Penyuluhan PP 46 September 2013
Penyuluhan PP 46 September 2013
Orang pribadi
Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap,
2013 2014
Omzet
perdagangan
Rp4 miliar
2013
penghasilan 2014
dikenai PPh bersifat
final 1%
Bruto ≤ Rp4,8
miliar
Memenuhi
Kriteria untuk
Dikenai PPh
Bersifat Final
Kapan Wajib Pajak Dikenakan PPh
Berdasarkan PP 46?
PPh Terutang = 1% x
penghasilan Bruto Setiap Bulan
Cont
oh Penerapan Tarif
PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh
yang bersifat final sesuai PP ini.
Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari
usaha penjualan sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang
untuk bulan Agustus 2013 dihitung sebagai berikut:
PPh final = 1% x Rp 50.000.000,00
= Rp 500.000,00
Angsuran Masa
Setoran bulanan PPh berdasarkan PP 46 merupakan
PPh Pasal 4 ayat (2)
Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak
wajib PPh Pasal 25.
Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas
penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai dengan
ketentuan umum.
Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang
dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan terhadap
PPh terutang yang dikenakan berdasarkan tarif umum.
Angsuran Masa
Angsuran pajak pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final:
bagi Wajib Pajak bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk
bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang harus membuat laporan
keuangan berkala, dan WP OPPT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (7) huruf b dan huruf c UU PPh; dan
bagi selain Wajib Pajak diatas, angsuran pajak diperlakukan
seperti Wajib Pajak Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (7) huruf a UU PPh,
besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya angsuran
pajak sebagaimana diatur dalam PMK 255/PMK.03/2008 std
PMK 208/PMK.03/2009.
Penyetoran dan Pelaporan
Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika
SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2).
Apabila SSP tidak mendapat validasi NTPN wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak berakhir.
Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d
Desember 2013
SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.
o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib Pajak
orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih
mengakomodasi
Pemotongan/Pemungutan
PPh
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP yang dikenai
PPh bersifat final menurut PP ini, yang berdasarkan ketentuan UU PPh
wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak
bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau
pemungutan PPh oleh pihak lain.
Pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak
lain diberikan melalui Surat Keterangan Bebas dengan Tata Cara
sebagaimana dimaksud PER-01/PJ/2011
Contoh:
o Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil.
Atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik
bengkel memiliki SKB Potput.
o Toko ATK menjual buku kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah
memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko memiliki SKB Potput.
Kompensasi Rugi
2012 2014
2011
2013 2015
Dikenai PPh Final
2010 dan mengalami
kerugian