• Nama : Tn. RH
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 22 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Buruh
• Alamat : Kp. Cibatuhilir RT 01/ RW 11 Sekarwangi,
Cibadak
• No.Rekam Medik : 5718**
• Ruangan : Nyi Ageng Serang Lt. 2
• Tanggal masuk RS : 2 Juli 2018
• Tanggal operasi : 2 Juli 2018
Anamnesis
• Keluhan utama
– Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari SMRS
• Riwayat Operasi:
– Pasien belum pernah menjalani operasi dan tindakan pembiusan lokal
ataupun sebelumnya.
• Riwayat Pengobatan
– Pasien berobat ke puskesmas dan jika terasa nyeri pasien
mengonsumsi antasida tapi merasa tidak membaik
• Riwayat Alergi
– Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap makanan, obat-
obatan, maupun terhadap cuaca atau suhu tertentu.
• Riwayat Psikososial
– Pola makan pasien tidak teratur, Pasien senang mengonsumsi
makanan yang asam dan pedas. Pasien tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol.
Pemeriksaan fisik
• Tanda Vital
– Tekanan darah : 100/70mmHg
– Pernafasan : 20x / menit
– Denyut nadi : 80 x / menit
– Suhu : 37.5’C
Pemeriksaan fisik
• Status Generalis
– Kepala : Normocephal, simetris, rambut bewarna hitam, alopesia (-)
– Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3 mm/3 mm), eksoftalmus (-/-)
– Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-), livid (-/-)
– Telinga : Normotia, membran timpani intak, nyeri tekan (-/-), serumen
(-/-), sekret (-/-)
– Mulut : Bibir kering (-),
– Leher : Pembesaran KGB (-), abses (-)
– Tengggorokan : Faring hiperemis (-) Tonsil T1/T1
– Thoraks :
Paru-paru
Inspeksi : Normochest, simetris dextra-sinistra, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus teraba dikedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikular +/+, wheezing -/-, ronki -/-
Pemeriksaan fisik
• Status generalis
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : Kanan; ICS II linea parasternal dextra
Kiri; ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Distensi abdomen (-), defans muscular (-)
Auskuktasi : Bising usus 2x/menit
Palpasi : nyeri tekan McBurney (+), Nyeri tekan lepas (+) Psoas sighn
(+) hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di empat kuadran region abdomen
Pemeriksaan fisik
• Status generalis
Ekstremitas Atas Bawah
Akral Hangat Hangat
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
CRT < 2 detik + +
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium
– Hematologi
• Hb : 12.6 g/d
• Leukosit : 12.900mm3 (↑)
• Trombosit : 232.000 mm3
• Hematokrit : 38 %
• Waktu Pembekuan: 6 Menit
– Kimia Darah
• Gula darah Puasa : 98 mg/dl
• Ureum : 21 mg/dl
• Creatinin Serum : 0.8 mg/dl
• Natrium : 143 mmol/l
• Kalium : 5.0 mmol/l
• SGOT : 17 U/L
• SGPT : 26 U/L
Status anastesi
• ASA :I
• Tanggal Operasi : 2 Juli 2018
• Ahli Anastesi : dr. Edwin Haposan Martua, Sp.An., M.Kes.AIFO
• Ahli Bedah : dr. Gatot, Sp.B
• Diagnosis Pra Bedah : Apendiksitis akut
• Puasa : 6 jam
• IMT : 22 (Normoweight)
• TTV : TD= 100/68
HR=80x/menit
RR=20x/menit
Suhu=37
• SPO2 : 99%
Status anastesi
• Persiapan preoperasi :
– Surat persetujuan Operasi dan Anestesi
– Puasa 6 jam
– Premedikasi : Ondansentron 4mg
• Jenis anestesi :
– Anestesi umum intubasi, dengan endotracheal tube no. 7
– Setelah pemberian pre-medikasi dengan ondansentron, pasien mulai diinduksi dengan
pemberian fentanyl, propofol dan noveron
– Dalam waktu ± 1 menit pasien tertidur
– Cek refleks bulu mata (-) lakukan pemasangan sungkup dan oksigenisasi
– Setelah ± 3 menit dengan saturasi 99%, dilakukan intubasi
– Masukkan ETT no 7 , gunakan laringoskop untuk mempermudah under vision intubasi
dan laringoskop harus diposisikan saat bagian ujung tube telah mencapai orofaring.
– Cek lapang paru dengan stetoskop kedua lapang paru teroksigenisasi simetris
– Hubungkan ETT dengan pipa gas, berikan O2 6L dan N2O 2L Sevoflurane 2%
– Fiksasi interna ETT dengan cuff, fiksasi eksterna dengan plester
• Anestesi dengan : Induksi : Fentanyl 75 mcg iv, Propofol 100 mg iv, Noveron 30 mg iv
• Infus : Tangan Kanan, IV line abocath 20 G, cairan RL
Tanda vital intraoperatif
12.00 128/78 88 98
10.45 130/81 82 99
11.00 126/75 78 99
11.30 118/72 82 99
Monitoring cairan
• Perhitungan cairan : BB 62 kg
– 10 Kg I : 10 x 4cc/KgBB/jam = 40 cc/jam
– 10 Kg II : 10 x 2 cc/KgBB/jam = 20 cc/jam
– Sisanya 42 x 1 cc/KgBB/jam = 42 cc/jam
Total = 102 cc /jam
Aldrette Score
Aktifitas 2
Pernafasan 2
Sirkulasi 2
Warna Kulit 1
Kesadaran 1
Total 8
Jika jumlahnya ≥ 8, maka pasien dapat pindah ke ruangan
Terapi pasca bedah
• S : Keluhan nyeri di perut kanan bawah berkurang, masih terasa nyeri di luka operasi
• O :
Keadaan Umum = Tampak sakit ringan,
Kesadaran = Komposmentis
Tekanan Darah = 120/80mmHg
Nadi = 86x/m
Respirasi = 20x/m
Suhu Badan = 37oC
• A : Appendisitis akut Post Appendiktomi Hari I
• P :
– IVFD RL 1000 cc : D5 500 cc / 24 jam
– minum 2L/ 24 jam
– Ceftriakson 2 x 1 gr
– Keterolac 2 x 1 amp
– metronidazol 2x1
– monitor tekanan darah
TINJAUAN PUSTAKA
General Anestesi
Definisi
• Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aesthesis
berarti rasa atau sensasi
• Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa
atau disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara dan
dapat kembali kepada keadaan semula
• Kontraindikasi mutlak :
– dekompresi kordis derajat III – IV
– AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang P)
• Kontraindikasi Relatif :
– hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110)
– DM tak terkontrol
– infeksi akut
– Sepsis
– GNA.
Persiapan
Kunjungan Pre
Pre medikasi
anestesi
Dasar-dasar sebuah operasi adalah evaluasi pre operasi, yaitu riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan harus lengkap mencakup riwayat semua obat yang pernah
digunakan oleh pasien, semua obat terkait dengan alergi, dan reaksi terhadap anestesi
sebelumnya.
• Sebelum pasien masuk dalam kamar bedah, periksa ulang apakah pasien
atau keluarga sudah memberi izin pembedahan secara tertulis (informed
concent).
Obat pre-medikasi
• Premedikasi sendiri ialah pemberian obat ½ - 1 jam sebelum induksi anestesia dengan tujuan
melancarkan induksi
• Gol. Antikolinergik
– Atropin, u/ mencegah hipersekresi kelenjar ludah, antimual dan muntah. Dosis 0,4 – 0,6
mg IM
• Gol. Hipnotik – sedatif
– Barbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital) u/ sedasi dan mengurangi kekhawatiran
sebelum operasi. Dosis dewasa 100 – 200 mg, pada bayi dan anak 3 – 5 mg/kgBB
• Gol. Analgetik narkotik
– Morfin, u/ mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang operasi. Dosis dewasa 10
– 20 mg.
– Pethidin, u/ menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos.
Dosis premedikasi dewasa 25 – 100 mg IV.
• Gol. Transquilizer
– Diazepam (Valium) Diberikan dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar
hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 0,2 mg/kgBB IM.
Obat obatan Dalam Anestesi
Umum
Obat anestesik intravena
• Benzodiazepine
– Sifat : hipnotik – sedative, amnesia, pelemas otot ringan. Kontraindikasi : porfiria dan
hamil. Dosis : Diazepam : induksi 0,2 – 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 – 0,45
mg/kg IV
• Propofol
– Sangat penting. Propofol dapat menghasilkan anestesi kecepatan yang sama dengan
pemberian barbiturat, dan waktu pemulihan yang lebih cepat. Dosis : 2 – 2,5 mg/kg IV
• Ketamin
– Rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic. Indikasi : pengendalian jalan napas yang
sulit,, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi dan asma. Dosis bolus 1- 2 mg/kgBB
• Thiopentone Sodium
– Indikasi : operasi singkat, sedasi anestesi regional, dan untuk mengatasi kejang.
Keuntungannya : induksi mudah, cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas. Dosis 5
mg/kg IV, hamil 3 mg/kg IV.
Obat anestesi inhalasi
• N2O
– mempunyai efek analgesic yang baik, dengan inhalasi 20%. Kadar
optimum untuk mendapatkan efek analgesic maksimum ± 35%
• Halotan
– Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya
baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi. Kadar
minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.
• Isofluran
– Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar obat dalam udara
yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan nafas dan
batuk. Isofluran merelaksasi otot sehingga baik untuk intubasi.
• Sevofluran
– Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling
disukai untuk induksi inhalasi.
Pemulihan
ANAMNESIS
• Riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan pertama kali di ulu hati.
• Diikuti mual dan muntah, demam ringan.
• Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah beberapa jam, sampai dengan 24
jam.
Diagnosis
PEMERIKSAAN
FISIK
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah
dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul
kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada
panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk
Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah.
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah
kemudian dilepaskan tiba-tiba
ALVARADO SCORE Diagnosis
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut 1
kanan bawah
Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 ° C 1
Pemeriksaan Lab Leukositosis 2
Total 10
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
PEMERIKSAAN Diagnosis
PENUNJANG
• Darah: Leukositosis
Laboratorium • Urin: untuk melihat adanya eritrosis, leukosit dan
bakteri didalam urin
Apendektomi
Komplikasi
• Appendicitis chronic
TERIMA KASIH
kriteria elektif dan emergency
pada pasien apendiksitis
kriteria elektif dan emergency
pada pasien apendiksitis
Massa periapendikuler Perforasi Peritonitis
• Selain itu tergantung dari individu dimana pada gas sevofulran mempunyai
kelarutan yang berbeda dibandingkan dengan isofluran kelarutan tsb
berhubungan dengan gas dalam lemak dimana faktor individu sangat
berpengaruh gas sevofluran kelarutannya tidak sekuat isofluran