Anda di halaman 1dari 59

Herpes zooster

Oleh : wijayanti
NIM : 030.07.271
DEFINISI

Herpes zoster adalah penyakit


yang disebabkan oleh infeksi
virus varisela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa,
merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer.
Daili SF, B Indriatmi W. Infeksi Virus Herpes. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.
ETIOLOGI
ETIOLOGI

 Varicella zoster, yaitu suatu virus


rantai ganda DNA anggota famili virus
herpes yang tergolong virus
neuropatik atau neuroder-matotropik.
 Virus tersebut bergerak melewati
saraf sensorik menuju ujung-ujung
saraf pada kulit atau mukosa mulut
dan mengadakan replikasi setempat
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffel DJ. Varicella and Herpes Zoster. In : Fitzpatrick. dengan membentuk sekumpulan
Dermatology in General Medicine. 7 thed. New York :
McGraw Hill Company.2008.p. 1885-1898.
vesikel.
Masa inkubasi 7-12 hari

Masa aktif 1-2 minggu

Lokasi unilateral

Bersifat dermatomal
KLASIFIKASI

Herpes zoster Herpes zoster Herpes zoster


oftalmikus fasialis brakialis

Herpes zoster Herpes zoster Herpes zoster


torakalis lumbalis sakralis
James, W.D. Viral Diseases. In : Andrew’s
Disease of the Skin Clinical Dermatology. 11th
ed. USA : Elseiver Saunder. 2011 .p. 372 – 376.
HERPES ZOSTER OFTALMIKUS (2)

Herpes zoster oftalmikus sinistra.


HERPES ZOSTER OFTALMIKUS (1)

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster


yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut
saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V)

ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.


Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan
wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan

Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan


kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.
HERPEZ ZOSTER FACIALIS

• Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis
(N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

. Herpes zoster fasialis dekstra


HERPES ZOSTER BRACHIALIS

• Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Herpes zoster brakialis sinistra.


HERPES ZOSTER THORAKALIS

• Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Herpes zoster torakalis sinistra


HERPES ZOSTER LUMBALIS
• Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral
pada kulit.
HERPES ZOSTER

• Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Herpes zoster sakralis dekstra.


EPIDEMIOLOGI

http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/herpes.html
PATOGENESIS
Varisela sangat menular dan biasanya menyebar melalui Latensi adalah tanda utama virus Varisela zoster dan tidak
droplet respiratori. diragukan lagi peranannya dalam patogenitas.

VVZ bereplikasi dan menyebar ke seluruh tubuh selama Sifat latensi ini menandakan virus dapat bertahan seumur
kurang lebih 2 minggu sebelum perkembangan kulit yang hidup hospes dan pada suatu saat masuk dalam fase
erupsi. Pasien infeksius sampai semua lesi dari kulit menjadi reaktivasi yang mampu sebagai media transmisi penularan
krusta. kepada seseorang yang rentan.

Selama terjadi kulit yang erupsi, VVZ menyebar dan


menyerang saraf secara retrograde untuk melibatkan Reaktivasi mungkin karena stres, sakit immunosupresi, atau
ganglion akar dorsalis di mana ia menjadi laten. mungkin terjadi secara spontan.

Virus berjalan sepanjang saraf sensorik ke area kulit yang Virus kemudian menyebar ke saraf sensorik menyebabkan
dipersarafinya dan menimbulkan vesikel dengan cara yang gejala prodormal dan erupsi kutaneus dengan karakteristik
sama dengan cacar air. yang dermatomal.

Zoster terjadi dari reaktivasi dan replikasi VVZ pada ganglion Infeksi primer VVZ memicu imunitas humoral dan seluler,
namun dalam mempertahankan latensi, imunitas seluler lebih
akar dorsal saraf sensorik. penting pada herpes zoster.
Habif, T.P. Viral Infection. In : Skin Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed. Philadelphia : Elseiver Saunders. 2011 .p. 235 -239.
melalui lesi Infeksi
vzv
di kulit dan primer
permukaan
mukosa
Mempertaha Menjalar dari
nkan Infeksi serabut syaraf
ineftivitas laten sensorik  ganglia
penuh sensorik

Reaktivitas virus

Tumor
Penurunan ganglion
imunosupresi kekebalan serabut syaraf
seluler VZV dorsalis

Virus
berkembang dab
PATOFISIOLOGI
menyebar dalam
ganglion
Berakhir dikulit
Menyebar secara Neuritis membentuk
antidromikal parah karakteristik HZ
PERKEMBANGAN RASH

Gambaran perkembangan rash pada herpes


zoster diawali dengan:

• Munculnya lenting-lenting kecil yang


berkelompok.
• Lenting-lenting tersebut berubah menjadi
bula-bula.
• Bula-bula terisi dengan cairan limfe, bisa
pecah.
• Terbentuknya krusta (akibat bula-bula yang
pecah).
• Lesi menghilang.

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel
DJ. Varicella and Herpes Zoster. In : Fitzpatrick. Dermatology
in General Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill
Company.2008.p. 1885-1898.
GEJALA KLINIS

rasa sakit dan parestesi • Stadium


disertai panas, malaise
dan nyeri kepala prodormal

papul atau plakat ,1-2 hari


timbul gerombolan
vesikel diatas kulit • Stadium erupsi
eritematus

Vesikel menjadi purulen,


krustasi dan lepas dalam • Stadium krustasi
waktu 1-2 minggu
sekelompok vesikel – vesikel dalam bentuk bervariasi)
(vesikel berumbilikasi dan membentuk krusta)
sekelompok vesikel – vesikel berkonfluens
pada kasus inflamasi berat
vesikel pecah menjadi krusta dan mungkin dapat menjadi “scar” jika
inflamasi berat
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Anamnesis
fisik

Pemeriksaan
penunjang
ANAMNESIS

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis


didapatkan keluhan berupa neuralgia
beberapa hari sebelum atau bersama-
sama dengan timbulnya kelainan kulit.

Adakalanya sebelum timbul kelainan


kulit didahului gejala prodromal seperti
demam, pusing dan malaise
PEMERIKSAAN FISIK

kemudian
berkembang Isi vesikel mula-
menjadi papula dan mula jernih, setelah Jika absorbsi terjadi,
Kelainan kulit
vesikula yang beberapa hari vesikel dan bula
tersebut mula-mula
dengan cepat menjadi keruh dan dapat menjadi
berupa eritema
membesar dan dapat pula krusta.
menyatu sehingga bercampur darah.
terbentuk bula.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• TZANCK TEST

sel raksasa yang


multilokuler
KOMPLIKASI

Neuralgia Infeksi Zoster


paska herpetic sekunder trigeminalis

Sindrom Paralisis
Ramsay Hunt motorik
NEURALGIA PASCA HERPETIK

Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul


pada daerah bekas penyembuhan.

Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan


sampai beberapa tahun.

Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40


tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri
yang bervariasi.

Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi


persentasenya.
NEURALGIA PASCA HERPETIK
INFEKSI SEKUNDER

• Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa


komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi.
Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
ZOSTER TRIGEMINALIS (1)
herpes zoster bisa menyerang setiap
bagian dari saraf trigeminus, tetapi
paling sering terkena adalah bagian
oftalmika.

Gangguan mata seperti


konjungitvitis, keratitis,
dan/atau iridosiklitis bisa
terjadi bila cabang
nasosiliaris dari bagian
oftalmika terkena

Efek dari Herpes Zoster dapat mengenai 3


divisi dari nervus trigeminus (Scully C. Oral and
Maxillofacial Medicine. 2004 ; 329)
ZOSTER TRIGEMINALIS (2)

herpes keratokonjungtivitis : termasuk


Infeksi pada bagian maksila dari saraf
HZO, dalam waktu 3 minggu selama
trigeminus menimbulkan vesikel – vesikel
rash, terdapat ulkus kornea, keratitis
unilateral pada pipi dan pada palatum
punctata
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16560/3/Chapter%20II.pdf
SINDROM RAMSAY HUNT

• Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
optikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis
Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus,
vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan
pengecapan.
http://howshealth.com/ramsay-hunt-syndrome/
PARALISIS MOTORIK

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus,


yang terjadi akibat perjalanan virus secara
kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf
yang berdekatan.

Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak


munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi
seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh,
ekstremitas, vesika urinaria dan anus.

Umumnya akan sembuh spontan.


PENATALAKSANAAN

PENATALAKSANAAN
KHUSUS
UMUM
SISTEMIK TOPIKAL
Habif P.Thomas. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infection. In : Clinical
Dermatology. 5 thed. United States of America : Elseiver Saunders. 2010.p. 479 – 490.
PENATALAKSANAAN UMUM

Selama fase akut, pasien


dianjurkan tidak keluar
rumah, karena dapat Usahakan agar vesikel
Untuk mencegah infeksi
menularkan kepada tidak pecah, misalnya
sekunder jaga
orang lain yang belum jangan digaruk dan pakai
kebersihan badan.
pernah terinfeksi baju yang longgar.
varisela dan orang
dengan defisiensi imun.
PENATALAKSANAAN KHUSUS

PENATALAKSANAAN KHUSUS

SISTEMIK
TOPIKAL
Obat Antivirus Analgetik Kortikosterioid
OBAT ANTIVIRUS

OBAT ANTIVIRUS

ACYCLOVIR VALACYCLOVIR FAMCICLOVIR


ACYCLOVIR
o Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus.
o Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena.
o Asiklovir
o Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.

melalui intravena biasanya hanya digunakan


pada pasien yang imunokompromise atau
Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah
penderita yang tidak bisa minum obat.
5×800 mg/hari selama 7 hari
MEKANISME KERJA ACYCLOVIR

http://depts.washington.edu/hivaids/derm/case2/discussion.html
ANALGETIK

• Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan


oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam
mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan
sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri
muncul.
KORTIKOSTEROID

• Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.


Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 3×20
mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan
dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih
baik digabung dengan obat antivirus.
PENGOBATAN TOPIKAL

• Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain patches, dan krim capsaicin
dapat digunakan untuk neuralgia paska herpes. Solutio Burrow dapat
digunakan untuk kompres basah.
• Kompres diletakkan selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk
maserasi dari vesikel, membersihkan serum dan krusta, dan menekan
pertumbuhan bakteri.
• Solutio Povidone- iodine sangat membantu membersihkan krusta
dan serum yang muncul pada erupsi berat dari orang tua. Acyclovir
topikal ointment diberikan 4 kali sehari selama 10 hari untuk pasien
imunokompromised yang memerlukan waktu penyembuhan jangka
pendek
PROGNOSIS

BAIK

•Umumnya baik anak-anak dan dewasa


•Orang tua  komplikasi semakin tinggi dan
secara kosmetika dapat menimbulkan
hiperpigmentasi atau sikratik.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

• Nama : Tn. A
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 50 Tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Security
• Alamat : Bukittinggi
• Suku : Minang
Anamnesis

• Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke poli klinik


Kulit dan Kelamin RS Achmad Mochtar Bukittinggi pada
tanggal 2 Juni 2018 dengan :
• Keluhan Utama
• Muncul bintik merah dan gelembung berair disertai nyeri di
dada dan punggung kiri atas sejak 4 hari yang lalu
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Awalnya berupa bercak merah, kemudian diikuti bintik kemerahan dan
timbul gelembung berair tersa nyeri menjalar dari dada ke punggung
• Badan terasa pegal pegal dan agak demam
• Pasien sering begadang sejak 1 minggu ini
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak ingat apakah pernah menderita cacar air sebelumnya

• Riwayat Imunisasi
Pasien tidak pernah imunisasi BCG

• Riwayat Penyakit Keluarga


tidak ada keluarga yang sakit seperti ini

• Riwayat Penyakit Kebiasaan


Pasien tidak ada riwayat mengoleskansuatu zat/ bahan ke
daerah dada dan punggung
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


• Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
• Status Gizi : Baik
• Thorak : Dalam batas normal
• Abdomen : Dalam batas normal
Status Dermatologikus

• Lokasi : Dada sebelah kiri dan menjalar ke


punggung kiri
• Distribusi : Unilateral, dermatom thorakal 2-5 kiri
• Bentuk : Tidak khas
• Susunan : Herpetiformis
• Batas : Tegas
• Ukuran : Lentikular-Plakat
• Efloresensi : Makula eritem, plak eritem, vesikel berkelompok,
bula, krusta kehitaman
• Status Venerologikus
• Kelainan selaput : Tidak ditemukan kelainan
• Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
• Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan
• Kelainan kel.limfe : Tidak terdapat pembesaran KGB

• Pemeriksaan Penunjang
• Tidak dilakukan
• Tzank test : diharapkan ditemukan sel datia berinti
banyak

• Diagnosis Kerja
• Herpes zoster thoracalis setinggi dermatom Th2-Th5 sinistra

• Diagnosis Banding
• Dermatitis kontak
• Varisella
• Herpes simplek

• 3.9.Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan umum :
• Tidak keluar rumah karena dapat menular kepada orang lain yang belum
pernah terinfeksi varicella
• Usahakan vesikel tidak pecah dengan cara tidak digaruk dan pakai baju
longgar
• Jaga kebersihn badan
• Makan makanan yang bergizi dan seimbang

• Penatalaksanaan Khusus
• - Sistemik : - Antivirus : Acyclovir 5x400 mg
• - Analgetik : Asam mefenamat 3x500 mg
• - Topikal : Salisil talc2%

• Prognosis
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad sanationam : Bonam
• Quo ad functionam : Bonam
• Quo ad kosmetikum : Dubia et Bonam

Anda mungkin juga menyukai