Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN PASIEN EKLAMSIA


KELOMPOK 6
M. RYAN RAMADHAN
RAHMAD RAMADHAN
NURUL HUSNA
MUSFIRAH
MAIYURA
PENGERTIAN
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia
(hipertensi, edems, proteinuri).
ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi terjadinya eklampsia belum diketahui pasti (
Kapita selekta kedokteran, 270). Tetapi ada juga yang merumuskannya
yaitu Eklampsia dapat terjadi apabila pre-eklampsia tidak ditangani,
sehingga penyebab dari eklampsia sama dengan penyabab pre-
eklampsia.
PATOFISIOLOGI
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan
cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di
jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang
tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.
Serta pada eklampsia parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke
plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi
pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat janin sampai
menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus
uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada
eklampsia, sehingga mudah terjadi pada partus prematurus.
GEJALA KLINIS
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu:
kejang-kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi
:
Tingkat awal atau aura ( invasi )
Stadium kejang tonik
Stadium kejang klonik
Stadium koma
PROGNOSIS
◦ Koma lama
◦ Nadi diatas 120
◦ Suhu diatas 39°c
◦ Tensi diatas 160/110 mmHg
◦ Lebih dari 10 serangan
◦ Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
◦ Tidak adanya edema
KOMPLIKASI
Pada ibu
CVA ( Cerebro Vascular Accident )
Edema paru
Gagal ginjal
Gagal hepar
Gangguan fungsi adrenal
DIC ( Dissemined Intrevasculer Coagulopaathy)
Payah jantung
Pada anak
Prematuritas
Gawat janin
IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)
Kematian janin dalam rahim
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
◦ Pemeriksaan laboratorium

Darah rutin
Pemeriksaan darah lengkap
◦ Pemeriksaan diagnostik

Ultrasonografi
Elektrokardiograf
PENANGANAN KEJANG
Beri obat anti konvulsan
Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan,
masker O2 dan tabung O2 )
Lindungi pasien dengan keadaan trauma
Aspirasi mulut dan tonggorokkan
Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
Beri oksigen 4-6 liter / menit
PENANGANAN UMUM
Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
Pantau kemungkinan oedema paru
CONTINUE...
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan
janin.
Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan pemberian
cairan dan berikan diuretic
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4
(50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas
sewaktu pemberian MgSO4
Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian dilanjutkan
sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella (+), urin
minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml
dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
◦ Ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
◦ Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
berhubungan dengan perubahan pada plasenta
◦ Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak
adekuatnya perfusi darah ke placenta
◦ Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan
koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d
kejang
◦ Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu atau alat yang lain untu
menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi.

Rasional : menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke


faring.
◦ Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.

Rasional : meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat


jalan nafas
◦ Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.

Rasional : untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada


◦ Lakukan penghisapan sesuai indikasi.

Rasional : menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia


◦ Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan.

Rasional : dapat menurunkan hipoksia cerebral.


Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
berhubungan dengan perubahan pada plasenta
◦ Monitor DJJ sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
◦ Kaji tentang pertumbuhan janin.
Rasional : Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
◦ Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas janin turun ).
Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
◦ Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM.
Rasional : Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
◦ Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
Rasional : USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan
tidak adekuatnya perfusi darah ke placenta
◦ Istirahatkan ibu.

Rasional : dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism tubuh menurun dan


peredaran darah ke placenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan O2 untuk janin dapat
dipenuhi
◦ Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri.

Rasional : dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak tertekan
oleh uterus yang membesar sehingga aliran darah ke placenta menjadi lancar
◦ Pantau tekanan darah ibu.

Rasional : untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta seperti tekanan darah
tinggi, aliran darah ke placenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.
◦ Memantau bunyi jantung ibu.

Rasional : dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau menurukan menandakan
suplai O2 ke placenta berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.
◦ Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter.

Rasional : dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan after load
jantung dengn vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan
menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke placenta menjadi adekuat.
Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan
koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
◦ Kaji tingkat kecemasan ibu.
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
◦ Jelaskan mekanisme proses persalinan.
Rasional : Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptif
◦ Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif.
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif
◦ Beri support system pada ibu.
Rasional : ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan
yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa
ketenangan hati
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai