Anda di halaman 1dari 36

Clinical Science Session

HUBUNGAN DISFONIA &


REFLUKS
LARINGOFARINGEAL

Oleh :
Christopher Andrew
Dendi Yose Windra

Pembimbing :
Dr. Novialdi, SpTHT-KL

1
Clinical Science Session

 Laryngopharyngeal reflux (LPR) / refluks laring


faring : pergerakan retrograde dari isi lambung
(asam dan enzim-enzim) ke laringofaring.
 Disfonia : setiap perubahan kualitas suara
menyangkut nada maupun intensitasnya, yang
disebabkan adanya gangguan laring secara
fungsional maupun organik yang terletak di sentral
maupun perifer.
Clinical Science Session

Anatomi Laring

3
Clinical Science Session

Anatomi Laring

4
Clinical Science Session

Anatomi Laring

5
Clinical Science Session

Anatomi Pita Suara

6
Clinical Science Session

Persarafan dan Vaskularisasi Laring

7
Clinical Science Session

Anatomi nervus laringeus rekuren kiri

8
Clinical Science Session 9
10

 berfungsi dalam kegiatan sfingter, fonasi, respirasi


dan aktifitas refleks.
 Sebagian besar otot-otot laring adalah adduktor
(mencegah benda-benda asing masuk ke dalam
paru-paru melalui aditus laringis)
 satu-satunya otot abduktor adalah
m.krikoaritenoideus posterior.
 Plika vestibularis : katup untuk mencegah udara
keluar dari paru-paru.
 Plika vokalis : berperan dalam menghasilkan suara
Clinical Science Session
11

Clinical Science Session


12

Clinical Science Session


13

Subsistem Organ Suara Peranan dalam Produksi Suara


Sistem tekanan udara Diafragma, otot dada, costa, otot Menghasilkan dan meregulasi tekanan
(air pressure system) abdomen, paru-paru udara sehingga mengakibatkan plica
vocalis bergetar

Sistem vibrasi Laring Plica vocalis bergetar, mengubah


(vibratory system) Plica vocalis tekanan udara menjadi gelombang
suara, yang digambarkan sebagai suara
dengungan (buzzy sound) dengan nada
yang bervariasi

Sistem Resonansi Traktus vokalis: faring, cavitas oral, Mengubah suara dengungan menjadi
(Resonating system) pasase nasal suara yang dapat dipahami

Clinical Science Session


14

Clinical Science Session


15

7 ETIOLOGI
DISFONIA

Clinical Science Session


1. Disfonia organik
16

o adalah gangguan suara yang disebabkan oleh kelainan


struktural pada laring.
o Yang tergolong ke dalam disfonia organik :
 Malformasi (disfonia displastik): Laringomalacia (kelainan
kongenital laring yang paling sering), paralisis laring
kongenital , kista laring kongenital, laryngeal web, sulcus
plica vocalis

Clinical Science Session


laringomalacia
17

Clinical Science Session


18

 Neoplasma: papiloma laring, nodul plica vocalis,


polip plica vocalis, granuloma plica vocalis,
amiloidosis laring (lesi jinak pada laring), karsinoma
laring.

Clinical Science Session


Neoplasma
19

Clinical Science Session


2. Disfonia Fungsional
20

 adalah gangguan suara akibat penggunaan yang


tidak tepat pada pita suara.
 Seringkali terjadi pada penyalahgunaan vokal atau
gangguan kepribadian.
 Stres emosional juga dapat menimbulkan tegangan
muskuloskeletal yang turut berperan dalam
penggunaan vokal yang tidak tepat.

Clinical Science Session


3. Disfonia Spasmodik
21

 merupakan gangguan suara yang mendadak dan


sementara akibat penutupan spasmodik glotis secara
singkat.
 ditandai dengan suara stakato (pendek- pendek),
kejang, ngotot, menekan atau mengerang.

Clinical Science Session


4. Disfonia akibat kelainan endokrin
22

 disebabkan oleh perubahan hormonal : perubahan


kadar estrogen dan progesterone selama kehamilan,
menopause, hipogonadisme, pubertas prematur, dan
gangguan tiroid.

Clinical Science Session


5. Disfonia akibat kelainan sentral
23

 akibat kelainan sentral disebabkan oleh lesi/


gangguan pada korteks serebri, jalur supranuclear
laring, atau nukleus motorik pada medulla (bulbar
palsy).

Clinical Science Session


6. Disfonia akibat kelainan muskular
24

 Penyakit otot apapun dapat menyebabkan disfonia


jika melibatkan otot-otot laring.
 Penyakit otot yang paling umum menyebabkan
disfonia adalah miastenia gravis. Ditandai :
lemahnya dan mudah lelahnya otot lurik khususnya
yang dipersarafi oleh nervus kranial termasuk wajah,
oral, palatum dan otot faringeolaringeal.

Clinical Science Session


7. Disfonia akibat paralisis laring / pita suara
25

 Paralisis otot laring dapat disebabkan oleh


gangguan persarafan, baik sentral maupun perifer.
 Penyebab sentral : paralisis bulbar,
siringomielia,tabes dorsalis, multiple sclerosis.
 Penyebab perifer : tumor tiroid,struma, pasca
strumektomi,trauma leher, tumor esophagus dan
mediastinum, penyakit jantung dengan hipertensi
pulmonal,kardiomegali, atelektasis paru, aneurisma
aorta dan arteria subklavikula kanan

Clinical Science Session


26

 LPR adalah refluks Ekstra Esofagus (REE) yang


merupakan manifestasi klinis PRGE (Penyakit
Refluks Gastro Esofagus) di luar esophagus.
 LPR muncul bila reflux isi lambung mencapai laring.
 Bila refluks asam tersebut sering terjadi, laring dapat
teriritasi,karena permukaan laring dan faring tidak
memiliki pertahanan terhadap asam seperti
esophagus.

Clinical Science Session


Skema Perjalanan Refluks Laringofaring
27

Clinical Science Session


Faktor yang mempengaruhi patogenesis PGRE
28

 Perubahan anatomi dari sawar refluks: struktur


diafragma, ukuran diafragmatika, ligament frenoesofagus,
sudut gastroesofagus, panjang esofagus intraabdominal,
hiatus hernia dan hernia paraesofagus.
 Komponen fisiologi : sfingter esophagus bawah (SEB),
perbedaan tekanan abdominotoraks, pembersihan asam
esophagus, resistensi epitel Sfingter Esofagus atas (SEA).
 Faktor esophagus; yaitu gerakan badan esophagus,
efisiensi pembersihan badan esophagus dan pengosongan
esophagus.
 Faktor lambung; seperti volume dan sekresi asam
lambung, sifat dan materi refluks, pengosongan lambung,
distensi gaster, dan refluks duodenogaster. Perlambatan
pengosongan gaster menyebabkan tekanan dan volum
intragaster meninggi.

Clinical Science Session


2 mekanisme penyebab REE dan PGRE
29

 kontak langsung refluks asam lambung dan pepsin


ke esophagus proksimal dan SEA yang berlanjut
dengan kerusakan mukosa faring, laring dan paru.
 Pajanan asam esophagus distal akan merangsang
reflex vagal yang menyebabkan terjadinya spasme
bronkus, batu, sering meludah, menyebabkan
inflamasi pada laring dan faring

Clinical Science Session


Gejala Umum LPR berdasarkan insidennya
30

 Disfonia
 Vocal fatigue
 Voice breaks
 Post nasal drip
 Batuk kronik
 Disfagia
 Globus faringeus
 Heartburn
 Regurgitasi
 Paroksismal laringospasme
 Wheezing

Clinical Science Session


Perbedaan LPR dan GERD
31

LPR GERD

Simptom Respiratori Ada Tidak ada

Heartburn Jarang ada Ada

Disfonia Ada Tidak ada

Klirens Asam Esofagus Normal Terlambat

Proteksi Mukosa yang baik Tidak ada Ada

Refluks ketika berdiri Sering Kadang-kadang

Refluks ketika berbaring Kadang-kadang Sering

Clinical Science Session


Diagnosis
32

• jenis keluhan gangguan suara


• lama keluhan progresifitas
Anamnesis • keluhan yang menyertai
• Penyakit yang pernah diderita

• Laringitis posterior
• Edema difus/Reinke’s edema
Manifestasi Klinis • Eritema difus dengan mukosa granular
• Pembengkakan mukosa tanpa eritema
• Granuloma prosesus vokalis aritenoid, unilateral atau bilateral

Pemeriksaan Klinik • Gold standard : penggunaan monitor pH double-probe 24 jam


• pemeriksaan umum (status generalis)
& Pemeriksaan • laringoskopi tak langsung
Penunjang • teleskop laring + videolaringoskop

Clinical Science Session


Temuan klinis pada LPR
33

 pseudosulcus vocalis/ edema subglotis


 ventricular oblterasi
 Eritema
 edema pita suara
 edema laring difus
 hipertrofi comissura posterior
 Granuloma
 mukus endolaringeal yang tebal.

Clinical Science Session


Gambar Laryngopharyngeal Reflux: LPR menyebabkan inflamasi
laring. Mukosa pita suara teriritasi dan secret tebal menutupi pita suara. Ini
menyebabkan ketidaknyamanan dan mukosa pita suara yang irregular
menyebabkan terjadinya perubahan suara

Clinical Science Session 34


Alur penatalaksanaan LPR

Clinical Science Session 35


Clinical Science Session 36

Anda mungkin juga menyukai