Anda di halaman 1dari 35

Presentasi Kasus

Closed Fraktur
Proseptor: dr. Aswedi Sp. OT
Oleh :
Jajang Badruzaman S.Ked
Nur Alifah S.Ked
Nur Laila Zuhria S.Ked
Pinky Kinasih. S.Ked
Identitas pasien
 Nama: Ny. L
 Jenis Kelamin:Wanita
 Usia: 30 th
 Alamat: Ds. Rawi RT/RW 006/001 Kec.
Penengahan Lampung Selatan
 Pekerjaan: Karyawan
 Status pernikahan: Menikah
 Agama: Islam
 MRS: Senin, 13 Juni 2014
Kasus
Anamnesa
Keluhan Utama:
Wanita 30 tahun datang ke RSPBA dengan
keluhan nyeri pada tungkai kanan bawah
sebelah kanan yang dirasakan semakin
memberat sejak 1 hari SMRS. Sebelumnya
os mengalami kecelakaan saat
mengendarai motor 1 hari yang lalu.
 Keluhan tambahan
Selain itu os mengatakan kakinya sangat
nyeri terutama jika untuk berdiri. Tungkai
kanan bawah nya juga bengkak dan pada
seluruh kaki kanan nya terasa linu-linu.
Os juga mengeluh demam yang hilang
timbul, nafsu makan baik, mual muntah
(-), pusing (-), kunang kunang (-), hanya
sedikit lemas sehingga aktivitas sehari-
harinya juga terganggu
Riwayat perjalanan penyakit:
Os mengatakan 1 hari yang lalu mengalami kecelakaan motor
dengan motor saat os mengendarai motor. os mengendari motor
berdua dan dia sebagai penyetirnya.
Saat itu os ingin menyeberang jalan dengan hati -hati akan tetapi
dari arah yang berlawanan ada motor yang melaju dengan kencang
menabrak motornya sehingga os menghindar dan motornya jatuh
menimpa tungkai bawah kanannya tersebut. Os mengatakan hanya
terdapat luka memar didaerah pergelangan kaki kanannya saja.
Tidak terdapat luka lecet dan luka lainnya. Riwayat perdarahan (-).
Pingsan (-), pusing, mual muntah (-), BAB dan BAK (DBN). Awalnya
os hanya menganggapnya kecetit sehingga os tidak membawanya
ke pusat kesehatan. Akan tetapi keluhannya dirasakan semakin
memberat.
Setelah kejadian tersebut os mengatakan kakinya terasa nyeri, sulit
untuk digerakkan, apalagi untuk berdiri, terasa bengkak, dan pada
pergelangan tungkai kaki kananya terdapat daerah merah kebiruan
yang sangat nyeri jika ditekan, panas pada perabaan. Os juga
mengatakan badannya demam, menggigil 1 x, dan badannya terasa
lemas.
Sebelumnya os hanya meminum obat paracetamol untuk
menghilangkan panasnya. Pada tungkai kanan bawanya di beri daun
daun ramuan untuk menghilangkan nyerinya akan tetapi keluhan
dirasakan semakin memberat sehingga os membawanya ke IGD
RSPBA
Riw. Penyakit dahulu: Riwayat penyakit
magh dan tipes (+). Riw. Trauma didaerah
kaki atau yang lainnya (-), Riwayat darah
tinggi (-), Riwayat penyakit jantung (-).
Riwayat penyakit paru (-), Riwayat penyakit
hati (-) Riwayat kencing manis (-) Riwayat
pengobatan dengan obat kortikosteroid (-)
Riw. Pengobatan: meminum obat
paracetamol untuk menghilangkan panas
nya. Pada tungkai kanan bawanya di beri
daun daun ramuan untuk menghilangkan
nyerinya
Riw. Keluarga atau lingkungan: (-)
Pemeriksaan fisik
13 Juni 2014 ( Hari Pertama Pasien masuk RS)
 Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan:
 keadaan umum tampak sakit sedang
 Kesadaran composmentis, GCS 15
 Vital sign
• TD : 120/80 mmHg
• HR : 88x/menit
• RR : 18x/ menit
• T : 36,5˚C
 Kepala : Sklera ikterik (-),Anemis (-),penurunan
visus (-)
 Hidung : bentuk normal, deviasi septum(-)
 Telinga : bagian luar tidak ada kelainan, pertumbuhan
rambut dan serumen DBN
 Mulut : tonsil DBN, pucat pada lidah tidak ada,
stomatitis tidak ada, faring hipermeis (-), uvula DBN
 Leher : tidak ada pembesaran KGB dan nyeri tekan (-
)
 Thorax :
• Inspeksi : simetris, tidak terdapat deviasi,
pelebaran sela iga (-), pulsasi (-)
• Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (DBN),
krepitasi (-).
• Perkusi : sonor, batas jantung dan paru DBN
• Auskultasi : BJ DBN dan Suara napas
vesikular bronkial
• Abdomen:
 Inspeksi : kembung atau asites (-),
 Auskultasi : BU (+), 3-5 kali dalam satu menit
 Palpasi : nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani
 Alat kelamin : tidak diperiksa
 Extremitas atas kanan/kiri:
Gerakan bebas, kekuatan +5/+5, nyeri sendi
tidak ada, edema tidak ada, jaringan parut tidak
ada, pigmentasi normal, akral hangat, turgor
kembali cepat, clubbing finger tidak ada.
 Extremitas bawah
Gerakan tidak bebas/bebas, kekuatan +3/+5,
nyeri bagian pembengkakan ada/kiri tidak ada,
edema pretibial ada/tidak ada, jaringan parut
tidak ada/tidak ada, pigmentasi normal/normal ,
akral hangat/hangat, clubbing finger tidak ada,
turgor kembali sulit dinilai/cepat.
 Status lokalis:
Regio cruris dekstra:
- inspeksi: bengkak, terdapat vulnus hematoma pada
daerah malleolus medialis dekstra ukuran 7x6 cm,
jaringan parut (-), clubbing finger (-), rupa tulang
dan sendi DBN dan turgor sulit dinilai.
- palpasi : panas, terasa lunak, nyeri dengan sedikit
sentuhan didaerah hematom terutama jika
digerakkan, pada perabaan tulang didapatkan
penonjolan (-), permukaan rata, adanya gangguan
hubungna antar tulang, tidak terdapat perbedaan
panjang pada ekstremitas bawah, deformitas (+).
- kekuatan: kekuatan +3.
- Pergerakan: uji adduksi dan abduksi kaki kanan
(+), uji drawer (+)
- Auskultasi : krepitasi (+)
Pemeriksaan penunjang
 Hematologi
 Hb: 13,7 g/dl (N: L: 14-18, P= 12-16)
 Ht: 41 vol% (N: L: 37-54, P=37-47)
 Trombosit: 219.000/mm³ (N: 150.000-450.000)
 Leukosit : 10.500/mm³ (N: 5.000-11.000)
 Diff.count:
 Eosinofil: 0 (N: 1-4)
 Basofil : 0 (N: 0-1)
 Segmen : 74 (N: 36-66)
 Limfosit : 18 (N: 22-40)
 Monosit : 7 (N: 4-8)
 Eritrosit : 4.3 juta
 MCV: 92 (N: 80-96)
 MCH: 31 (N: 27-31)
 MCHC: 33(N: 32-36)
Diagnosis klinis
Closed fraktur metafisis inkomplit komunitif
os tibia dekstra 1/3 distal ec KLL.
Rontgen Ankle AP - Lateral
 Rawat inap
 Reposisi dan imobilisasi: tindakan awal
dengan pemasangan bidai pada kaki sebelah
kanan
 Infus larutan RL 20 tpm
 Cefotaxim 2x1 gr
 Ketorolac 2x1 ampul
 Paracetamol 3x1 tab
 Vit B comp. 3X1 tab
 Rencana operasi (tindakan ORIF)

Penatalaksanaan
 Quo ad vitam: Dubia ad Bonam
 Quo ad fungsionam: Dubia ad Bonam

Penatalaksanaan
Komplikasi
 Komplikasi segera: Infeksi dan gangguan
perdarahan.
 Komplikasi dini: nekrosis pada kulit dan
otot, sindrom kompartemen, trombosis,
infeksi sendi.
 Komplikasi lama: malunion, nonunion,
delayed union, patah tulang rekuren
penyakit degeneratif sendi pasca trauma,
distrofi refleks, kerusakan saraf, neksrosis
pasca trauma
Tinjauan pustaka
Pengertian tulang
 Tulang adalah jaringan yang paling keras
diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri
atas hampir 50% air dan bagian padat.
Selebihnya terdiri dari bahan
mineralterutama kalsium ±67% dan bahan
seluler 33%.
 Tulang adalah penyangga tubuh, pelindung
organ tubuh dari benturandan tempat
terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot
untuk melakukan pergerakan antara
sambungan tulang satu dengan yang lain.
 Tulang memiliki sistem kanalikuler yang
menembus substansi tulang.
 Tulang memilki jaringan pembuluh darah
untuk nutrisi sel-sel tulang.
 Tulang hanya dapat bertambah secara
aposisi
 Substansi intraselluler tulang selalu
mengalami pengapuran

Tulang
Struktur mikroskopik dan
histologis tulang
 Struktur mikroskopik:
- Substansia spongiosa
- Subtansia compacta

 Struktur histologik:
- - Tulang muda/primer : bersifat
sementara yang nantinya diganti dengan
tulang dewasa/ sekunder.
- - Tulang dewasa/sekunder
 Tulang sekunder merupakan serabut-serabut
kolagen yang tersusun dalam lamella (lapisan
setebal 3-7μm, sejajar dan melingkari konsetris
saluran ditengah yang dinamakan canalis
haversi. Canalis ini dilalui oleh:
- Pembuluh darah
- Jaringan pengikat longgar
- Diameter 22-110μm
- Keseluruhan struktur dinamakan sistem haversi
atau osteon.
- Canalis volkmanni merupakan daerah yang
berhubungan dengan pembuluh darah yag
berasal dari canalis volkmanni
 Periosteum:
merupakan bagian luar jaringan tulang yag
mengandung sedikit pembuluh darah. Bagian
dalamya terdapat osteogenik yang berperan
dalam proses pertumbuhan tulang.
 Endosteum :
berbentuk gepeng, membatasi rongga
sumsum tulang dan melanjutkan diri
keseluruh rongga-rongga dalam jaringan
tulang.
Sel pada jaringan tulang

 A. Sel osteoprogenitor/ sel osteogenik


 B. Osteoblast
 c. Osteosit
 D. Osteoklas
 Berdasarkan pengertian para ahli dapat
disimpulkan bahwa fraktur cruris adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan di
tentukan sesuai jenis dan luasnya, yang
di sebabkan karena trauma atau tenaga
fisik yang terjadi pada tulang tibia dan
fibula.

DEFINISI
 Fraktur tertutup
 Fraktur terbuka

KLASIFIKASI FRAKTUR
 Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri
yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar
trauma, yaitu:
 1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau
tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
 2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal
atau memar kulit dan jaringan subkutan.
 3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan
kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
 4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan
jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.

Fraktur tertutup
 Fraktur transversal
fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung
 Fraktur oblik
fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari
trauma angulasi juga
 Fraktur spiral
fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang
disebabkan oleh trauma rotasi.
 Fraktur kompresi
fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kea rah permukaan lain.

Bentuk garis patah (mansjoer)


 Nyeri
 hilangnya fungsi
 Deformitas
 pemendekan ekstrimitas
 Krepitus
 pembengkakan local
 dan perubahan warna.

Manifestasi klinik
 Rekognisi
 Reduksi (manupulasi/reposisi)
 Retensi ( immobilisasi )
 Rehabilitasi

Penatalaksanaan
1. Komplikasi awal
a. Syok
b. Sindrom emboli lemak
c. Sindrom kompartement
d. Kerusakan arteri
e. Infeksi
f. Avaskular nekrosis

Komplikasi
2. Komplikasi lanjut
a. Malunion
b. Delayed union
c. nonunion
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai