Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

“ANESTESI UMUM PADA APENDIKSITIS AKUT”


Dokter Pembimbing:
dr. Edwin Haposan Martua, Sp.An., M.Kes.AIFO

Ibnu Fajar Sidik - 2013730148


Identitas Pasien

• Nama : Tn. RH
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 22 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Buruh
• Alamat : Kp. Cibatuhilir RT 01/ RW 11 Sekarwangi,
Cibadak
• No.Rekam Medik : 5718**
• Ruangan : Nyi Ageng Serang Lt. 2
• Tanggal masuk RS : 2 Juli 2018
• Tanggal operasi : 2 Juli 2018
Anamnesis

• Keluhan utama
– Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari SMRS

• Riwayat penyakit sekarang


– Pasien datang ke RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 2 hari yang lalu. Rasa nyeri awalnya berada pada ulu hati
lalu berpindah ke perut kanan bawah dan nyeri hilang timbul sehingga
pasien hanya berobat ke puskesmas dan mengonsumsi obat dari
puskesmas yaitu antasida tapi pasien merasa tidak membaik. Rasa
nyeri di perut kanan bawah semakin terasa sehingga pasien datang ke
IGD RSUD Sekarwangi. Nyeri perut disertai demam, keluhan disertai
mual namun tidak muntah, pasien juga nafsu makan berkurang. BAB
dan BAK tidak ada keluhan.
Anamnesis

• Riwayat Operasi:
– Pasien belum pernah menjalani operasi dan tindakan pembiusan lokal
ataupun sebelumnya.

• Riwayat penyakit dahulu


– Riwayat hipertensi disangkal, Riwayat diabetes melitus disangkal,
Riwayat Penyakit kardiovaskular disangkal, Riwayat Penyakit
Pernapasan disangkal, Riwayat Alergi Obat disangkal, Riwayat operasi
sebelumnya tidak ada.

• Riwayat Penyakit Keluarga


– Pasien menyangkal adanya penyakit yang serupa pada keluarga pasien,
hipertensi disangkal, Diabetes Melitus disangkal
Anamnesis

• Riwayat Pengobatan
– Pasien berobat ke puskesmas dan jika terasa nyeri pasien
mengonsumsi antasida tapi merasa tidak membaik

• Riwayat Alergi
– Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap makanan, obat-
obatan, maupun terhadap cuaca atau suhu tertentu.

• Riwayat Psikososial
– Pola makan pasien tidak teratur, Pasien senang mengonsumsi
makanan yang asam dan pedas. Pasien tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol.
Pemeriksaan fisik

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : Composmentis
• BB / TB : 62/168
• IMT : 22 (Normoweigt)

• Tanda Vital
– Tekanan darah : 100/70mmHg
– Pernafasan : 20x / menit
– Denyut nadi : 80 x / menit
– Suhu : 37.5’C
Pemeriksaan fisik

• Status Generalis
– Kepala : Normocephal, simetris, rambut bewarna hitam, alopesia (-)
– Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3 mm/3 mm), eksoftalmus (-/-)
– Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-), livid (-/-)
– Telinga : Normotia, membran timpani intak, nyeri tekan (-/-), serumen
(-/-), sekret (-/-)
– Mulut : Bibir kering (-),
– Leher : Pembesaran KGB (-), abses (-)
– Tengggorokan : Faring hiperemis (-) Tonsil T1/T1
– Thoraks :
Paru-paru
Inspeksi : Normochest, simetris dextra-sinistra, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus teraba dikedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikular +/+, wheezing -/-, ronki -/-
Pemeriksaan fisik

• Status generalis
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : Kanan; ICS II linea parasternal dextra
Kiri; ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi : Distensi abdomen (-), defans muscular (-)
Auskuktasi : Bising usus 2x/menit
Palpasi : nyeri tekan McBurney (+), Nyeri tekan lepas (+) Psoas sighn
(+) hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di empat kuadran region abdomen
Pemeriksaan fisik

• Status generalis
Ekstremitas Atas Bawah
Akral Hangat Hangat
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
CRT < 2 detik + +
Pemeriksaan penunjang

• Laboratorium
– Hematologi
• Hb : 12.6 g/d
• Leukosit : 12.900mm3 (↑)
• Trombosit : 232.000 mm3
• Hematokrit : 38 %
• Waktu Pembekuan: 6 Menit

– Kimia Darah
• Gula darah Puasa : 98 mg/dl
• Ureum : 21 mg/dl
• Creatinin Serum : 0.8 mg/dl
• Natrium : 143 mmol/l
• Kalium : 5.0 mmol/l
• SGOT : 17 U/L
• SGPT : 26 U/L
Status anastesi

• ASA :I
• Tanggal Operasi : 2 Juli 2018
• Ahli Anastesi : dr. Edwin Haposan Martua, Sp.An., M.Kes.AIFO
• Ahli Bedah : dr. Gatot, Sp.B
• Diagnosis Pra Bedah : Apendiksitis akut
• Puasa : 6 jam
• IMT : 22 (Normoweight)
• TTV : TD= 100/68
HR=80x/menit
RR=20x/menit
Suhu=37
• SPO2 : 99%
Status anastesi

• B1 (breathing) : Airway bebas, nafas spontan, RR: 20X/menit. Mallapati


score : 1. Hidung: pendarahan (-), deviasi septum (-).
Leher: trakea ditengah. Paru: suara paru vesikuler, rh(-/-),
wh(-/-).
• B2 (Blood) : Akral hangat, merah, dan kering. Nadi 80x/menit,
regular dn kuat, TD : 100/68mmHg, JVP tidak meningkat.
• B3 (Brain) : Kesadaran Compos Mentis, GCS: 15(E4V5M6), riwayat
kejang (-), riwayat pingsan (-), pupil bulat isokor Ø 3mm |
3mm, refleks cahaya +|+
• B4 (Bladder) : Terpasang kateter, produksi urin selama operasi +50 cc,
warna kuning jernih.
• B5 (Bowel) : Supel. palpasi: nyeri tekan McBurney (+), Nyeri tekan
lepas (+). Perkusi : tympani (+), BU (+).
• B6 (Bone) : Fraktur (-), edema (-), sianosis (-)
Pre-operasi

• Persiapan preoperasi :
– Surat persetujuan Operasi dan Anestesi
– Puasa 6 jam
– Premedikasi : Ondansentron 4mg

• Tindakan anastesi, perisapan :


– Menyiapkan meja operasi
– Menyiapkan mesin dan alat anestesi
– Menyiapkan Komponen STATICS dan General Anestesi.
– Menyiapkan obat anastesi yang diperlukan
– Menyiapkan obat-obat resusitasi : Atropin 0,25 mg, Ephedrine 50 mg/mL, Adrenalin.
– Menyiapkan tiang infuse dan plester.

• Jenis pembedahan : Appendectomy


• Teknik anastesi :
– Pada kasus ini, digunakan General Anestesi.
– Pernafasan : ventilator, O2 : N2O = 3 : 1
– Lama Operasi : 1 jam (12.00-13.00 WIB)
Pre-operasi

• Jenis anestesi :
– Anestesi umum intubasi, dengan endotracheal tube no. 7
– Setelah pemberian pre-medikasi dengan ondansentron, pasien mulai diinduksi dengan
pemberian fentanyl, propofol dan noveron
– Dalam waktu ± 1 menit pasien tertidur
– Cek refleks bulu mata (-) lakukan pemasangan sungkup dan oksigenisasi
– Setelah ± 3 menit dengan saturasi 99%, dilakukan intubasi
– Masukkan ETT no 7 , gunakan laringoskop untuk mempermudah under vision intubasi
dan laringoskop harus diposisikan saat bagian ujung tube telah mencapai orofaring.
– Cek lapang paru dengan stetoskop kedua lapang paru teroksigenisasi simetris
– Hubungkan ETT dengan pipa gas, berikan O2 6L dan N2O 2L Sevoflurane 2%
– Fiksasi interna ETT dengan cuff, fiksasi eksterna dengan plester

• Anestesi dengan : Induksi : Fentanyl 75 mcg iv, Propofol 100 mg iv, Noveron 30 mg iv
• Infus : Tangan Kanan, IV line abocath 20 G, cairan RL
Tanda vital intraoperatif

Waktu Tekanan Darah Nadi/menit SpO2 (%)

12.00 128/78 88 98

10.45 130/81 82 99

11.00 126/75 78 99

11.30 118/72 82 99
Monitoring cairan

• Perhitungan cairan : BB 62 kg
– 10 Kg I : 10 x 4cc/KgBB/jam = 40 cc/jam
– 10 Kg II : 10 x 2 cc/KgBB/jam = 20 cc/jam
– Sisanya 42 x 1 cc/KgBB/jam = 42 cc/jam
Total = 102 cc /jam

• Cairan stress operasi  derajat operasi  sedang


– 4 cc/kgbb/jam
– 4 x 62= 248 cc/jam

• Cairan pengganti puasa


– lama puasa x maintenance
– 6 jam x 102cc/jam = 612 cc
Monitoring cairan

• Cairan yang diberikan


– Jam I : Maintenance +( ½ x pengganti puasa) + stress operasi
• 102 ml + 306 ml + 248 ml = 656 ml/jam

– Jam II : Maintenance + (¼ x pengganti puasa) + stress operasi


• 102 ml + 153 ml + 248 ml = 503 ml/ jam

– Jam III : Maintenance + (¼ x pengganti puasa) + stress operasi


• 102 ml + 153 ml + 248 ml = 503 ml/ jam

– Jam IV : Maintenance + stress operasi


• 102 ml + 248 ml = 350 ml/jam

– Selanjutnya : Maintenace = 350 ml /jam


Post-operatif

• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : CM
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit

Aldrette Score
Aktifitas 2
Pernafasan 2
Sirkulasi 2
Warna Kulit 1
Kesadaran 1
Total 8
Jika jumlahnya ≥ 8, maka pasien dapat pindah ke ruangan
Terapi pasca bedah

• Observasi KU, TTV, Perdarahan Luka Operasi


• O2 3LPM via NC
• Puasa terlebih dahulu, boleh makan minum bila BU (+) dengan sedikit
sedikit
• Ondancetron 4 mg
• Tramadol 200 mg + Ketorolac 30 mg dalam RL 500 cc / 20 tpm
• Th/ Lain-lain sesuai terapi T.S dr. Gatot, Sp.B
Follow up post-operasi

• Hari/Tanggal : Selasa / 03 Juli 2018


• Jam : 18.00 WIB

• S : Keluhan nyeri di perut kanan bawah berkurang, masih terasa nyeri di luka operasi
• O :
Keadaan Umum = Tampak sakit ringan,
Kesadaran = Komposmentis
Tekanan Darah = 120/80mmHg
Nadi = 86x/m
Respirasi = 20x/m
Suhu Badan = 37oC
• A : Appendisitis akut Post Appendiktomi Hari I
• P :
– IVFD RL 1000 cc : D5 500 cc / 24 jam
– minum 2L/ 24 jam
– Ceftriakson 2 x 1 gr
– Keterolac 2 x 1 amp
– metronidazol 2x1
– monitor tekanan darah
TINJAUAN PUSTAKA
General Anestesi
Definisi

• Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aesthesis
berarti rasa atau sensasi

• Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa
atau disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara dan
dapat kembali kepada keadaan semula

• Anestesi umum adalah menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara


sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible.
Tujuan

• Tujuan anestesi umum adalah


– hipnotik
– analgesik
– relaksasi dan stabilisasi otonom
Syarat

• Adapun syarat ideal dilakukan anestesi umum adalah :


– Memberi induksi yang halus dan cepat.
– Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespons
– Timbulkan keadaan amnesia
– Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasan.
– Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang
cukup untuk tindakan operasi.
– Memberikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tidak
berlangsung lama.
Kontraindikasi

• Kontraindikasi mutlak :
– dekompresi kordis derajat III – IV
– AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang P)

• Kontraindikasi Relatif :
– hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110)
– DM tak terkontrol
– infeksi akut
– Sepsis
– GNA.
Persiapan

Kunjungan Pre
Pre medikasi
anestesi

Tentukan status Meminta pasien


pasien dengan ASA untuk puasa
Persiapan pre-operasi

Dasar-dasar sebuah operasi adalah evaluasi pre operasi, yaitu riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan harus lengkap mencakup riwayat semua obat yang pernah
digunakan oleh pasien, semua obat terkait dengan alergi, dan reaksi terhadap anestesi
sebelumnya.

Anamnesis Pemeriksaan Penunjang


- pernah mendapat Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
anestesi sebelumnya - Status generalis laboratorium atas
- penyakit – penyakit - pemeriksaan gigi – indikasi
sistemik, saluran geligi Misalnya :
napas - tindakan buka mulut, pemeriksaan darah (Hb,
- alergi obat leher kaku dan leukosit, masa
pendek pendarahan, masa
pembekuan), radiologi,
EKG.
Klasifikasi mallampati
The American Society Of Anesthesiologist
(ASA).
• ASA I : Pasien dalam keadaan normal dan sehat.
• ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit
lain
• ASA III : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat
yang diakibatkan karena berbagai penyebab
• ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam kehidupannya.
• ASA V : Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun
dioperasi atau tidak.

• Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan


mencantumkan tanda darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE.
Persiapan puasa, kateter & izin
pembedahan
• Pengosongan lambung  mencegah aspirasi lambung karena regurgutasi
atau muntah
• Pada pembedahan elektif :
– anak dan dewasa 4 – 6 jam
– bayi 3 – 4 jam
• Pada pembedahan darurat : dilakukan dengan memasang pipa nasogastrik
atau dengan cara lain yaitu menetralkan asam lambung dengan
memberikan antasida (magnesium trisilikat) atau antagonis reseptor H2
(ranitidin).

• Kandung kemih juga harus dalam keadaan kosong  dipasang kateter

• Sebelum pasien masuk dalam kamar bedah, periksa ulang apakah pasien
atau keluarga sudah memberi izin pembedahan secara tertulis (informed
concent).
Obat pre-medikasi

• Premedikasi sendiri ialah pemberian obat ½ - 1 jam sebelum induksi anestesia dengan tujuan
melancarkan induksi

• Gol. Antikolinergik
– Atropin, u/ mencegah hipersekresi kelenjar ludah, antimual dan muntah. Dosis 0,4 – 0,6
mg IM
• Gol. Hipnotik – sedatif
– Barbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital) u/ sedasi dan mengurangi kekhawatiran
sebelum operasi. Dosis dewasa 100 – 200 mg, pada bayi dan anak 3 – 5 mg/kgBB
• Gol. Analgetik narkotik
– Morfin, u/ mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang operasi. Dosis dewasa 10
– 20 mg.
– Pethidin, u/ menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos.
Dosis premedikasi dewasa 25 – 100 mg IV.
• Gol. Transquilizer
– Diazepam (Valium) Diberikan dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar
hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 0,2 mg/kgBB IM.
Obat obatan Dalam Anestesi
Umum
Obat anestesik intravena

• Benzodiazepine
– Sifat : hipnotik – sedative, amnesia, pelemas otot ringan. Kontraindikasi : porfiria dan
hamil. Dosis : Diazepam : induksi 0,2 – 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 – 0,45
mg/kg IV

• Propofol
– Sangat penting. Propofol dapat menghasilkan anestesi kecepatan yang sama dengan
pemberian barbiturat, dan waktu pemulihan yang lebih cepat. Dosis : 2 – 2,5 mg/kg IV

• Ketamin
– Rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic. Indikasi : pengendalian jalan napas yang
sulit,, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi dan asma. Dosis bolus 1- 2 mg/kgBB

• Thiopentone Sodium
– Indikasi : operasi singkat, sedasi anestesi regional, dan untuk mengatasi kejang.
Keuntungannya : induksi mudah, cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan napas. Dosis 5
mg/kg IV, hamil 3 mg/kg IV.
Obat anestesi inhalasi

• N2O
– mempunyai efek analgesic yang baik, dengan inhalasi 20%. Kadar
optimum untuk mendapatkan efek analgesic maksimum ± 35%
• Halotan
– Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya
baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi. Kadar
minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.
• Isofluran
– Isofluran berbau tajam sehingga membatasi kadar obat dalam udara
yang dihisap oleh penderita karena penderita menahan nafas dan
batuk. Isofluran merelaksasi otot sehingga baik untuk intubasi.
• Sevofluran
– Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling
disukai untuk induksi inhalasi.
Pemulihan

• Pada anestesi intravena : kesadaran akan kembali berangsurangsur dengan


turunnya kadar obat anestesi
• Pada anestesi pernafasan spontan tanpa menggunakan pipa endotrakeal
 menunggu sadarnya penderita. Sedangkan jika menggunakan pipa
endotrakheal, maka perlu dilakukan pelepasan atau ekstubasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Apendiksitis Akut
Definisi

• Appendicitis adalah infeksi pada organ appendik yang diawali


dengan penyumbatan dari lumen appendik oleh mucus,
fekalit, atau benda asing, yang diikuti oleh infeksi bakteri dari
proses peradangan
• Penyakit ini merupakan kegawatdaruratan bedah abdomen
yang paling sering ditemukan.
Gejala Klinis

• Nyeri pada sepertiga dari umblikus ke fossa ilaka kanan, itu


disebut titik Mc Burney
• Nyeri biasanya tajam dan diperburuk dengan gerakan (seperti
batuk dan berjalan)
• Disertai dengan rasa mual dan muntah
• Demam suhu antara 37,5 – 38,5ºC
Diagnosis

ANAMNESIS

• Riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan pertama kali di ulu hati.
• Diikuti mual dan muntah, demam ringan.
• Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah beberapa jam, sampai dengan 24
jam.
Diagnosis
PEMERIKSAAN
FISIK

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah
dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul
kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada
panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk

Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah.
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah
kemudian dilepaskan tiba-tiba
ALVARADO SCORE Diagnosis
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut 1
kanan bawah
Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 ° C 1
Pemeriksaan Lab Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shift to the left 1

Total 10
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
PEMERIKSAAN Diagnosis
PENUNJANG

• Darah: Leukositosis
Laboratorium • Urin: untuk melihat adanya eritrosis, leukosit dan
bakteri didalam urin

Foto polos • Gambaran opak fecalith yang nampak di kuadran kanan


bawah abdomen
abdomen

• Terdapat fekalit, udara intralumen, diameter apendiks


USG lebih dari 6 mm, penebalan dinding apendiks lebih dari
2 mm dan pengumpulan cairan perisekal
Penatalaksanaan

Apendektomi
Komplikasi

• Appendicitis chronic
TERIMA KASIH
kriteria elektif dan emergency
pada pasien apendiksitis
kriteria elektif dan emergency
pada pasien apendiksitis
Massa periapendikuler Perforasi Peritonitis

• Tjd apabila apendiksitis • Perforasi adalah • Peritonitis adalah


gangrenosa ditutup atau pecahnya organ peradangan pada
dibungkus oleh
omentum dan/ lekuk
tubuh yang memiliki peritonium (lapisan
Jadi yang perlu
usus halus.diperhatikan dalam pengamatan dinding atauapendiks untuk tindakan segera
pasien membran
atau serosa
tidak :
• Massa yang:masih bebas membran. rongga abdomen)
Dari anamnesis dan organ dalamnya.
 segera op untuk • Akan terbentuk
• Rasamencegah
sakit bertambah
penyulitDari parah
ketigaatau
komplikasi
tidak, dantersebut
atau bisa
terasa
abses apendiks di merupakan
seluruh bentuk
kuadran abdomen
• Demam tinggi, nyeri
• Perut terasa tegang dan
berupa penyebaran pus apendiks
kembungyang di lakukan tindakan segera atau
dengan ditandai semakin hebat yang
ke seluruh rongga
peritoneum emergency, namun dengan kenaikan pada massa
terkecuali meliputi seluruh
Dari pemeriksaan
• Pemantauan tdp fisik :periapendikuler mempunyai
suhu suhu dan nadi, nyeri perut, perut tegang
tubuh, ukuran, luas, dan
tindakan
bertambah, teraba elektif dalam dan kembung.
• Tanda vital terutama suhu dan frekuensi nadi terdapat
kondisi tertentu
massa, dan peningkatan
leukosit atau tidak
leukosit • Nyeri tekan dan
• Pada palpasi teraba
• Bila tanda diatas hilangmassa pada daerah perut kanan
meningkat. bawah, nyeri tekan dan defans muscular
defans muscular di

diseluruh perut
boleh elektif agar seluruh perut, tj
perdarahan akibat ileus paralitik  BU
• Padaperlengketan
auskultasidapat BU menurun atau menghilang
ditekan sekecil mungkin menurun /
• Pada anak kecil, wanita menghilang
Dari pemeriksaan penunjang
hamil, dan geriatri,
:
• Darah lenkap
terapi : lekukosit
konservatif / meningkat
sudah abes 
• Pemeriksaan segera
lain seperti foto polos abdomen dan USG bila keadaan pasien memungkinkan.
waktu pemulihan antara
sevofluran dan isofluran
• Banyak faktor yang mempercepat induksi juga mempercepat pemulihan:
– Elminasi rebreathing
– Aliran gas baru yang tinggi
– Rendahnya volume sirkuit anestesi
– Penyerapan yang rendah oleh sirkuit anestetik
– menurunnya kelarutan
– aliran darah serebral yang tinggi
– dan peningkatan ventilasi
waktu pemulihan antara
sevofluran dan isofluran

• Selain itu tergantung dari individu dimana pada gas sevofulran mempunyai
kelarutan yang berbeda dibandingkan dengan isofluran  kelarutan tsb
berhubungan dengan gas dalam lemak dimana faktor individu sangat
berpengaruh  gas sevofluran kelarutannya tidak sekuat isofluran

Anda mungkin juga menyukai