Anda di halaman 1dari 25

Compartement Syndrome

Kelompok 4 :
• Genta Mahendra (1301100003) • Angga Hendrik S (1301100033)
• Fatmala Nur H (1301100007) • Rafindra Adie F (1301100041)
• Rut Eka S (1301100012) • Ummu Habibah (1301100044)
• Kevin Septian A (1301100016) • Lita Diana A (1301100047)
• Melya Istiana (1301100020) • Muhamad Amin (1301100051)
• Fatimah Khairun (1301100024) • Anastasia Intan P (1301100056)
• Faizah Nur Fitria (1301100028) • Dyah Ayu R (1301100059)
LATAR BELAKANG

MENGALAMI
PENURUNAN
MENGANCAM
TEKANAN
JIWA
PERFUSI
JARINGAN

KEMATIAN
NEKROSIS
BUTUH JARINGAN DAN
PENANGANAN GANGGUAN
CEPAT FUNGSI YANG
PERMANEN
DEFINISI
Sindroma kompartemen adalah
masalah medis akut yang
menyertai cedera, pembedahan
atau pada kebanyakan kasus
penggunaan otot yang berulang
dan meluas, yang mana
meningkatkan tekanan (biasanya
disebabkan oleh radang) dalam
ruang yang tertutup
(kompartemen fascia) pada tubuh
dengan suplai darah yang tidak
memadai.
ETIOLOGI
3. Peningkatan
1. Penurunan volume 2. Peningkatan
tekanan pada struktur
kompartemen tekanan eksternal
komparteman
• Penutupan defek • Pendarahan atau
• Balutan yang
fascia Trauma vaskuler
terlalu ketat
• Traksi internal • Penggunaan otot
• Berbaring di atas
berlebihan pada yang berlebihan
lengan
fraktur • Luka bakar
• Gips
ekstremitas • Obstruksi vena

Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang


paling sering adalah cedera, dimana 45 % kasus
terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di
anggota gerak bawah.
PATOFISIOLOGI
• Melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang menyebabkan
peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan nekrosis
jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.
• Peningkatan tekanan jaringan  obstruksi vena dalam ruang yang tertutup.
Peningkatan tekanan secara terus menerus  tekanan arteriolar
intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi darah yang akan
masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen,
yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen.
• Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri
hebat. Metsen mempelihatkan bahwa bila terjadi peningkatan
intrakompartemen, tekanan vena meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui
kapiler akan berhenti  penghantaran oksigen juga akan terhenti. Sehingga
terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal ini terus berlanjut, maka terjadi
iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan ireversibel
komponen tersebut.
PATHWAY
MENIFESTASI KLINIS
1. Nyeri yang timbul saat
Gejala Pain (nyeri) Gejala aktivitas, terutama saat
Klinis Khas olehraga. Biasanya setelah
berlari atau beraktivitas
Pallor (pucat) selama 20 menit.

Pulselesness
5P (hilangnya
denyut nadi)
2. Nyeri bersifat sementara
dan akan sembuh setelah
beristirahat 15-30 menit.
Parestesia
(kesemutan)
3. Terjadi kelemahan atau
Paralysis atrofi otot.
PENANGANAN :
Terapi Medikal/
Terapi Bedah
Non Bedah
• Fasciotomi dilakukan jika tekanan
1. Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk intrakompartemen mencapai > 30 mmHg.
mempertahankan ketinggian kompartemen Tujuan dilakukan tindakan ini
yang minimal, elevasi dihindari karena adalah menurunkan tekanan dengan
dapat menurunkan aliran darah dan akan memperbaiki perfusi otot.
lebih memperberat iskemia • Jika tekanannya < 30 mm Hg maka tungkai
2. Pada kasus penurunan ukuran cukup diobservasi dengan cermat dan
kompartemen, gips harus di buka dan diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya.
pembalut kontriksi dilepas. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi
3. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian terus dilakukan hingga fase berbahaya
anti racun dapat menghambat terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka
perkembangan sindroma kompartemen segera lakukan fasciotomi. Keberhasilan
4. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah
kristaloid dan produk darah 6 jam.
KOMPLIKASI :

1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen


2. Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang
disebabkan oleh terlambatnya penanganan sindrom
kompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari,
dan pergelangan tangan karena adanya trauma pada lengan
bawa.
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
KASUS DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas :
• Nama : Ny. T
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Status : Ibu rumah tangga
• Lamat : Rasau Jaya II Dusun Banjar Laut
• Masuk RS : 11 Maret 2011
Anamnesa :
• Keluhan Utama: Nyeri pada tungkai bawah kaki
• Riwayat penyakit sekarang: Sejak 15 hari sebelum MRS timbul bercak
merahkehitaman pada tungkai bawah kaki klien. Bercak merah kehitaman
tersebut timbulnya mendadak, klien tidak mengeluh gejala apapun sebelumnya.
Bercak merah kehitaman tersebut awalnya hanya berupa bercak kecil namun
semakin lama melebar hingga dirasakan nyeri dan gatal. Satu minggu sebelum
MRS bercak semakin banyak timbul, menjalar ke kaki dan paha kiri. Satu hari
sebelum MRS tungkai bawah kiri pasien semakin sakit membengkak serta muncul
rasa kesemutan dan kaki tidak bisa digerakkan lagi keluhan demam disangkal.
Riwayat mengalami jatuh atau terluka pada kaki kiri diangkal, riwayat digigit ular
beracun pada kaki kiri juga disangkal. Setelah MRS klien langsung menjalani
operasi pada tungkai bawah kirinya. Lima hari perawatan di rumah sakit ( pasca
operasi ) kaki kiri klien masih susah digerakkan. Nyeri sudah dirasakan berkurang.
• Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya,
tidak ada riwyat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes melitus.
• Riwayat Operasi: Klien belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik:
Tanda Vital
• Keadaan umum : klien tampak kesakitan, klien gemuk
• Kesadaran : CM
• TD : 120/70 mmHg
• Nadi : 84x/menit
• Napas : 18x/menit
Status Generalis
1. Kepala-leher : Jantung
• Kepala : tidak ada kelainan • Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
• Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (- • Palpasi : IC tidak teraba
) • Perkusi : pembesaran jantung
• Hidung : sekret (-), darah (-) sulit dinilai
• Telinga : sekret (-), darah (-) • Auskultasi : S1/S2 reguler, bising jantung
(-)
• Leher : tidak ada keterbatasan gerak
2. Thorax : Abdomen
Paru • Inspeksi : tampak cembung
• Auskultasi : BU (+)
• Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
• Palpasi : stem fremitus • Palpasi : Hepar dan Lien
kanan=kiri tidak teraba, Nyeri tekan (-)
• Perkusi : sonor di seluruh • Perkusi : Timpani
lapang paru
• Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi
(-), wheezing (-)
Status Lokalis
1. Tungkai atas kiri :
• Look : oedem (+), bercak kemerahan (+)
• Feel : nyeri tekan (+)
• Move : keterbatasan gerak (-)

2. Tungkai bawah kiri : sulit dinilai ( di verban )

3. Kaki kiri
• Look : oedem (+), eritrema/bercak kemerahan (+)
• Feel : nyeri tekan (+), parestesi (+), paralisis (-), pulsasi dorsalis pedis (+)
• Move : keterbatasan gerak (+)
• Pemeriksaan penunjang: Darah Rutin

• Diagnosa: Post fasciotomi sindrom kompartemen

• Penatalaksanaan:
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Ceftriaxone 2x1gr
- Gentamicin 2x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
- Diet tinggi protein
3. Diagnosa yang sering muncul:
1. Nyeri berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intra
abdomen yang mengakibatkan iskemik jaringan.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer bd gangguan aliran darah
vena.
3. Ansietas bd ancaman terhadap konsep diri, stres, stand abuse
4. Intervensi:
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot tungkai bawah

Tujuan: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam


pasien dapat mengontrol nyeri
Kriteria hasil: mengenali faktor penyebab, mengenali gejala-gejala,
menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Jenis nyeri menentukan teknik managemen nyeri.
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuansi, Mengontrol irama nafas dapat melancarkan suplai
kualitas, dan faktor presipitasi oksigen keseluruh tubuh dan dapat membuat
2. Ajarkan teknik nafas dalam ketenangan
3. Posisikan pasien posisi nyaman  Posisi semi fowler melancarkan peredaran darah
4. Lakukan teknik distraksi dan membuat pasien tenang
5. Atur lingkungan pasien senyaman mungkin  Pengalihan pembicaraan dpat mengalihkan satu
6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri fokus pada titik yangsakit
 Lingkungan yang tidak berisik dan bebas dari bunyi
bunyian dapat menambah kenyamanan pasie
 Pemberian obat analgetik dapat merangsang sistem
saraf pusat mengeluarkan hormon dopamin
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer bd gangguan aliran darah
vena

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak


ada gangguan pada status sirkulasi pasien

Kriteria hasil: Klien menunjukkan tekanan darah normal, nadi normal,


edema perifer (-), asites (-)
Tindakan/intervensi Rasional

1. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer • Pemantauan awal

2. Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam sekali • Agar aliran darah lancar

3. Dorong latihan ROM selama bedrest • Agar aliran darah lancer dan sendi tidak kaku

4. Monitor tanda-tanda vital • Mengetahui perkembangan klien

5. Catat intake dan output cairan. • Agar cairan seimbang


3. Ansietas bd ancaman terhadap konsep diri, stres, stand abuse

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawataan 1x24 jam pasien


dapat mengontrol cemas

Kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapakan


gejala cemas, vital sign dalam keadaan normal
Intervensi Rasional

1. Identifikasi tingkat kecemasan • Mengetahui keadaan klien


2. Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit • Agar klien tahu apa yang sedang ia alami
3. Dorong klien untuk mempraktekan tehnik • Agar klien lebih tenang
relaksasi • Agar klien merasa lega dan dapat terbuka
4. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, • Membantu pemulihan klien
ketakutan, persepsi
5. Kelola pemberian obat anti cemas
Daaaaaah …

Anda mungkin juga menyukai