Anda di halaman 1dari 43

Sekarwangi, Agustus 2018

LAPORAN KASUS
“ANESTESI UMUM PADA
APENDIKSITIS AKUT”

Dokter Pembimbing:
dr. Edwin Haposan Martua, Sp.An., M.Kes.AIFO
Anggita Fauzia H ( 2013730009)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Ciberecek RT 03/ RW
11 Sekarwangi, Cibadak
No.Rekam Medik : 5822***
Ruangan : Nyi Ageng Serang Lt. 2
Tanggal masuk
rumah sakit : 06 Agustus 2018
Tanggal operasi : 07 Agustus 2018
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari
SMRS

Riwayat Penyakit sekarang


Pasien datang ke RSUD Sekarwangi dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari
yang lalu. Rasa nyeri awalnya berada pada
ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah
dan nyeri hilang timbul sehingga pasien
belum berobat. Rasa nyeri di perut kanan
bawah semakin terasa memberat sehingga
pasien datang ke IGD RSUD Sekarwangi.
Nyeri perut disertai demam, keluhan disertai
mual namun tidak muntah, pasien juga nafsu
makan berkurang. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
Pasien belum pernah menjalani operasi
Riwayat Operasi: dan tindakan pembiusan lokal ataupun
sebelumnya
Riwayat hipertensi disangkal, Riwayat diabetes
melitus disangkal, Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit kardiovaskular disangkal, Riwayat Penyakit
dahulu Pernapasan disangkal, Riwayat Alergi Obat
disangkal, Riwayat operasi sebelumnya tidak ada

Pasien menyangkal adanya penyakit yang


Riwayat Penyakit
serupa pada keluarga pasien, hipertensi
Keluarga
disangkal, Diabetes Melitus disangkal

Riwayat Pengobatan Pasien belum pernah di obati sebelumnya

Pasien menyangkal adanya riwayat alergi


Riwayat Alergi terhadap makanan, obat-obatan, maupun
terhadap cuaca atau suhu tertentu

Pola makan pasien tidak teratur, Pasien senang


Riwayat Psikososial mengonsumsi makanan yang asam dan pedas.
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol.
PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM NADI


TAMAK SAKIT SEDANG 80X/MENIT REGULER ,
KUAT ANGKAT

KESADRAN
COMPOS MENTIS
RESPIRASI
BB/TB
52 Kg/150 Cm 20X/MENIT
IMT
23 ( Normoweight )

TEKANAN DARAH SUHU


110/85 mmHg
36,50C
Pemeriksaan fisik
• Status Generalis
– Kepala : Normocephal, simetris, rambut bewarna hitam, alopesia (-)
– Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3 mm/3 mm), eksoftalmus (-/-)
– Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-), livid (-/-)
– Telinga : Normotia, membran timpani intak, nyeri tekan (-/-), serumen
(-/-), sekret (-/-)
– Mulut : Bibir kering (-),
– Leher : Pembesaran KGB (-), abses (-)
– Tengggorokan : Faring hiperemis (-) Tonsil T1/T1
– Thoraks :
Paru-paru
Inspeksi : Normochest, simetris dextra-sinistra, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus teraba dikedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikular +/+, wheezing -/-, ronki -/-
Pemeriksaan fisik
• Status generalis
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : Kanan; ICS II linea parasternal dextra
Kiri; ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi : Distensi abdomen (-), defans muscular (-)
Auskuktasi : Bising usus 2x/menit
Palpasi : nyeri tekan McBurney (+), Nyeri tekan lepas (+) Psoas sighn
(+) hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di empat kuadran region abdomen
Pemeriksaan fisik

• Status generalis
Ekstremitas Atas Bawah
Akral Hangat Hangat
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
CRT < 2 detik + +
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hematologi
• Hb : 13.1 g/d
• Leukosit : 9600 mm3
• Trombosit : 327.000 mm3
• Hematokrit : 38 %
• Waktu Pembekuan : 6 Menit
Kimia Darah
• Ureum : 17 mg/dl
• Creatinin Serum : 0.7 mg/dl
• Natrium : 137 mmol/l
• Kalium : 3.9 mmol/l
• SGOT : 18 U/L
• SGPT : 13 U/L
Status anastesi
• ASA :I
• Tanggal Operasi : 07 Agustus 2018
• Ahli Anastesi : dr. Edwin Haposan Martua, Sp.An., M.Kes.AIFO
• Ahli Bedah : dr. Usman Wahid Sp.B
• Diagnosis Pra Bedah : Apendiksitis akut
• Puasa : 6 jam
• IMT : 23 (Normoweight)
• TTV : TD= 110/85
HR=80x/menit
RR=20x/menit
Suhu=36,5
• SPO2 : 99%
Status anastesi
• B1 (breathing) : Airway bebas, nafas spontan, RR: 20X/menit. Mallapati score : 1
Hidung: pendarahan (-), deviasi septum (-). Leher: trakea ditengah
.
Paru: suara paru vesikuler, rh(-/-), wh(-/-).
• B2 (Blood) : Akral hangat, merah, dan kering. Nadi 80x/menit, regular dn kuat,
TD : 110/85 mmHg, JVP tidak meningkat.
• B3 (Brain) : Kesadaran Compos Mentis, GCS: 15(E4V5M6),
riwayat kejang (-), riwayat pingsan (-), pupil bulat isokor Ø 3mm | 3
mm, refleks cahaya +|+
• B4 (Bladder) : Terpasang kateter, produksi urin selama operasi +50 cc, warna k
uning jernih.
• B5 (Bowel) : Supel , palpasi: nyeri tekan McBurney (+), Nyeri tekan lepas (+)
perkusi : tympani (+), BU (+).
• B6 (Bone) : Fraktur (-), edema (-), sianosis (-)
• Persiapan preoperasi :
Pre-operasi
– Surat persetujuan Operasi dan Anestesi
– Puasa 6 jam
– Premedikasi : Ondansentron 4mg
• Tindakan anastesi, perisapan :
– Menyiapkan meja operasi
– Menyiapkan mesin dan alat anestesi
– Menyiapkan Komponen STATICS dan General Anestesi.
– Menyiapkan obat anastesi yang diperlukan
– Menyiapkan obat-obat resusitasi : Atropin 0,25 mg, Ephedrine 50 mg/mL, Adrenalin.
– Menyiapkan tiang infuse dan plester.
• Jenis pembedahan : Appendectomy
• Teknik anastesi :
– Pada kasus ini, digunakan General Anestesi.
– Pernafasan : ventilator, O2 : N2O = 3 : 1
– Lama Operasi : 45 menit (12.30 – 13.15 WIB)
Pre-operasi
• Jenis anestesi :
– Anestesi umum intubasi, dengan endotracheal tube no. 6,5
– Setelah pemberian pre-medikasi dengan ondansentron, pasien mulai diinduksi dengan pemberian fentanyl,
propofol dan noveron
– Dalam waktu ± 1 menit pasien tertidur
– Cek refleks bulu mata (-) lakukan pemasangan sungkup dan oksigenisasi
– Setelah ± 3 menit dengan saturasi 99%, dilakukan intubasi
– Masukkan ETT no 6,5 , gunakan laringoskop untuk mempermudah under vision intubasi dan laringoskop har
us diposisikan saat bagian ujung tube telah mencapai orofaring.
– Cek lapang paru dengan stetoskop kedua lapang paru teroksigenisasi simetris
– Hubungkan ETT dengan pipa gas, berikan O2 6L dan N2O 2L isoflurane 2%
– Fiksasi interna ETT dengan cuff, fiksasi eksterna dengan plester

• Anestesi dengan : Induksi : Fentanyl 75 mcg iv, Propofol 100 mg iv, Noveron 30 mg iv
• Infus : Tangan Kanan, IV line abocath 20 G, cairan RL
Ttv intraoperatif

Waktu Tekanan Darah Nadi/menit SpO2 (%)

12.30 105/78 88 99

12.47 108/81 82 99

13.02 106/82 83 99

13.15 90/70 86 99
Monitoring cairan
– Penghitungan cairan : BB : 52 Kg
10 Kg I : 10 x 4cc/KgBB/jam = 40 cc/jam
10 Kg II : 10 x 2 cc/KgBB/jam = 20 cc/jam
Sisanya 32 x 1 cc/KgBB/jam = 32 cc/jam
Total = 92 cc /jam
– Cairan Stress operasi derajat operasi sedang
4cc/kgbb/jam
4x52= 208cc/jam
– Cairan Pengganti Puasa
lama puasa x maintenance
6 jam x 92cc/jam x = 552cc
Monitoring cairan
Cairan yang diberikan :
• Jam I : Maintenance +( ½ x pengganti puasa) + stress operasi
92 ml + 276 ml + 208 ml = 576 ml/jam
• Jam II : Maintenance + (¼ x pengganti puasa) + stress operasi
92 ml + 138 ml + 208 ml = 438 ml/ jam
• Jam III : Maintenance + (¼ x pengganti puasa) + stress operasi
92 ml + 138 ml + 208 ml = 438 ml/ jam
• Jam IV : Maintenance + stress operasi
92 ml + 208 ml = 300 ml/jam
• Selanjutnya : Maintenace = 300 ml /jam
Post operatif
•Post-Operatif
•Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
•Kesadaran : CM
•Tekanan Darah : 100/70 mmHg
•Nadi : 88 x/menit
•Pernapasan : 20 x/menit
Aldrette Score

Aktifitas 2
Pernafasan 2
Sirkulasi 2
Warna Kulit 1
Kesadaran 1
Total 8

Jika jumlahnya ≥ 8, maka pasien dapat pindah ke ruangan


Terapi pasca bedah
Terapi Pasca Bedah
• Observasi KU, TTV, Perdarahan Luka Operasi
• O2 3LPM via NC
• Puasa terlebih dahulu, boleh makan minum bila BU (+) dengan sedikit
sedikit
• Ondancetron 4 mg
• Tramadol 200 mg + Ketorolac 30 mg dalam RL 500 cc / 20 tpm
• Th/ Lain-lain sesuai terapi T.S dr. Usman Wahid, Sp.B
TINJAUAN PUSTAKA
General Anastesi
Tujuan

• Tujuan anestesi umum adalah


– hipnotik
– analgesik
– relaksasi dan stabilisasi otonom
Definisi

• Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aes
thesis berarti rasa atau sensasi

• Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sens


asi tanpa atau disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat
sementara dan dapat kembali kepada keadaan semula

• Anestesi umum adalah menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh se


cara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible.
Syarat

• Adapun syarat ideal dilakukan anestesi umum adalah :


– Memberi induksi yang halus dan cepat.
– Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespons
– Timbulkan keadaan amnesia
– Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasan.
– Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesi
a yang cukup untuk tindakan operasi.
– Memberikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tidak berl
angsung lama.
Kontraindikasi

• Kontraindikasi mutlak :
– dekompresi kordis derajat III – IV
– AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang P)

• Kontraindikasi Relatif :
– hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110)
– DM tak terkontrol
– infeksi akut
– Sepsis
– GNA.
Persiapan

Kunjungan Pre
Pre medikasi
anestesi

Tentukan Meminta
status pasien pasien untuk
dengan ASA puasa
Persiapan pre-operasi
Dasar-dasar sebuah operasi adalah evaluasi pre operasi, yaitu riwayat kesehatan dan pemeriks
aan fisik. Pemeriksaan harus lengkap mencakup riwayat semua obat yang pernah digunakan
oleh pasien, semua obat terkait dengan alergi, dan reaksi terhadap anestesi sebelumnya.

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


- pernah mendapat anes - Status generalis Pemeriksaan laboratorium
tesi sebelumnya - pemeriksaan gigi – g atas indikasi
- penyakit – penyakit sist eligi Misalnya :
emik, saluran napas - tindakan buka mulut pemeriksaan darah (Hb,
- alergi obat leukosit, masa
, leher kaku dan pen
pendarahan, masa
dek pembekuan), radiologi,
EKG.
Klasifikasi mallampati
The American Society Of
Anesthesiologist (ASA).
• ASA I : Pasien dalam keadaan normal dan sehat.
• ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit
lain
• ASA III : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat
yang diakibatkan karena berbagai penyebab
• ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam kehidupannya.
• ASA V : Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun
dioperasi atau tidak.

• Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan t


anda darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE.
Persiapan puasa, kateter & izin pembedahan
• Pengosongan lambung  mencegah aspirasi lambung karena regurgutasi
atau muntah
• Pada pembedahan elektif :
– anak dan dewasa 4 – 6 jam
– bayi 3 – 4 jam
• Pada pembedahan darurat : dilakukan dengan memasang pipa nasogastrik
atau dengan cara lain yaitu menetralkan asam lambung dengan memberikan
antasida (magnesium trisilikat) atau antagonis reseptor H2 (ranitidin).

• Kandung kemih juga harus dalam keadaan kosong  dipasang kateter

• Sebelum pasien masuk dalam kamar bedah, periksa ulang apakah pasien
atau keluarga sudah memberi izin pembedahan secara tertulis (informed
concent).
Obat pre-medikasi
• Premedikasi sendiri ialah pemberian obat ½ - 1 jam sebelum induksi anestesia dengan tujuan me
lancarkan induksi
• Gol. Antikolinergik
– Atropin, u/ mencegah hipersekresi kelenjar ludah, antimual dan muntah. Dosis 0,4 – 0,6 mg
IM
• Gol. Hipnotik – sedatif
– Barbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital) u/ sedasi dan mengurangi kekhawatiran sebel
um operasi. Dosis dewasa 100 – 200 mg, pada bayi dan anak 3 – 5 mg/kgBB
• Gol. Analgetik narkotik
– Morfin, u/ mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang operasi. Dosis dewasa 10 – 2
0 mg.
– Pethidin, u/ menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos. Dosis pr
emedikasi dewasa 25 – 100 mg IV.
• Gol. Transquilizer
– Diazepam (Valium) Diberikan dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik.
Dosis premedikasi dewasa 0,2 mg/kgBB IM.
Obat obatan Dalam Anestesi Umum
Obat anestesik intravena
• Benzodiazepine
– Sifat : hipnotik – sedative, amnesia, pelemas otot ringan. Kontraindikasi : porfiria dan hamil.
Dosis : Diazepam : induksi 0,2 – 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi :
0,15 – 0,45 mg/kg IV
• Propofol
– Sangat penting. Propofol dapat menghasilkan anestesi kecepatan yang sama dengan
pemberian barbiturat, dan waktu pemulihan yang lebih cepat. Dosis : 2 – 2,5 mg/kg IV
• Ketamin
– Rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic. Indikasi : pengendalian jalan
napas yang sulit,, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi dan asma. Dosis bolus
1- 2 mg/kgBB
• Thiopentone Sodium
– Indikasi : operasi singkat, sedasi anestesi regional, dan untuk mengatasi kejang. Keuntungan
nya : induksi mudah, cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas. Dosis 5 mg/kg IV, hamil 3
mg/kg IV.
Obat anestesi inhalasi

• N2O
– mempunyai efek analgesic yang baik, dengan inhalasi 20%. Kadar optimum untuk me
ndapatkan efek analgesic maksimum ± 35%
• Halotan
– Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik. Dengan k
adar yang aman waktu 10 menit untuk induksi. Kadar minimal untuk anestesi adalah 0
,76% volume.
• Isofluran
– Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap ole
h penderita karena penderita menahan nafas dan batuk. Isofluran merelaksasi otot se
hingga baik untuk intubasi.
• Sevofluran
– Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk induk
si inhalasi.
Pemulihan
• Pada anestesi intravena : kesadaran akan kembali berangsurangsur dengan
turunnya kadar obat anestesi
• Pada anestesi pernafasan spontan tanpa menggunakan pipa endotrakeal 
menunggu sadarnya penderita. Sedangkan jika menggunakan pipa endotrakheal,
maka perlu dilakukan pelepasan atau ekstubasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Apendicitis Akut
Definisi

• Appendicitis adalah infeksi pada organ appendik yang di


awali dengan penyumbatan dari lumen appendik oleh m
ucus, fekalit, atau benda asing, yang diikuti oleh infeksi b
akteri dari proses peradangan
• Penyakit ini merupakan kegawatdaruratan bedah abdom
en yang paling sering ditemukan.
Gejala Klinis

• Nyeri pada sepertiga dari umblikus ke fossa ilaka kanan,


itu disebut titik Mc Burney
• Nyeri biasanya tajam dan diperburuk dengan gerakan (s
eperti batuk dan berjalan)
• Disertai dengan rasa mual dan muntah
• Demam suhu antara 37,5 – 38,5ºC
Diagnosis

ANAMNESIS

• Riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan pertama kali di ulu hati.
• Diikuti mual dan muntah, demam ringan.
• Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah beberapa jam, sampai
dengan 24 jam.
Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi
kanan.

Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri
pada kanan bawah.

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri
pada hipogastrium atau vagina.

Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk

Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan
bawah.

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba
ALVARADO SCORE Diagnosis
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah 1

Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 ° C 1
Pemeriksaan Lab Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shift to the left 1

Total 10
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut
PEMERIKSAAN
Diagnosis
PENUNJANG

• Darah: Leukositosis
Laboratorium • Urin: untuk melihat adanya eritrosis, leukosit dan
bakteri didalam urin

Foto polos • Gambaran opak fecalith yang nampak di kuadran


kanan bawah abdomen
abdomen
• Terdapat fekalit, udara intralumen, diameter apendiks
USG lebih dari 6 mm, penebalan dinding apendiks lebih dari
2 mm dan pengumpulan cairan perisekal
Penatalaksanaan

Apendektomi
Komplikasi

• Appendicitis chronic
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai