Anda di halaman 1dari 27

REVIEW JURNAL :

SIFAT MEKANIK BETON


GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR
FLY ASH JAWA POWER
PAITON SEBAGAI MATERIAL
ALTERNATIF
Latar Belakang
• Saat proses produksi semen, terjadi emisi CO 2 ke udara yang
besarnya sebanding dengan jumlah semen yang diproduksi. Dengan
kata lain, memproduksi 1 ton semen sama dengan memproduksi 1
ton CO2 ke dalam udara (davidovits,1994).
• Hal inilah yang merupakan salah satu faktor pendorong untuk
ditemukannya bahan alternatif lain yang bisa menggantikan
posisi semen dalam campuran beton.
Pendahuluan

 Beton Geopolimer adalah jenis beton yang 100 % tidak menggunakan semen.
Fly ash dari hasil pembakaran batu bara digunakan sebagai sumber material
untuk membuat binder yang dibutuhkan dalam campuran beton.
 Beton Geopolimer ini terbentuk dari reaksi kimia dan bukan dari reaksi hidrasi
seperti pada beton biasa
 Proses polimerisasi yang terjadi di dalam beton geopolimer meliputi reaksi
kimia yang terjadi antara alkalin dengan mineral Si – Al sehingga menghasilkan
rantai polimeric tiga – dimensi dan ikatan struktur Si – O – Al – O yang
konsisten
Pendahuluan

 Perlu digunakan material yang mengandung banyak oksida silica dan alumina
yang diaktifkan dengan suatu larutan aktifator. Untuk menggantikan semen
sebagai perekat agregat kasar maupun halus maka digunakan fly ash.
 Jenis aktivatornya harus sesuai dengan senyawa yang terkandung dalam fly
ash dan juga komposisinya harus tepat sehingga bisa terjadi reaksi kimia.
 Aktivator yang umumnya digunakan adalah Sodium Hidroksida 8M sampai 14M
dan Sodium Silikat (Na2SiO3) dengan perbandingan antara 0.4 sampai 2.5
Pendahuluan
Pendahuluan

 Dari hasil penelitian selama lebih dari 30 tahun, dapat diketahui bahwa beton geopolimer ini
memiliki beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut (Li, Ding and Zhan) :
 Penghematan energi dan melindungi lingkungan : beton geopolimer tidak memerlukan
konsumsi energi yang besar seperti pada beton konvensional biasa. Beton geopolimer ini
juga tidak memancarkan CO 2 ke udara sehingga dapat mengurangi efek pemanasan global.
 Memiliki volume yang stabil karena penyusutan yang terjadi 4/5 kali lebih rendah jika
dibandingkan beton konvensional.
 Kekuatannya dicapai dalam waktu yang singkat karena kekuatan tekan beton ini mampu
mencapai 70 % dalam waktu 4 jam pertama.
 Memiliki ketahanan yang tinggi karena beton ini tahan terhadap serangan lingkungan agresif
tanpa mengurangi fungsi yang dimilikinya.
 Semen geopolimer tahan terhadap api karena mampu bertahan dalam suhu 1000 0C sampai
12000C tanpa mengurangi fungsi yang dimilikinya.
Pendahuluan

 Dilain pihak, van Jaarsveld dkk (1998) melakukan penelitian dengan


menggunakan perbandingan massa alkali sebesar 0.39. Dalam
pekerjaannya, ia menggunakan 57% fly ash yang dicampur dengan 15% kaolin.
Larutan alkalin terdiri dari 3.5% sodium silikat, 20% air dan 4% sodium atau
potassium hydroxide. Benda uji yang digunakan berukuran 50x50x50 mm. Kuat
tekan maksimum yang diperoleh mencapai 75 MPa.
Eksperimen, Membuat Mix Desain
Binder Geopolimer
Eksperimen, Membuat Mix Desain Beton
Geopolimer
Eksperimen,
Esperimen
Hasil dan Diskusi => Tes Setting
Time Binder Geopolimer
• Semakin tinggi perbandingan massa larutan
maka semakin lama waktu pengikatan awal
berlangsung. Hal ini disebabkan oleh karena
sedikitnya jumlah Na + dan OH – yang ada dalam
campuran binder sehingga proses polimerisasi
menjadi lambat

• Sehingga diperkirakan, semakin tinggi kepekatan


NaOH dalam campuran, maka proses pengikatan
awal akan berjalan lebih cepat.

• Hal ini juga membuktikan bahwa pada umur yang


sama, waktu untuk pengikatan awal masing –
masing komposisi binder bisa berbeda – beda,
tergantung dari jumlah kandungan ion Na + yang
Gambar 3. Grafik Pengikatan Awal terkandung dalam campuran.
Binder Geopolimer
Hasil dan Diskusi => Tes Setting
Time Binder Geopolimer
• Semakin tinggi perbandingan rasio masa Sodium
Silikat dengan Sodium Hidroksida, maka
semakin cepat waktu pengikatan akhir
berlangsung.
• Hal ini disebabkan karena jumlah Na2SiO3 yang
ada dalam campuran binder lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah NaOH sehingga
mempercepat reaksi polimerisasi
(Djwantoro,2005).
• Hasil tes setting time ini juga mendukung
pernyataan peneliti – peneliti sebelumnya bahwa
Na2SiO3 yang digunakan dalam pasta
geopolimer berfungsi untuk mempercepat reaksi
polimerisasi, sehingga jika kadarnya banyak,
maka proses pengkristalan juga akan
berlangsung lebih cepat.
Hasil dan Diskusi => Tes Kuat
Tekan Binder Geopolimer
• Secara umum, dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Semakin tinggi perbandingan massa Sodium
Silikat dan Sodium Hidroksida, maka kuat tekan
yang bisa dicapai oleh masing – masing binder
relatif lebih tinggi.

2. Diperkirakan, hal ini terjadi karena jumlah Sodium


Silikat semakin banyak jika dibandingkan dengan
Sodium Hidroksida.

3. Jika terdapat jumlah Sodium Silikat yang banyak


dalam campuran, maka proses pengkristalan juga
berjalan relatif lebih cepat. Hal ini membuktikan
bahwa pada umur yang sama, kuat tekan masing –
masing binder bisa berbeda – beda.
Hasil dan Diskusi => Tes Kuat
Tekan Binder Geopolimer
• Dari gambar 6 dapat diamati bahwa semakin
tinggi molaritas yang digunakan dalam
campuran, maka semakin tinggi pula kuat
tekan yang dihasilkan oleh masing – masing
binder.

• yang menggunakan larutan NaOH 10M akan


menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan binder yang
menggunakan larutan NaOH 8M.
Hasil dan Diskusi => Tes Kuat
Tekan Beton Geopolimer (ASTM
C 832-75)
• Terdapat perbedaan antara hasil kuat tekan
binder dengan kuat tekan betonnya. Ada
yang lebih besar dan ada pula yang lebih
kecil kuat tekannya.

• Untuk beton yang menggunakan molaritas


8M, beton X8-0.5 ,X8-1.0 dan X8-2.5 memiliki
kuat tekan umur 28 hari yang lebih kecil dari
kuat tekan bindernya. Sedangkan Beton X8-
1.5 dan X8-2.0 memiliki kuat tekan yang
lebih besar dari kuat tekan bindernya.

• Untuk beton dengan molaritas 10M, kuat


tekan yang dihasilkan oleh beton relatif lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kuat tekan
bindernya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
perbedaan kemampuan untuk mengikat
agregat kasar dan halus yang ditambahkan
dalam campuran pembuatan beton
geopolimer.
Hasil dan Diskusi => Tes Kuat
Tekan Beton Geopolimer (ASTM
C 832-75)
• Dari gambar 8 dapat diamati bahwa
semakin tinggi molaritas yang digunakan
dalam campuran, maka semakin tinggi pula
kuat tekan yang dihasilkan oleh masing –
masing beton.

• pada setiap molaritas baik 8M maupun


10M, terdapat satu titik optimum dari
perbandingan massa larutan Sodium
Silikat dan Sodium Hidroksida yang
menghasilkan kuat tekan paling tinggi.

• Titik optimum tersebut adalah komposisi


campuran yang menggunakan
perbandingan massa larutan Sodium
Silikat dan Sodium Hidroksida = 1.5 pada
setiap molaritasnya.
Hasil dan Diskusi => Tes
Porositas Binder (AFNOR NF B
49104)
Secara umum dapat disimpulkan bahwa:

a. Seperti halnya kuat tekan, jumlah pori


tertutup dalam beton 8M dan 10M ini juga
terdapat titik optimum pada perbandingan
massa Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida
=1.5.
Hasil dan Diskusi => Tes
Porositas Binder (AFNOR NF B
49104)
Secara umum dapat disimpulkan bahwa:

b. Semakin tinggi molaritas, jumlah total


pori semakin sedikit tetapi jumlah pori
tertutup semakin banyak .

Pada saat proses curing dilakukan, air yang


berada dalam binder akan menguap
sehingga rongga yang dulunya ditempati
oleh air menjadi kosong.

Karena jumlah air yang berada dalam


rongga binder 10M lebih sedikit jika
dibandingkan dengan binder yang
menggunakan larutan NaOH 8M dan hal itu
menyebabkan jumlah total pori binder 8M
relatif banyak jika dibandingkan dengan
binder 10M.
Hasil dan Diskusi => Tes
Porositas Binder (AFNOR NF B
49104)
Secara umum dapat disimpulkan bahwa:
c. Dari gambar 12 dapat dilihat bahwa binder
geopolimer yang menggunakan perbandingan
massa larutan Sodium Silikat dan Sodium
Hidroksida =1.5 memiliki pori terbuka yang
lebih sedikit jika dibandingkan dengan binder
komposisi lainnya.
Secara umum dapat diperhatikan bahwa binder
geopolimer dengan menggunakan larutan
NaOH 10M memiliki pori tertutup yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan binder
geopolimer yang menggunakan larutan NaOH
8M.
Hasil yang diperoleh dari tes porositas ini
berhubungan erat dengan hasil kuat tekan
yang diperoleh. Pori terbuka yang ada didalam
binder menyebabkan binder menjadi keropos.
Hasil dan Diskusi => Tes
Porositas Beton
jumlah pori tertutup dalam beton 8M dan 10M
ini juga terdapat titik optimum pada
perbandingan massa Sodium Silikat dan
Sodium Hidroksida =1.5.

Hasil tes porositas ini berhubungan erat dengan


hasil tes tekan dan tarik belah. Pori tertutup
memiliki tekanan hidrostatis yang membantu
meningkatkan kuat tekan beton dan kuat tarik
belah sehingga meningkatnya jumlah pori
tertutup akan meningkatkan kuat tekan dan
kuat tarik belah yang dihasilkan beton
geopolimer.
Hasil dan Diskusi => Tes
Porositas Beton
Dari gambar 14 dapat dilihat bahwa beton geopolimer yang
menggunakan perbandingan massa larutan Sodium Silikat
dan Sodium Hidroksida =1.5 memiliki pori terbuka yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan beton komposisi lainnya.

Secara umum dapat diperhatikan bahwa beton geopolimer


dengan menggunakan larutan NaOH 10M memiliki pori
tertutup yang lebih kecil jika dibandingkan dengan beton
geopolimer yang menggunakan larutan NaOH 8M.

Hasil yang diperoleh dari tes porositas ini berhubungan erat


dengan hasil kuat tekan dan kuat tarik belah yang diperoleh.
Beton geopolimer dengan komposisi larutan NaOH 10M dan
perbandingan massa larutan Sodium Silikat dan Sodium
Hidroksida =1.5 memiliki kuat tekan dan kuat tarik belah
yang paling tinggi.

Diperkirakan, salah satu penyebabnya adalah karena pori


terbuka yang ada di dalam beton geopolimer tersebut sangat
sedikit jika dibandingkan dengan pori terbuka yang ada
didalam beton geopolimer dengan komposisi yang lainnya.
Pori terbuka yang ada didalam beton menyebabkan beton
menjadi keropos, sehingga jika semakin banyak jumlah pori
terbuka maka semakin menurun pula kuat tekan dan kuat
tarik belah yang dihasilkan.
Hasil dan Diskusi => Tes
Porositas Beton
Semakin tinggi molaritas, jumlah total pori
semakin sedikit tetapi jumlah pori tertutup
semakin banyak.

Hal ini dipengaruhi oleh kekentalan yang


dimiliki oleh NaOH dalam campuran setiap
komposisi. Kepekatan berhubungan dengan
banyaknya air yang dicampurkan dalam
larutan. Pada saat proses curing dilakukan,
air yang berada dalam beton akan menguap
sehingga rongga yang dulunya ditempati
oleh air menjadi kosong.
Hasil dan Diskusi => Tes Slump
(ASTM C 143-78)
Dari tabel 4.46 dapat dilihat bahwa seluruh beton geopolimer
memiliki nilai slump 0. Hal ini menyebabkan beton geopolimer sangat
sulit untuk dicetak atau tidak workability. Diperkirakan, nilai slump
0 pada beton geopolimer disebabkan oleh waktu pengikatan awal dari
pasta geopolimer yang terlalu cepat.
Kesimpulan
1. Semakin tinggi perbandingan massa larutan Sodium Silikat dan Sodium
Hidroksida tidak selalu menghasilkan kuat tekan dan kuat tarik belah yang
tinggi pula. Perbandingan massa larutan Sodium Silikat dan Sodiuma
Hidroksida = 1.5 merupakan titik puncak optimum untuk kuat tekan dan
kuat tarik belah.

2. Semakin tinggi molaritas yang digunakan, maka semakin tinggi pula kuat
tekan dan kuat tarik belah yang dihasilkan. Beton geopolimer yang
menggunakan molaritas 10M menghasilkan kuat tekan dan kuat tarik belah
yang lebih besar jika dibandingkan dengan beton geopolimer yang
menggunakan molaritas 8M.

3. Dari hasil tes setting time, dapat disimpulkan bahwa :


- Semakin tinggi perbandingan massa larutan Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida
maka semakin lama waktu pengikatan awal berlangsung, tetapi semakin cepat
waktu pengikatan berakhir.
- Semakin tinggi molaritas yang digunakan dalam campuran, maka semakin cepat
pengikatan awal berlangsung dan pengikatan berakhir.
Kesimpulan
4. Dari hasil tes porositas yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Seperti halnya kuat tekan dan kuat tarik belah beton geopolimer, jumlah pori
tertutup dalam beton 8M dan 10M ini juga terdapat titik optimum pada
perbandingan massa Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida = 1.5. Hasil tes
porositas ini berhubungan erat dengan hasil tes tekan dan tarik belah. Pori
tertutup memiliki tekanan hidrostatis yang membantu meningkatkan kuat
tekan beton dan kuat tarik belah sehingga jika semakin besar jumlah pori
tertutup maka semakin tinggi pula kuat tekan dan kuat tarik belah yang
dihasilkan beton geopolimer.
b. Secara umum dapat diperhatikan bahwa beton geopolimer dengan
menggunakan larutan NaOH 10M memiliki pori tertutup yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan beton geopolimer yang menggunakan larutan NaOH 8M.
Hasil yang diperoleh dari tes porositas ini berhubungan erat dengan hasil kuat
tekan dan kuat tarik belah yang diperoleh.
c. Semakin tinggi molaritas, jumlah total pori semakin sedikit tetapi jumlah pori
tertutupsemakin banyak
Refrensi • Davidovits, J, Global Warming Impact On The Cement And Aggregates
Industries, Geopolymer Institut,France, 2004.
• AFNOR NF B 49104
• Davidovits, J, Geopolymer : Inorganic Polymeric New Materials, Geopolymer
• ASTM C 496 – 94 Institut, France, 1991

• ASTM C 39 – 94 • Hardjito, D. and Rangan, B.V, Development and Properties Of Low-Calcium Fly
Ash- Based Geopolymer Concrete, Perth,
• ASTM C 191 – 92
• Australia, 2005.
• ASTM C 618 – 78
• Li, Z. , Ding,Z. , and Zhang, Y., Development Of Sustainable Cementitious
• ASTM C 143 – 78 Materials, Hongkong,

• ASTM C 403 – 99 • Hardjito, D., Wallah S.E., and Rangan, B.V., Factor Influencing The
Compressive Strength of Fly Ash Based Geopolymer
• ASTM C 618 – 84
• Concrete, 2004
• ASTM C 823 – 75
• Isabella, C. Grant, C, Van Deventer, S.J., The Effect of Aggregate Particle Size
on Formation of Geopolymeric Gel, 2005.

• Sutanto,Erik,dkk.2005.”Beton geopolimer dan fly ash untuk beton struktural”.


Surabaya : UK.Petra

• Rowles,M. and O’Connor,B, Chemical Optimisation of the Compressive


Strength of Aluminosilicate Geopolymers

• Synthesised by Sodium Silicate Activation of Metakaolinite Australia :2003

Anda mungkin juga menyukai