KASUS
Pembimbing
dr. Erwina Mei Astuti,Sp.A.
SKABIES
dr Ella Putri Saptari
Identitas
Nama : An. A. A.
Umur : 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat badan : 5,4 kg
Tinggi badan : 59 cm
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Plandaan
MRS : 10/ 04 / 2018
Anamnesis Riwayat Penyakit Dahulu
Kejang (-), Alergi (-)
Alloanamnesis dengan Ayah
dan Ibu penderita
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan utama: Keluarga yang tinggal serumah sep
Bintil-bintil kemerahan sejak 3 erti ayah, ibu, dan embah, mengala
mi hal yang sama seperti pasien, su
bulan yang lalu dah sejak 2 tahun dan tidak pernah
berobat
8 10
Januari April
2015 2016 2018 April
2018 2018
Riwayat Makanan
Susu : Asi sampai saat ini.
Riwayat Vaksinasi & Tumbuh Kembang,
Sosial Ekonomi
Riwayat Vaksinasi
BCG : (+) 1
Polio : (+) 1,2
DPT : (+) 1,2
Hepatitis B : (+) 1,2,3
Hib : (+) 1,2
Campak : (-)
kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Inspeksi : Rounded
Palpasi : Supel
Abdomen Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Hasil bacaan:
Cor
Besar dan bentuk normal
Pulmo
Patchy infiltrat kedua paru
Kedua sinus costophrenicus tajam
KESIMPULAN : Bronkopneumonia
RESUME
o Anak laki-laki usia 4 bulan
o Terdapat bintil-bintil kemerahan
o Gatal
o Demam
o Batuk
o Sudah berobat di bidan tetapi tidak membaik
o Riwayat di keluarga ada yang mengalami hal yang serupa (ayah, ibu, dan em
bah timbul bintil-bintil kemerahan dan gatal)
o Tetangga di sekitar rumah pasien juga ada yang mengalami hal yang serupa.
o Jarak antara rumah ke rumah sangat berdekatan.
o Status gizi pasien cukup
RESUME
Pemeriksaan fisik :
o RR : 35 x/menit
o Suhu : 38.0 C
o Paru : ronkhi basah halus nyaring di kedua basal paru.
o Kulit :
o Regio generalisata : Tampak papul dan pustul di atas makula
eritematosa dengan batas tidak tegas, skuama tipis +
o Pemeriksaan laboratorium Leukosit : 20.000 /mm3
o Pemeriksaan Rontgen Thorax AP
Terdapat patchy infiltrat pada kedua paru
Diagnosis
03
02
01 Skabies
Secondary
infection
Pneumonia
Terapi Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
pasien tentang
SKABIES
Pendahuluan Skabies adalah penyakit kulit yang umum diseluruh
dunia, terutama di Negara berkembang
Skabies
Skabies merupakan zoonosis yang disebabkan
oleh tungau Sarcoptes scabiei
Skabies menyebabkan angka morbiditas individu yang hidup dalam keadaan ekonomi rendah /
global yang signifikan, dengan perkiraan tinggal di lingkungan yang padat memiliki risiko lebih
300 juta kasus per tahun tinggi untuk terkena skabies
Gambar : https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/ss/slideshow-scabies-overview
Histologi Kulit
Epidermis
1. Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
2. Stratum Lucidum, terdiri lapisan tipis sel epidermis eosinofilik
yang sangat gepeng.
3. Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng
yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin..
4. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen.
5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah
pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid.
Dermis
1. Stratum papilare, merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
2. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun at
as jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
Skabies
Memiliki 4
pasang kaki
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis
dan produknya
kesalahan diagnosis
Penularan biasanya
oleh Sarcoptes scabiei
betina yang sudah
dibuahi atau terkadang
oleh bentuk larva
Etiologi & Patogenesis
Aktivitas S. Scabiei
Gatal (respon imunitas Larva memiliki 3
selular & humoral) pasang kaki
Masa inkubasi 4-6 mgg
Kunikulus
Pruritus Nokturna Adanya terowongan di
Gatal pada malam hari, tempat2 predileksi,
aktivitas tungau lebih sepanjang 1 cm, pada
tinggi pada suhu yang ujungnya terdapat
lebih lembab dan panas. papul/vesikel. Infeksi
sekunder (polimorf)
Menyerang Sekelompok
manusia Menemukan Tungau
Sebuah keluarga, di Ditemukan satu atau lebih
asrama / pondokan, stadium hidup tungau
perkampungan padat
penduduk
Jenis skabies
SKABIES NODULAR
Burrow ink
test
multiple Burrow Ink Test-positive scabietic lesions. improved visualization of the burrows
The ink outlines the mite's burrow.
Belerang endap salep atau krim Setiap malam, 3 hari Berbau, mengotori Dapat dipakai pada bayi
(sulfur presipitatum) berturut-turut pakaian, menimbul kurang dari 2 tahun
4-20% kan iritasi
Your
Emulsi Text Here
benzil-benzoas Salep setiap malam, 3 hari Sulit diperoleh, efektif terhadap semua
Simple PowerPoint
(20-25%) berturut-turut menimbulkan iritasi stadium
Gama benzena krim atau losio 1 kali, selama 8 jam. tidak dianjurkan pa efektif terhadap semua
heksaklorida 1% jika masih ada gejal da anak< 6 tahun stadium, mudah digunak
(gameksan = gammexane) diulangi seminggu dan ibu hamil an, dan jarang memberi
kemudian (toksik terhadap iritasi
SSP)
Krotamiton 10% krim atau losio 48 jam, turut-turut Efektif 50-60% efek sebagai antiskabies
pasien dan antigatal
Permetrin 5% krim 1 kali, selama 8-12 Tidak dapat di beri efektifitasnya sama
Jam, diulangi kan kepada bayi di dengan gameksan,
seminggu kemudian bawah umur tidak terlalu toksik,
2 bulan pemakaian satu kali
Obat Sistemik
1. Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal.
2. Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik. PENCEGAHAN
3. Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0.2 mg/kg
Dalam upaya preventif
dosis tunggal, 2-3 dosis setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada perlu dilakukan edukasi pada pasien
anak-anak dengan berat kurang dari 15kg, wanita hamil dan tentang penyakit skabies :
menyusui
1. perjalanan penyakit
2. Penularan
3. cara eradikasi tungau skabies
4. menjaga higine pribadi
5. tata cara pengolesan obat
Prognosis 6. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung
walaupun kulit sudah bersih
7. Pengobatan dilakukan pada orang seru
Quo ad vitam : bonam mah dan orang sekitar pasien yang ber
hubungan erat
Quo ad funtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Akmal SC, Seminarty R, Gayatri. Hubungan Personal Hygine dengan Kejadian Skabies di Pondok Pendidikan Islam
Darul Ulum, Pelarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2 (3)
2. Suroshe BB, Rathod K G, Kulkarni V S, Chikhlonde R R, Scabies in Children and its outccome with topical permethrin
e and oral ivermectin: a single center prospective study. Int J Contemp Pediatr. 2017 Nov;4(6):2083-2087
3. Hill TA. Scabies in baby. Pediatric Dermatology. 2017;1-5.
4. Banerji A. Canadian Paediatric Society, First Nations, Inuit and Métis Health Committee. Scabies. Paediatr Child Heal
th. 2015;20(7):395-402.
5. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta. Badan Penerbit FKUI; 2017.
6. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, other mites, and pediculosis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Freedberg IM, Kazt
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York:Mc
Graw-Hill; 2012.h.2569-72.
7. Currie BJ, Mccarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. n engl j med. 2010: 362;8
8. Sungkar S. Skabies etiologi, patogenesis, pengobatan, pemberantasan, dan pencegahan. Jakarta: Badan Penerbit F
KUI; 2016.
9. Shimose L, Munoz-Price LS. Diagnosis, prevention, and treatment of scabies. Curr Infect Dis Rep. 2013;15: 426-31.
10. Chouela E, Abeldano A, Pellerano G, Hernandez MI. Diagnosis and treatment of scabies: a practical guide. Am J Clin
Dermatol. 2002; 3(1):9-18.
11. Woodley D, Saurat JH. The burrow ink test and the scabies mite. J Am Acad Dermatol 1981; 4(6):715.
12. Gupta LK, Singhi MK. Wood’s lamp. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2004; 70(2):131.
13. Talukder K, Talukder MQ, Farooque MG, Khairul M, Sharmin F, Jerin I, dkk. Controlling scabies in madrasahs (Islamic
religious schools) in Bangladesh. Public health 2012; 127:83-91.
14. Tucker WF, Powell JB. Scabies. Dalam: Lebwohl MG, Hetmann WR, Jones JB, Coulson I, editor. Treatment of skin di
sease. Edisi ke-4. China: Elsevier Sauders, 2014.h.697-9.
15. Strong M, Johnstone P. Interventions for treating scabies. Cochrane Database Syst Rev. 2007. doi: 10.1002/1465185
8.CD000320.pub2.
TERIMAKASIH