Anda di halaman 1dari 55

TUTORIAL 4

Pemicu
Ny RP, usia 35 thn. P4A0 datang bersama suami
dengan keluhan perdarahan pervaginam.
Gumpalan darah positif. Ny. RP baru
melahirkan spontan 2 minggu yang lalu.
Dengan berat janin 2200 gram.

Apa yang terjadi pada Ny.RP?


More Info 1
Pemeriksaan fisik:
Vital sign: sensorium=compos mentis lemah
TD=90/70 mmHg
Nadi=100x/i,tekanan/volume cukup
RR=20x/i
temperature=afebris
Pemeriksaan darah rutin:Hb=9,leukosit=8000,trombosit=256.000
Pemeriksaan obstetri:
Fundus uteri : tidak teraba
Inpekulo (OUE):vagina licin,serviks licin,darah mengalir dari ostium uteri
eksterna
VT: uterus antefleksi, ukuran 10 cm, kontraksi lemah
Adeneksa dan parametrium=tidak ada kelainan
More Info 2
• USG: uterus anteflexi,ukuran 10x8cm.
Dijumpai bayangan hyperdan hypoechoic
dalam cavum uteri ukuran
3x2cm.Adenexa:tidak ada kelainan.
• Kesimpulan : sisa konsepsi
Anatomi Plasenta
• Plasenta lengkap yang normal:
– Bundar / oval
– Diameter 15 – 25 cm
– Tebal 3 – 5 cm
– Berat rata-rata 500 – 600 gr
– Insersi tali pusat : sentralis, lateralis, marginalis
– Kotiledon – di maternal side
– Arteri dan vena d fetus side menuju tali pusat
– Korion diliputi oleh amnion
MEKANISME LEPASNYA
PLASENTA
PELEPASAN PLASENTA
• Penyusutan uterus yang mendadak selalu disertai
pengurangan bidang tempat impalantasi plasenta
• Plasenta mengakomodasikan diri dengan cara membesarkan
ketebalannya, ttp elastisitas plasenta terbatas sehingga
terpaksa menekuk
• Tegangan yg dihasilkannya menyebabkan desidua yg paling
lemah (spongiosum) mengalah; pemisahan tjdi disini
• Pelepasan plasenta dipermudah oleh struktur desidua
spongiosum yg longgar
• Ketika pemisahan berlangsung terbentuk hematoma yg dpt
mempercepat pemisahan
PEMISAHAN AMNIONKORION
• Penyusutan uterus jg menyebabkan penebalan
selaput janin dan desidua perietalis terlepas
mjd lipatan yg banyak & tebalnya dari 1 mm
mjd 3-4 mm
• Membran biasanya msh insitu sampai
pemisahan plasenta hampir lengkap
• Kmdn membran ini akan terlepas dari dinding
uterus, sbgn krn kontraksi uterus yg lebih kuat
& sbgn krn tarikan plasenta yg sudah lepas
EKSTRUSI PLASENTA
• Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya,
plasenta akan tergelincir turun menuju segmen bawah
uterus
• Pd pemisahan plasenta tipe sentral, hematoma
retroplasenta akan mendorong plasenta menuju ke
rongga uterus
• Pertama pd bagian tengahnya, kmdn plasenta menyeret
membran shga terlepas dari dinding uterus
• Membran keluar dalam bentuk inversi
• Darah dari tempat plasenta tercurah ke dalam kantong
Perubahan Fisiologi Ibu pada
Masa Nifas
Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta
Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-
hormon yang diproduksi organ tersebut.
b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainy ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi oada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi.
Karena kadar folllicle stimulating hormon (FSH) terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui, disumpulkan ovarium tidak
berespons terhadap stimulasi FSH ketika prolaktin meningkat
(Bowes,1991)
A
Sistem urinarius
a. Komponen urine
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang.
Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.
b. Diuresis pascapartum
diuresis pascapartum yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah,
dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan,
merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan
c. Uretra dan kandung kemih
trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding
kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali
disertai daerah-daerah kecil hemoragi. Kombinasi trauma,
peningkatan kapasitas kandung kemih dan efek konduksi anestesi
setelah melahirkan menyebabkan keinginan utk berkemih menurun.
Sistem cerna
a. Nafsu makan, motilitas, defekasi
ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. Terjadinya penurunan tonus dan
motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah
bayi lahir sehingga menyebabkan keinginan untuk BAB tertunda selama
dua sampai tiga hari
b. Payudara
ibu tidak menyusui
Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan
obat antilaktogenk, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi dan
ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah wanita
melahirkan.
ibu yang menyusui
Ketikan laktasi terbentuk, teraba suatu masa (benjolan), tetapi kantong
susu yang terisi berrubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi di
mulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni
kolostrum, dikeluarkan dari payudar
Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan
berlangsung dramatis dan cepat. Respon wanita dalam
menghadapi kehilangan darah selama masa pascapartum
dini berbeda dari respon wanita tidak hamil
b. Curah jantung
Denyut jantung, dan curah jantung meningkat sepanjang
masa kehamilan. Segera setelah melahirkan, keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta
tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
Sistem neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil. Rasa tidak nyaman neurologis
yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.

Sistem muskuloskeletal
Adaptasi dari sistem muskuloskeleta mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim.

Sistem Integumen
kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilan saat
kehamilan berakhir ini disebabkan adanya penurunan melanin.
Hiperpigmentasi di daerah aerola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak seluruhnya.
PUERPERIUM
• Puerperium (masa nifas) umumnya berlangsung selama 6 –
12 minggu yaitu periode pemulihan dari perubahan
anatomis dan fisiologis yang terjadi setelah masa persalinan.
• Puerperium dapat dibagi menjadi:
– Immediate puerperium (0-24 jam PP),
– Early puerperium(1-7hari PP) ,
– Late puerperium( 1-6 minggu PP )
• Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini
dalam keseluruhannya disebut involusi.
a.INVOLUSI UTERUS
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya
60 gram.
Involusi uterus melibatkan reorganisasi decidua/endometrium dan
pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda
penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna
dan jumlah lochia.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1)Iskemia Miometrium akibat kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus
relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi
2)Autolysis yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
3)Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari
abdomen dan kembali menjadi organ pelviks setelah 10
hari.
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.
Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan
lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih
pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam
waktu 3 sampai 6 minggu.
b.INVOLUSI TEMPAT PLASENTA
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Pada permulaan nifas
bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh thrombus dan luka ini sembuh dengan cara
dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium
baru di bawah permukaan luka selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam
decidua basalis yang mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta yang menyebabkannya menjadi
terkelupas dan menjadi lochia
c.PERUBAHAN LIGAMEN
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta
fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor
yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retroflexi.
d.PERUBAHAN PADA SERVIKS, VULVA, VAGINA, DAN PERINEUM
Serviks mengalami involusi. Perubahan bentuknya seperti
corong. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman Setelah
involusi selesai, ostium externum lebih besar dan tetap ada
retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama
pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini
terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks. Setelah
3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia manjadi lebih menonjol. Pada post
natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur.
e.LOCHIA
Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran
antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochia.Lochia adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis. Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya diantaranya :
1.Lochia Rubra/ merah (kruenta) pada hari 1-3PP, mengandung darah
dari luka pada plasenta dan serabut dari decidual dan chorion. Terdiri
dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan
sisa darah.
2.Lochia Serosa(kuning/coklat) pada hari 5-9PP, terdiri dari sedikit
darah ,banyak serum, leukosit dan robekan laserasi plasenta.
3.Lochia Alba(pucat/putih) pada >hari10PP, mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau
Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan
tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna
yang sering disebabkan retroflexio uteri.
POST PARTUM HEMORRHAGE
PPH adalah perdarahan yang berlebihan setelah proses persalinan.
Definisi2 PPH, : * >500 ml setelah kala III
* >1000 ml setelah cesarean sectio
* >1400 ml pd cesarean hysterectomi
* 3000-3500, cesarean hysterectomi darurat
Penyebab : 4T (Tonus, Tissue, Trombin, Trauma).
PPH dibagi 2, :
-Early PPH (primer), perdarahan <24 jam PP.
-Late PPH (sekunder), perdarahan terjadi stelah > 24 jam PP.
*berlangsung 1-2 minggu masa nifas, disebabkan terutama oleh
adanya gangguan involusi, juga dapat karena retensi sisa plasenta.
Faktor predisposisi PPH
-Perdarahan bagian pelekatan plasenta
* Hypotonic Myometrium
* anestesi (hydrocarbon berhalogen)
* partus lama atau cepat
* overdistended uterus
* Partus tinggi
* riwayat atonia uteri
* Korioamniotis
* sisa jaringan plasenta
* Plasenta accreta, Increta, Per creta
-Trauma Genital Tract
* Episotomy besar
* Laserasi perineum / vagina / serviks
* Ruptur Uterus
-Gangguan Koagulasi
Atonia uteri
• Merupakan keadaan lemahnya
tonus/kontraksi rahim yg mnybabkan uterus
tdk mampu menutup perdarahan terbuka dari
tmpt implantasi plasenta stlh bayi n plasenta
lahir
Etiologi
• Blm dik pasti tapi ada bbrp fktor predisposisi yg biasa dknl :
• Distensi rahim yg berlebihan
• Partus lama n sulit
• Khmlan dgn mioma uterus
• Grandemultipara
• Persalinan buatan
• Persalinan lewat waktu / cepat
• Infeksi inpartum
• Kelainan plasenta dan
• Penyakit sekunder maternal
Faktor Resiko
• Ibu usia <20 thn atau >35 thn
• Overdistension uterus
• Multipara dengan jarak kelahiran pendek
• Partus lama
• Malnutrisi
• Penanganan salah dalam melahirkan plasenta
Komplikasi
• Disamping dapat menyebabkan kematian,
perdarahan pascapersalinan memperbesar
kemungkinan infeksi puerperal karena daya
tahan penderita menurun. Perdarahan yang
banyak dapat menyebabkan sindrom Sheehan
sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars
anterior
Penatalaksanaan
• 1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

• 2. Masase dan kompresi bimanual


Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)
– Jika uterus berkontraksi
Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa
apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk.
– Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
– Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan
dan pantau kala empat dengan ketat.
– Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera

• 3. Uterotonika
– Oksitosin: Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring
dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis
rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis
tinggi menyababkan tetani.
– Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan
tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Obat ini dikenal dapat menyebabkan
vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat
ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
– Uterotonika prostaglandin Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi
perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika
yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea,
vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi
otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral. Uterotonika ini tidak boleh
diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik.
Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang
sendiri.
• 4. Uterine lavage dan Uterine Packing
Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke dalam
cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri. Penggunaan
uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya adalah
hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.

• 5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan
80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus
setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm
dibawah irisan segmen bawah rahim. Arteri dan vena uterina diligasi dengan
melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di
bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari
rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium,
untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat
dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen
bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral
pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini
harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan
cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus
berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Prognosis
Perdarahan pascapersalinan masih merupakan ancaman yang tidak terduga
walaupun dengan pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan pascapersalinan
masih merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting. Sebaliknya
menurut pendapat para ahli kebidanan modern: ”Perdarahan pascapersalinan
tidak perlu membawa kematian pada ibu bersalin”. Pendapat ini memang benar
bila kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia
banyak darah dan cairan serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih
besar anggapan bahwa darahnya adalah merupakan hidupnya karena itu mereka
menolak menyumbangkan darahnya, walaupun untuk menolong jiwa istri dan
keluarganya sendiri.
Pada perdarahan pascapersalinan, Mochtar R.ddk, melaporkan angka kematian
ibu 7,9% dan Wiknjosastro H. 1,8-4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena
banyak penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek
dan anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.
Retensio plasenta
Retensio plasenta

Plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah


janin lahir.

a). plasenta belum lepas dari dinding


uterus; atau
b). plasenta sudah lepas, akan tetapi belum
dilahirkan.
Sebab-sebab plasenta belum lepas dari
dinding uterus
a). Kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
b). Plasenta melekat erat pada dinding uterus
oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium- sampai di bawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Etiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan
berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus
menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan
menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi
yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara
progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga
mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan
Plasenta

1. Kelainan dari uterus sendiri


2. Kelainan dari plasenta
3. Kesalahan manajemen Kala
III persalinan
Patofisiologi dan Komplikasi
(Tissue)
• Retensio Plasenta : plasenta yg belum lahir
seluruhnya dalam waktu setengah jam setelah
janin lahir.
– - plasenta belum lepas dari dinding uterus
– - plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan
• Plasenta belum lepas dari dinding uterus
disebabkan karena :
- kontraksi uterus yg tidak cukup kuat untuk
melepaskan plasenta
- adhesi yg kuat antara plasenta dan uterus : a)
plasenta akreta
b) plasenta inkreta
c) plasenta perkreta
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta
belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan. Namun apabila ada
sebagian plasenta yg sudah lepas, dapat
menimbulkan perdarahan yg cukup banyak yg
merupakan indikasi untuk mengeluarkan
plasenta tsb.
• Rest Plasenta : bila sebagian kecil plasenta masih
tertinggal dalam uterus. Hali ini dapat menimbulkan
PPH primer atau lebih sering sekunder.
• Sisa plasenta bisa diduga jika kalau uri berlangsung
tidak lancar, atau ditemukan adanya kotiledon yg
tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan
plasenta, dan masih adanya perdarahan dari OUE
pada saat kotraksi rahim sudah baik dan robekan
jalan lahir sudah dijahit.
• Komplikasi :
– - sindroma Sheehan
– - komplikasi yg berhubungan dgn transfusi darah
yg dilakukan
– - penurunan perfusi organ
– - sepsis
– - kebutuhan thdp histerektomi
Prognosis dan Terapi
• Prognosis tergantung dari penanganan
perdarahan
• Terapi yang dapat dilakukan pada retensio
plasenta adalah kuratase. Sedangkan pada kasus
plasenta acreta, increta, percreta lakukan
histerektomi subtotal dan total.
• Setelah pengeluaran plasent, lanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika suntikan atau
peroral. Antibiotik peroral sebaiknya diberikan.
Trauma
1. Robekan perineum
• 1 = hanya pada permukaan mokosa vagina dan
/tanpa kulit perineum
• 2 = Dinding belakang vaginadan jaringan ikat
yang menghubungkan otot2 diafragma
urogenitalis terluka, tidak mengenai spingter ani
• 3 = Mengenai seluruh perineum dan spingter ani
• 4 = Sampai mukosa rectum
2. Robekan dinding vagina, terdapat pada
dinding lateral pada pemeriksaan spekulum.
Kalpaporeksis= robekan melintang atau
miring pada bagian atas vagina. Fistula=
dapat terjadi karena perlukaan vagina yang
menembus kandung kemih atau rectum
3. Robekan serviks
4. Ruptura Uteri=robekan/diskontuinitas dinding rahim
akibat dilampauinya daya renggang miometrium

• Komplenta=permukaan uterus ikut robek


• Inkompleta=permukaan uterus tidak ikut
robek

Spontan
Traumatik
Pada parut uterus
Risiko Trauma
• Makrosomia
– Berat badan melebihi 4000gram
– Pada panggul normal, 4000-5000gram pada umumnya
kesulitan
– Janin besar ditemui pada wanita hamil diabetes melitus,
postmaturitas dan grante multipura
– Kepala yang besar, tidak dapat memasuk PAP
– Bahu yang lebar
• Malpresentasi
– Semua presentasi janin selain verteks
– Kemungkinan menyebabkan partus lama/partus mecet
• Partus presipitatus
– Persalinan yang cepat/kurang dari 3 jam
– Akibat kuatnya kontraksi dan kurangnya tahan jaringan serviks
– Bisa berulang pada persalinan berikutnya
– Risiko pada bayi: perdarahan otak kerna kepala tak sempat
mengalami proses moulding (penyesuaian kepala terhadap jalur
lahir)
• Distosia bahaya
– Tersangkutnya bahu janin dan tak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan
– Kepala janin tetap berada dekat vulva
– Dagu tertarik dan menekan perineum
– Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap
dibelakang simfisis pubis
Komplikasi
a. Komplikasi awal
1. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat
dengan baik. Pencegahannya adalah dengan mengikat titik
perdarahan ketika sedang menjahit, pastikan bahwa
perdarahan tidak berasal dari uterus yang atonik.
2. Hematoma
Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina
yang biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada vagina.
Hematoma terlihat adanya pembengkakan vagina atau nyeri
hebat dan retensi urine.
3. Retensi Urine
Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika
ibu tidak mampu maka pasang kateter untuk menghindari
ketegangan kandung kemih.
4. Infeksi
Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan
memberikan anti biotik profilatik pada maternal dan
gunakan teknik aseptik saat menjahit robekan. Jika terjadi
infeksi, jahitan harus segera dilepas dan diganti dengan
jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya setelah infeksi
teratasi.
b. Komplikasi lanjut.
1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina,
dapat menyebabkan nyeri selama bersenggama dan
persalinan lama pada kelahiran berikutnya, jika robekan
yang terjadi tidak diperbaiki.
2. Vesiko Vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi
apabila robekan vagina atau serviks meluas kekandung
kemih atau rectum.
Prognosis
• Apabila terjadi di RS dan pertolongan dapat diberikan segera, AKI
dapat ditekan sampai beberapa persen.
• Apabila penderita dibawa ke RS dalam keadaan syok,persalinan
lama,dehidrasi,dan infeksi intrapartum, AKI menjadi sangat tinggi
(berkisar antara 30%-46,4%).
• Diagnosis cepat,tindakan operasi segera,ketersediaan darah dalam
jumlah yang besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan
prognosis yang sangat besar.
• Harapan hidup bagi janin sangat kecil. Angka mortalitas yang
ditemukan berkisar 50%-70%. Tetapi jika janin masih hidup pada
saat terjadinya peristiwa tersebut, satu-satunya harapan untuk
mempertahankan jiwa janin adalah dengan laparotomi.
Pendarahan karena Gangguan Pembekuan
Darah
• -Kasual PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila
penyebabyang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah
mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.

• -Akan ada tendensi mudah terjadi pendarahan setiap dilakukan


penjahitan dan pendarahan akan merembus atau timbul hematoma pada
bekas jahitan, suntikan, pendarahan dari gusi, rongga hidung dan lain lain.

• -Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal


hemostasis yang abnormal. Waktu pendarahan dan waktu pembekuan
memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenimia, dan terdeteksi
adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes
protrombin dan PTT (patrial thromboplastin time)
• -Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah
solusio plasenta, kematian janin dalam
kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban,
dan sepsis. Terapi yang dilakukan adalah
dengan transfusi darah dan produknya seperti
plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan
heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon
amino caproic acid)

Anda mungkin juga menyukai