Anda di halaman 1dari 25

Kolaborasi TB-HIV

Oleh:
Dinas Kesehatan Prov. Jawa Timur
DOTS
Epidemi TB
Epidemi HIV

13/08/2018
Dasar
Dasarkebijakan kolaborasi
Kebijakan Kolaborasi
• “Two diseases, one patient”
• Hak pasien memperoleh pelayanan yang
komprehensif dan bermutu
• Kolaborasi fungsional bukan struktural
(integrasi program)
• Memanfaatkan strategi dan sistem
pelayanan yang ada (TB dan HIV-AIDS)
• Memberikan manfaat pada kedua program
TB dan AIDS
Risiko TB
70% selama hidup 60%
60%
50%
40%
30%
20% 10%
10%
0%
PPD+/HIV-negatif PPD+/HIV+

13/08/2018
Epidemiologi ko-infeksi TB-HIV

1/3 ODHA terinfeksi TB


TB merupakan IO terbanyak dan penyebab
kematian utama pada ODHA
40 % kematian ODHA terkait dengan TB

13/08/2018
Infeksi TB vs Penyakit TB (TB aktif)

 Infeksi TB – organisme ada, tetapi bersifat dormant


(tidur), tidak dapat menginfeksi orang lain
 Penyakit TB – orang tsb sakit dan dapat menularkan
penyakitnya ke orang lain
 10% orang dgn infeksi TB akan menjadi penyakit
TB
 Setiap orang dgn TB aktif dapat menginfeksi 10-15
orang/tahun

13/08/2018
Model Jejaring Kolaborasi Pelayanan TB-HIV

TB HIV

Layanan Terintegrasi
Rujukan HIV TB ‘One stop service’

Rujukan dalam satu


TB HIV Fasyankes
TB-HIV
Rujukan

Rujukan beda Fasyankes


Alur layanan ODHA
KTH (TPIK) sebagai pintu masuk layanan
Poliklinik
TB Bangsal
IMS Penyakit Dalam
Datang sendiri Poli Umum Anak
Poli Anak Bedah
Poli Kebidanan Kebidanan
(PMTCT)
Poli KIA/KB
Penjangkauan
Poli mata Rutan dan Lapas
Penasun, Waria, Gay,
Poli Gigi
PSK
Poli Jiwa
Klinik Rumatan Unit Transfusi
Tes Metadon
atas Inisiatif Petugas Darah
Keluarga Kesehatan dan Konseling
Pasangan (TIPK) - atau Pelayanan
Anak Swasta
KTS
Klinik/ Praktek
swasta
Organisasi kemasyarakatan Pelayanan
Kelompok sebaya, PBR, PKK, Kesehatan
HIV +
SPSI, Karang Taruna 20 Perusahaan
Dokumentasi hasil tes
Konseling pasca tes
Informasikan pelayanan
Pengobat
yang tersedia
Tradisional
Dukun
Pasien ikut dalam Perawatan Kronis HIV
JEJARING LAYANAN TB-HIV

• RUJUKAN PITC • PENILAIAN STATUS TB


• RUJUKAN VCT PADA ODHA
• DIAGNOSIS TB PADA • RUJUKAN DIAGNOSIS TB
ODHA • DIAGNOSIS HIV PADA
• PENGOBATAN TB PADA PASIEN TB
ODHA • PDP PADA ODHA DG TB
• PPK, (INH PROFILAKSIS) • PPK, (INH PROFILAKSIS)
• KIE • KIE
• RR • RR
Kapan infeksi TB menjadi penyakit?

 Kebanyakan terjadi dalam 2 tahun pertama


setelah infeksi
 Jika orang menjadi immunocompromised
 HIV
 Kanker
 Khemoterapi
 Diabetes yang tidak terkontrol
 Malnutrisi

13/08/2018
ModelModel
Layanan Kolaborasi
Layanan TB-HIV
TB-HIV

1. Model Layanan Paralel

2. Model Layanan Terintegrasi


Kegiatan Kolaborasi TB-HIV
A. Membentuk mekanisme kolaborasi JOINT
A.1. Membentuk Pokja TB-HIV di semua tingkat
A.2. Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB
A.3. Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV
A.4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
B. Menurunkan beban TB pada ODHA HIV
B.1. Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya
B.2. Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan
tempat orang terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza)

C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB TB


C.1. Menyediakan konseling & test HIV
C.2. Melaksanakan cara-cara pencegahan HIV & PMS
C.3. Menyediakan Cotrimoxazole Preventive Therapy (CPT)
C.4. Melaksanakan HIV/AIDS care and support & treatment (CST)
Menurunkan Beban TB pada ODHA
A. Mengintensifkan penemuan kasus TB dan
pengobatannya
B. Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan
kesehatan dan tempat orang terkumpul
(rutan/lapas, panti rehabilitasi napza)
C. Memperkenalkan Isoniazid PreventiveTherapy
(IPT)
Mengintensifkan Penemuan Kasus TB
pada ODHA

• Edukasi Tentang TB pada layanan HIV


• Skrining gejalaTB pada ODHA, dan
• Diagnosis dini TB pada ODHA.
Edukasi Tentang TB
Edukasi pertama sebelum diagnosis TB ditegakkan
 Apa itu penyakit TB dan apa bahaya TB pada ODHA
 Apa gejala-gejala suspek TB
 Pemeriksaan apa saja yang perlu dijalani untuk
menegakkan diagnosis TB

Edukasi selanjutnya yaitu setelah diagnosis TB


ditegakkan
 Cara menjalani pengobatan TB
 Pentingnya pengawasan langsung menelan obat
 Cara pencegahan penularan TB ke orang lain
Skrining Gejala TB pada ODHA

• Skrining gejala/pengkajian status TB


dilakukan pada setiap ODHA berkunjung
(tiap bulan)
• menggunakan formulir skrining gejala dan
tanda TB pada ODHA
FORMULIR SKRINING GEJALA DAN TANDA TB PADA ODHA

Nama pasien : ………………………………………………


No. Register Nasional HIV : ………………………………………………
Tanggal : ………………………………………………

No Gejala dan Tanda TB Ya Tidak


1. Batuk selama 2-3 minggu atau lebih
2. Demam hilang timbul lebih dari 1 bulan
3. Keringat malam tanpa aktivitas
4. Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
5. Pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 2 cm
Lainnya ……………………………
6.
Bila jawaban ”ya” pada salah satu pertanyaan di atas: segera rujuk untuk pemeriksaan dahak
secara mikroskopis atau pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis TB.
Kalau sarana pemeriksaan untuk penegakan diagnosis TB tidak tersedia di unit pelayanan
Bila jawaban ”tidak” pada semua pertanyaan di atas, ulangi pertanyaan di atas
pada kunjungan berikutnya.
Petugas,

(………………………)

Catatan
Formulir ini dapat digunakan pada layanan tes HIV dan PDP
Tanda dan gejala TB
- Apakah ada batuk selama lebih dari 2 minggu?
- Adakah ada demam?
- Apakah ada berkeringat malam tanpa aktivitas?
- Apakah terjadi penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas?
- Apakah ada ada pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran
lebih dari 2 cm?

Salah satu jawabannya Ya

Suspek TB

Mengisi TB 06, TB 05
ambil dahak (SPS)

Laboratorium
Permenkes 21 / 2013
Keterkaitan dengan Kolaborasi TB-HIV
Pendahuluan
Permenkes 21 / 2013

o Peraturan Menteri Kesehatan tentang


Penanggulangan HIV dan AIDS

o Kepmenkes 1285/Menkes/SK/X/2002 tentang


Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan PMS
tidak sesuai dengan kondisi saat ini
TIPK dan kolaborasi TB-HIV (1)
TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari
standar pelayanan bagi:
Setiap orang dewasa, remaja, dan anak-
anak yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan dengan tanda, gejala, atau
kondisi medis yang mengindikasikan atau
patut diduga telah terjadi infeksi HIV
terutama pasien dengan riwayat penyakit
tuberculosis dan IMS
(pasal 24, ayat 3, poin a)
TIPK dan kolaborasi TB-HIV (2)
Pada wilayah epidemi meluas, TIPK harus
dianjurkan pada semua orang yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai bagian dari standar pelayanan.
(pasal 24, ayat 4)
TIPK dan kolaborasi TB-HIV (3)
Pada wilayah epidemi terkonsentrasi dan
meluas, TIPK dilakukan pada semua orang
dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan
tanda dan gejala yang mengindikasikan infessi
HIV, termasuk tuberkulosis, serta anak dengan
riwayat terpapar HIV pada masa perinatal, pada
pemerkosaan dan kekerasan seksual lain.
(pasal 24, ayat 7)
TIPK dan kolaborasi TB-HIV (4)
• TIPK sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
terutama diselenggarakan pada:
a. pelayanan IMS;
b. pelayanan kesehatan bagi populasi
kunci/orang yang berperilaku risiko tinggi;
c. fasilitas pelayanan yang
menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan
ibu hamil, persalinan dan nifas; dan
d. pelayanan tuberkulosis.
(Pasal 24, ayat 8)
Terima kasih

13/08/2018

Anda mungkin juga menyukai