Presentasi Pajak II Sap 12 Trianny Ana
Presentasi Pajak II Sap 12 Trianny Ana
Pajak keluaran ialah pajak yang dikenakan ketika subjek pajak melakukan
penjualanterhadap barang kena pajak (BKP) dan atau jasa kena pajak (JKP) yang
tergolong dalambarang mewah. Sebagai salah satu jenis pajak, Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) seringkalidisebut sebagai pajak objektif. Pada PPN, hal yang pertama kali
ditekankan adalah objekpajak yang akan dikenakan. Kemudian, subjek pajak yang
terkena. Misalnya, barang-barangmewah, kendaraan mewah, dan sebagainya. Dalam
pengenaan pajak terhadap subjek pajak tersebut, terdapat dua kategori. Yaitu,pajak
keluaran dan pajak masukan. Dalam hal ini, subjek pajak yang dimaksud
adalahpengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan transaksi jual beli barang
Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun
2009 pasal 7 :
PENGERTIAN PKP
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pihak yang wajib menyetor dan melaporkan
PPN. Setiap tanggal di akhir bulan adalah batas akhir waktu penyetoran dan
pelaporan PPN oleh PKP.
Contoh Cara Menghitung PPN dan PPnBM
PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.
Menghitung PPN Keluaran Atas masukan yang
dapat dikreditkan
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa
Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor
Barang Kena Pajak”
Menghitung PPN Keluaran Atas masukan yang
dapat dikreditkan
Berikut ini adalah peraturan perpajakan yang akan kita jadikan dasar acuan
dalam pembahasan kali ini, yaitu:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 tentang Batasan dan
Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun
Sendiri.
2. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2012
tentang Penetapan Secara Jabatan atas Jumlah Biaya Yang Dikeluarkan Dan /
Atau Yang Dibayarkan Untuk Membangun Bangunan Dalam Rangka Kegiatan
Membangun Sendiri.
Menghitung PPN Membangun sendiri, PPN
atas Penjualan Aset, PPN impor dan ekspor
PPN Membangun Sendiri
Pajak Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Membangun Sendiri
Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua puluh
persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Membangun Sendiri
Jadi dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012
Pasal 3 yang disebutkan diatas, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
kegiatan membangun sendiri adalah sebagai berikut :
Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri dilakukan
setiap bulan sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan 20% (dua puluh persen)
dikalikan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap
bulannya
Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri wajib disetor ke kas negara
seluruhnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama orang pribadi atau badan
yang melaksanakan kegiatan membangun sendiri melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi paling
lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan didirikan dengan mempergunakan lembar ketiga Surat
Setoran Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Penyetoran PPN atas Kegiatan Membangun
Sendiri
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 5,7, dan 8
terdapat hal yang harus diperhatikan dalam penyetoran PPN atas kegiatan membangun
sendiri yaitu:
1. Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama tempat orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri terdaftar, kolom NPWP yang tercantum pada Surat Setoran Pajak diisi dengan
NPWP orang pribadi atau badan tersebut.
2. Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak tempat orang pribadi atau
badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri terdaftar
3. Dalam hal orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri belum memiliki
NPWP
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Pelaporan PPN atas Kegiatan Membangun
Sendiri
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 8 terdapat hal yang harus
diperhatikan dalam proses pelaporan PPN atas kegiatan membangun sendiri yaitu:
* Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat bangunan didirikan berada di wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar, orang pribadi atau badan
yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan melampirkan lembar ketiga Surat Setoran
Pajak.
* membangun sendiri telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tempat bangunan didirikan
berada di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak
tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri selain wajib melaporkan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8 ayat (1), wajib melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan melampirkan fotokopi lembar ketiga Surat Setoran
Pajak.
* Dalam hal Pengusaha Kena Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, atau Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, Pengusaha Kena Pajak tersebut
selain wajib melaporkan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang sebagaimana dimaksud pada
Pasal 8 ayat (1), wajib melaporkan kegiatan membangun sendiri dalam Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai dengan melampirkan fotokopi lembar ketiga Surat Setoran Pajak.
Penetapan Secara Jabatan Untuk PPN terutang
atas Kegiatan Membangun Sendiri
Jadi Cara Perhitungan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang ditentukan secara
jabatan adalah sebagai berikut :
PPN = Tarif x DPP
Tarif = 10%
DPP = 20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk membangun
bangunan
PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk
membangun bangunan)
PPN Atas Penjualan Aset
dikatakan bahwa:
Dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Impor merupakan proses pembelian barang atau
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai jasa asing dari suatu negara ke negara lain atau
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas setiap kegiatan memasukkan barang barang dari
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Pada prinsipnya semua kegiatan impor barang
Nomor 42 Tahun 2009 ditetapkan objek pajak dikenai PPN. Namun dalam rangka mendorong
PPN yang berkaitan dengan ekspor, meliputi : perkembangan dunia usaha Indonesia dan
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh meningkatkan daya saing kita, maka Pemerintah
Pengusaha Kena Pajak. menetapkan jenis-jenis Barang Kena Pajak
Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan
oleh Pengusaha Kena Pajak. dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, yang
bertujuan untuk menjamin tersedianya barang-
Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha
barang yang bersifat strategis tersebut.
Kena Pajak.
Pemberian fasilitas perpajakan ini hanya bersifat
sementara.
That’s all. Thank you!
Any Questions?