Anda di halaman 1dari 27

SOSIALISASI PP 46 TAHUN 2013

KPP PRATAMA PASURUAN


SEPTEMBER 2013
Siapa yang Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

 Orang pribadi
 Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap,

yang menerima penghasilan bruto/kotor dari usaha tidak


melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Pengecualian
 WP OP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa
yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang
dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap
dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan
umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan,
misalnya pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung
tenda di trotoar, dan sejenisnya.
 WP badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial
memperoleh penghasilan bruto melebihi Rp 4,8 miliar.
Dasar Penentuan Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto yang tidak melebihi Rp 4,8 Miliar
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dari seluruh usaha,
termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk penghasilan
bruto dari:
 Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;
 usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri,
misalnya usaha jasa konstruksi; dan
 penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Saat Mulai Berlakunya PP

Peraturan Pemerintah ini mulai


berlaku pada tanggal 1 Juli 2013
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

1. Apabila penghasilan bruto yang dilaporkan dalam


SPT Tahunan terakhir di bawah Rp 4,8 Miliar,
dalam hal penghasilan tersebut merupakan
penghasilan penuh 12 bulan.
Contoh Kasus:
CV Andik terdaftar 1 Januari 2012, memiliki usaha penjualan gerabah
dan memiliki penghasilan bruto:
• Januari s.d Desember 2013 sebesar Rp 4.000.000.000,00

2013 2014

Omzet
perdagangan
Rp4 miliar
2013
penghasilan 2014
 dikenai PPh bersifat
final 1%
Bruto ≤ Rp4,8
miliar
Memenuhi
Kriteria untuk
Dikenai PPh
Bersifat Final
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

2. Apabila WP Orang Pribadi baru terdaftar antara


Januari-Juni 2013  dasar penghasilan bruto
adalah: akumulasi penghasilan bruto dari bulan
berdiri s.d. bulan Juni 2013, yang disetahunkan.
Contoh Kasus

Jumlah penghasilan bruto selama 3 (tiga) bulan Rp150.000.000,00

1 April 2013 30 Juni 2013 1 Juli 2013

Terdaftar Mulai Berlakunya


sebagai Wajib PP 46 Tahun
Pajak 2013

penghasilan bruto 3 (tiga) bulan yang disetahunkan adalah:


Rp150.000.000,00 x 12/3 = Rp 600.000.000
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

3. Dalam hal WP Orang Pribadi baru terdaftar setelah


Juli 2013
 dasar penghasilan bruto adalah: penghasilan
bruto bulan pertama disetahunkan.
Contoh Kasus
Gatut Kaca terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan
November 2014. Pada bulan November 2014 tersebut,
memperoleh penghasilan bruto sebesar Rp 15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah).
penghasilan bruto November 2014 disetahunkan: 12/1 x
Rp15.000.000,00 = Rp180.000.000,00
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?

4. Khusus WP Badan yang baru mulai beroperasi


secara komersial
 dasar penghasilan bruto adalah: penghasilan
bruto setahun pertama sejak beroperasi secara
komersial.
Contoh Kasus
PT Gaya Baru terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan
November 2012. PT Gaya Baru mulai beroperasi secara
komersial bulan November 2013.

Selama satu tahun pertama operasi komersial PT Gaya Baru


dikenai PPh tarif umum (PPh Pasal 25), dan karena satu tahun
tersebut melewati tahun pajak maka PT Gaya Baru
menggunakan tarif PPh umum sampai Desember 2014.

Apabila penghasilan bruto masa November 2013 – Oktober


2014 telah melebihi Rp 4,8 M maka mulai Januari 2015 PT Gaya
Baru tetap menggunakan PPh tarif umum.

Apabila penghasilan bruto masa November 2013 – Oktober


2014 belum melebihi Rp 4,8 M maka pengenaan PP 46
didasarkan pada penghasilan bruto masa Januari – Desember
2014.
Penentuan Penghasilan Bruto
Dasar Pengenaan PP 46
Orang Pribadi Badan

Penghasilan Januari s.d Omset SPT Tahunan Omset SPT Tahunan


Desember 2012 2012 2012

Terdaftar Januari s.d Omset sejak terdaftar Omset Tahun Pertama


Juni 2013 sampai dengan Juni operasi komersial
disetahunkan

Terdaftar setelah Juli omset bulan pertama Omset Tahun Pertama


2013 disetahunkan operasi komersial
Penerapan Tarif

Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif


1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan
pajak, yaitu jumlah penghasilan bruto setiap bulan dari
setiap tempat usaha

PPh Terutang = 1% x
penghasilan Bruto Setiap Bulan
Cont
oh Penerapan Tarif
PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh
yang bersifat final sesuai PP ini.
Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari
usaha penjualan sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang
untuk bulan Agustus 2013 dihitung sebagai berikut:
PPh final = 1% x Rp 50.000.000,00
= Rp 500.000,00
Angsuran Masa
 Setoran bulanan PPh berdasarkan PP 46 merupakan
PPh Pasal 4 ayat (2)
 Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak
wajib PPh Pasal 25.
 Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas
penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai dengan
ketentuan umum.
 Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang
dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan terhadap
PPh terutang yang dikenakan berdasarkan tarif umum.
Angsuran Masa
Angsuran pajak pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final:
 bagi Wajib Pajak bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk
bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang harus membuat laporan
keuangan berkala, dan WP OPPT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (7) huruf b dan huruf c UU PPh; dan
 bagi selain Wajib Pajak diatas, angsuran pajak diperlakukan
seperti Wajib Pajak Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (7) huruf a UU PPh,
besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya angsuran
pajak sebagaimana diatur dalam PMK 255/PMK.03/2008 std
PMK 208/PMK.03/2009.
Penyetoran dan Pelaporan
 Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
 SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika
SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2).
 Apabila SSP tidak mendapat validasi NTPN wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak berakhir.
Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d
Desember 2013

 SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.
o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib Pajak
orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih
mengakomodasi
Pemotongan/Pemungutan

PPh
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP yang dikenai
PPh bersifat final menurut PP ini, yang berdasarkan ketentuan UU PPh
wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak
bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau
pemungutan PPh oleh pihak lain.
 Pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak
lain diberikan melalui Surat Keterangan Bebas dengan Tata Cara
sebagaimana dimaksud PER-01/PJ/2011

Contoh:
o Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil.
Atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik
bengkel memiliki SKB Potput.
o Toko ATK menjual buku kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah
memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko memiliki SKB Potput.
Kompensasi Rugi

Ketentuan kompensasi rugi adalah :


o berturut-turut sampai dengan 5 tahun.
o tahun dikenai PPh final 1% tetap menjadi bagian dari
periode 5 tahun tsb.
o kerugian pada tahun dikenai PPh final 1% tidak dapat
dikompensasikan pada tahun berikutnya.
Cont
oh Kompensasi Rugi
Wajib Pajak PT Pantang Menyerah mengalami kerugian pada Tahun Pajak
2010. Berdasarkan ketentuan UU PPh, kerugian tersebut dapat
dikompensasikan dengan penghasilan pada Tahun Pajak 2011 sampai
dengan Tahun Pajak 2015.

2012 2014
2011
2013 2015
Dikenai PPh Final
2010 dan mengalami
kerugian

Jangka Waktu Kompensasi Kerugian

Rugi pada Kerugian dari penghasilan


Tahun Pajak yang dikenai PPh Final pada
2010 Tahun Pajak 2014 tidak
dapat dikompensasi ke
Tahun Pajak berikutnya
Simulasi Pengisian SSP
Diisi dengan:
• Kode Akun
Pajak 411128
(Untuk Jenis
0 4 1 Pajak PPh Final)
dan
• Kode Jenis
Setoran 420
(untuk
pembayaran
PPh Final
penghasilan
bruto tertentu)

4 2 0 PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 2013


Pengisian SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi

Diisi dengan Jumlah PPh


Pasal 4 ayat (2) yang Telah
Disetor

Diisi Jumlah penghasilan


Bruto Selama Satu Tahun
Pajak
Pengisian SPT Tahunan
PPh Wajib Pajak Badan

Diisi dengan Jumlah PPh


Pasal 4 ayat (2) yang Telah
Disetor

Diisi Jumlah penghasilan


Bruto Selama Satu Tahun
Pajak

Diisi dengan “Penghasilan Penghasilan Usaha WP yang Memiliki


Usaha WP yang Memiliki penghasilan Bruto Tertentu

penghasilan Bruto Tertentu”


Lain-lain
 Apabila Wajib Pajak terlanjur membayar PPh Pasal 25 mulai masa Juli
2013 bisa mengajukan pemindahbukuan ke PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
 Wajib Pajak yang terlanjur dipotong PPh Pasal 22 oleh Bendahara
Pemerintah (SSP atas nama rekanan) bisa mengajukan
pemindahbukuan ke PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
 Wajib Pajak yang dipotong PPh oleh pihak lain dengan bukti potong
bisa mengajukan pengembalian pajak yang seharusnya tidak terutang
atau dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang dihitung
berdasarkan tarif umum.
 Wajib Pajak dengan penghasilan nihil tidak wajib melaporkan SPT PPh
Final Pasal 4 ayat (2)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai