kemih atau rectum.
Prognosis
• Apabila terjadi di RS dan pertolongan dapat diberikan segera, AKI
dapat ditekan sampai beberapa persen.
• Apabila penderita dibawa ke RS dalam keadaan syok,persalinan
lama,dehidrasi,dan infeksi intrapartum, AKI menjadi sangat tinggi
(berkisar antara 30%-46,4%).
• Diagnosis cepat,tindakan operasi segera,ketersediaan darah dalam
jumlah yang besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan
prognosis yang sangat besar.
• Harapan hidup bagi janin sangat kecil. Angka mortalitas yang
ditemukan berkisar 50%-70%. Tetapi jika janin masih hidup pada
saat terjadinya peristiwa tersebut, satu-satunya harapan untuk
mempertahankan jiwa janin adalah dengan laparotomi.
Pendarahan karena Gangguan Pembekuan
Darah
• -Kasual PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila
penyebabyang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah
mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.