Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 17

Rhinitis Alergi

1. Fitratul wahyuni (2605006)


2. Sintia putri ayu (2605047)
Pengertian

Rinitis alergi merupakan suatu


kumpulan gejala kelainan hidung yang
disebabkan proses inflamasi yang
diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE)
akibat paparan alergen pada mukosa
hidung.
Lanjutan…
• Int. Study of Asthma & Allergies in Children (ISAAC) di
Indonesia

(6-7 th) •0,8%-14,9%

(13-14 th) •1,4%-39,7%

% dewasa •10-20%
Prevalensi usia 15-30 tahun
terbesar

usia sekolah dan


produktif
• Fisik
•Emosional
• gangguan bekerja dan sekolah
• gangguan tidur malam hari akibat
sumbatan hidung
• sakit kepala, lelah
• penurunan kewaspadaan dan
penampilan
Klasifikasi rhinitis alergi
SEASONAL ALLERGIC RHINITIS (SAR) – terjadi
pada waktu yang sama setiap tahun. Seperti
serbuk sari pada musim semi, dll.

PERRENIAL ALLERGIC RHINITIS (PAR) – terjadi


setiap saat dalam setahun. Seperti debu, polusi,
dll

OCCUPATIONAL ALLERGIC RHINITIS (OAR) -


disebabkan oleh pekerjaan. Seperti asap pabrik,
dll
Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO
Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun
2000

berdasarkan sifat
berlangsungnya dibagi menjadi :

Intermiten (kadang-
Persisten
kadang)

bila gejala kurang dari 4 bila gejala lebih dari 4 hari/minggu


hari/minggu atau kurang dari 4 dan atau lebih dari 4 minggu
minggu.
Berdasarkan tingkat berat ringannya
penyakit

tidak ditemukan gangguan


tidur, gangguan aktifitas
Ringan harian, bersantai, berolahraga,
belajar, bekerja dan hal-hal lain
yang mengganggu.

Rinitis alergi

Sedang atau bila terdapat satu atau lebih


berat dari gangguan tersebut diatas
Patofisiologi
Genetik &
riwayat
keluarga atopi

Sensitisasi pd
Paparan alergen
masa kehidupan
tinggi
dini

Faktor
resiko
Efek jangka
panjang polusi
gaya hidup udara : ozon,
NO, gas buang
kendaraan
Faktor infeksi pd
masa neonatus (
keseimbangan
Th1 dan Th2,
hygiene
hypothesis )
Diagnosis

• Riwayat keluarga alergi, terpajan


alergen, gejela menetap atau musiman,
penyakit pernafasan yang mendasari,
Riwayat infeksi dan vaksinasi dimasa kanak
kanak.

• kongesti nasal, rinorea, cairan pasca


nasal, sakit tenggorokan, batuk (bila
berbaring, serak, bersin, hidung gatal,
Gejala mata barair, sakit kepala, nyeri telingan,
kehilangan penciuman dan
pengecepan.
Pemeriksaan
Skin prick test : untuk mengetahui jenis
alergen penyebab alergi

IgE serum spesifik: dilakukan apabila skin prick test (-).


Dilakukan dengan teknik Radioallergosorbent test (RAST)

Tes provokasi hidung (Nasal Chalenge Test): dilakukan bila riwayat


alergi positif tetapi hasil tes alergi negatif

Foto polos sinus paranasal/ CT SCAN/ MRi


Rinitis infeksiosa (rinovirus dan
adenovirus)

Rinitis medikamentosa

Rinitis gustatorium, vasomotor, atrofi


atau rinitis yang diinduksi obat

Diagnosa
banding Sinusitis

Polip nasal

Rinorea cairan serebrospinal

Sindrom diskinesia siliar


Terapi Famakologi
• klorfeniramin, difenhidramin, cetrizin, loratadin,
Antihistamin prometazin, triprolidin, dll

• fenilferin HCl, fenilpropalamin, pseudoefedrin, nafazolin


Dekongestan HCl, tetrahidrolozin HCl, oksimetazolin HCl

Kortikosteroid nasal • Dexametason, Dmometason, budesonide

Sodium kromolin

Antikolinergik • Ipratropium bromida

Leukotriene antagonis
Terapi Famakologi

Antihistamin Dekongestan
fenilferin HCl,
Kortikosteroid nasal
klorfeniramin, Dexametason,
fenilpropalamin,
difenhidramin, cetrizin, pseudoefedrin, nafazolin HCl, Dmometason,
loratadin, prometazin, tetrahidrolozin HCl, budesonide
triprolidin, dll oksimetazolin HCl

Antikolinergik Leukotriene
Sodium kromolin
Ipratropium bromida antagonis
Terapi Non Farmakologi

mengurangi rasa tidak


nyaman spt:
Hindari Pencetus
• menghirup uap dari
(Debu, serbuk sari,
semangkuk air panas
bulu binatang, dll)
• kompres air hangat di
daerah hidung

Menjaga
Kebersihan Rajin Berolahraga
Lingkungan
Interaksi obat
1. Antihistamin-kolinergik
Kombinasi dapat menyebabkan efek samping dari
antikolinergik berlebihan akibatnya
2. Antihistamin-antikonvulsan
menyebabkan mengantuk, pusing, hilangnya koordinasi
motorik serta kewaspadaan mental, kegagalan peredaran
darah dan fungsi pernafasan menyebabkan koma dan
kematian
3. Antihistamin-antidepresan
4. Antihistamin-pelemas otot
5. Antihistamin-propoksifen (analgetik ringan)
6. Antihistamin-fenfluramin
Contoh kasus
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Alamat : Lubuk Buaya, Padang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Berobat : 23 Desember 2017
Anamnesis
1. Keluhan utama : pilek kambuh-kambuh
2. Keluhan tambahan : bersin-bersin, pusing, mata
sakit, berair
3. Riwayat penyakit sekarang : keluhan pilek
kambuh-kambuhan kurang lebih 10 tahun,
memberat 1 bulan ini. Hidung dirasakan
tersumbat, dan keluar ingus cair. Pasien juga
mengeluh di tenggorokan terasa gatal. Bila pagi
hari dan udara dingin pilek dirasakan bertambah,
bersin-bersin juga.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan umum : pasien tampak pilek keluar ingus dari hidung
Kesadaran : Composmentis

Vital Sign
Tekanan Darah : 110/80
Nadi : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
T : suhu raba afebris
Diagnosa
• DIAGNOSA BANDING
Rhinitis vasomotor
• PENATALAKSANAAN
Non farmakologi : hindari penyebab alergi
dan olahraga
Farmakologi : Antibiotik, antihistamin,
dekongestan, kortekosteroid,
imunomodulator
Thankyou for you’re attention :D

Anda mungkin juga menyukai