Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 1

• Abdul Bagas Alkatiri


HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR • Novita Sanjaya
KOLESTEROL TOTAL, LDL, DAN HDL PADA MASYARAKAT • Annisa Almaidah
JATINANGOR • Ari Munanda
• Amelia Nugrahaeni
PENDAHULUAN
Pola makan dan aktivitas fisik dapat
menentukan kadar kolesterol di dalam
tubuh. Makanan yang dikonsumsi akan
mengalami proses metabolisme dan
menghasilkan adenosin triphosphate (ATP).

Pembentukan ATP ini disesuaikan dengan


kebutuhan, semakin banyak kebutuhan ATP
dan akan menyebabkan sedikitnya
pembentukan kolesterol total dan kolesterol
Low-Density Lipoprotein (LDL) serta
peningkatan kolesterol High-Density
Lipoprotein (HDL)
Sudah banyak penelitian di tingkat nasional maupun internasional yang berkaitan
dengan aktivitas fisik dan kadar kolesterol, namun masih banyak kontroversi, karena
memiliki hasil penelitian yang berbeda-beda, ada yang menyatakan terdapat hubungan
yang signifikan dan ada juga yang menyatakan hubungan antara aktivitas fisik dengan
kadar kolesterol tidak signifikan.

Penelitian ini perlu diadakan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan
kadar kolesterol total, kolesterol low-density lipoprotein, dan kolesterol high-density
lipoprotein pada masyarakat Jatinangor.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang diadakan oleh pusat studi
kesehatan kebugaran komunitas (K3) dengan judul “Epidemiologi Hipertensi dan
Albuminuria di Jatinangor”
METODOLOGI
Penelitian berupa data sekunder dari penelitian “Epidemiologi Hipertensi dan
Albuminuria di Jatinagor”.

Subjek penelitian mewakili dari 3 strata desa yaitu Cipacing strata urban,
Hegarmanah semirural dan Cilayung strata rural.

Penentuan ukuran sampel ditentukan berdasarkan rumus korelasi dengan


menetapkan taraf signifikansi 5% dan power tes 80% serta r (koefisien
korelasi),
r untuk kolestrol total = -0,463, r untuk LDL = -0,468 dan untuk r HDL = 0,385. Dari hasil
perhitungan, didapat minimal sampel untuk kadar kolestrol 32 orang, LDL 31 orang, dan HDL
47 orang.

Dari data penelitian “Epidimiologi Hipertensi dan Albuminuria di Jatinagor” dipilih sampel
penelitian dgn kriteria inkulis dan eksklusi.

Berdasarkan BKKBN bahwa usia 15-59 adalah usia produktif, dan menurut American Heart
Association bahwa usia ≥ 20 tahun sudah berisiko terjadinya perubahan kadar kolestrol
pada tubuh, sehingga kriteria inklusi yg memiliki rentang 20-59 tahun, sedangkan ekslusi
adalah responden yang datanya tidak lengka atau memiliki kecacatan fisik. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Agustus samapai bulan November 2016.
Variabel pada penelitian ini terbagi menjadi 3 yaitu
variabel bebas, terikat, dann perancu.

1. Variabel bebas adalah aktivitas fisik yang


diukur dengan Global Physical Activity
Questionnaire (GPAQ) Aktivitas fisik
diklasifikasikan berdasarkan waktu untuk
melakukan aktivitas fisik dan total of metabolic
equivalent (MET)-menit dalam 1 minggu.

2. Variabel terikat adalah kadar kolesterol total,


LDL, dan HDL. Kadar kolesterol diukur dengan
uji laboratorium Departemen Patologi Klinik
Rumah Sakit Pendidikan Hasan Sadikin Bandung.
Kadar kolesterol dikategorikan berdasarkan klasifikasi Adult Treatment Panel (ATP) III
menjadi tiga kategori yaitu optimal jika kadar kolesterol total >200 mg/dL dan tinggi
jika ≥ 240 mg/dL,

Untuk kadar kolesterol LDL yaitu optimal jika kadarnya <100 mg/dL batas tinggi jika
kadarnya 100 – 159 mg/dL, dan tinggi jika kadarnya ≥160 mg/dL,

Untuk kadar kolesterol HDL yaitu rendah jika kadarnya <40 mg/dL dan tinggi jika
≥60 mg/dL.

3. Variabel perancu yaitu jenis kelamin, usia. Data hasil penelitian diolah dan dianalisis
secara deskriptif, dan disajikan presentasenya sedangkan untuk data numerik dengan
menghitung rerata, standar deviasi, median dan rentang. Untuk analitik dengan
menggunakan perhitungan korelasi rank Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 menyajikan data
karakteristik subjek dan
berbagai variabel yang
diteliti.
Dari data tersebut status
gizi yang diukur dengan
indeks massa tubuh
bervariasi dari kurus ke
gemuk
Tabel 2 menyajikan data
deskriptif statistik dari
masing-masing variabel
yang memiliki skala
numerik yang terdapat
pada penelitian ini.
Hasil yang pertama, aktivitas fisik memiliki hubungan yang terbalik dengan kadar
kolesterol total dan memilki hubungan yang bermakna.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori, bahwa ketika melakukan aktivitas fisik, tubuh
akan melakukan pembetukan energi yang berupa adenosin triphosphate (ATP) dari
makanan yang dikonsumsi. Sehingga makanan yang dikonsumsi tidak banyak dibentuk
menjadi kolesterol, akibatnya kadar kolesterol total di dalam tubuh menurun
Aktivitas fisik memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan kadar kolesterol LDL dan memilki
hubungan yang bermakna.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa setelah melalui proses pencernaan dan penyerapan, makanan
akan mengalami pembentukan menjadi Acetyl-CoA yang selanjutnya memasuki siklus krebs untuk
proses pembentukan ATP, sehingga proses pembentukan dan transportasi kolesterol ke seluruh tubuh
akan menurun yang mengakibatkan kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL) sebagai alat transportasi
kolesterol ke seluruh tubuh tidak banyak dibentuk, maka dari itu kadar kolesterol LDL menurun.
11
Aktivitas fisik tidak memiliki hubungan dengan kadar kolesterol HDL. Secara teori menyatakan bahwa
ketika pembentukan ATP meningkat, maka tubuh akan mengkompensasi dengan cara pembentukan
High-Density Lipoprotein (HDL).

Pembentukan HDL ini dimaksudkan untuk memfasilitasi kolesterol berlebih di perifer dapat diangkut
menuju hepar sebagai cadangan energi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak
mempengaruhi kadar kolesterol HDL.
12
Tabel 4 menyajikan hubungan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
kolesterol HDL setelah dikontrol dengan variabel perancu.

Hasil menunjukkan hubungan yang lebih kuat antara aktivitas fisik dengan kadar kolesterol total dan
kolesterol LDL dengan koefisien korelasi masing-masing r = -0,349 (p<0,001) dan r = -0,313
(p=0,001).
KESIMPULAN
Aktivitas fisik memiliki hubungan berbanding terbalik yang signifikan
dengan kadar kolesterol total, dan kolesterol LDL pada masyarakat
Jatinangor. Namun aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan kadar kolesterol HDL pada masyarakat Jatinangor.

Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan kadar kolesterol total dan LDL.
Sedangkan aktivitas fisik tidak memiliki hubungan dengan kadar kolesterol
HDL pada masyarakat Jatinangor
Thanks

Anda mungkin juga menyukai