PSIKOFARMAKA
PSIKOFARMAKA
DEFINISI
Anti Psikotik
Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik:
neuroleptika.
Mekanisme kerja: menahan kerja reseptor dopamin dalam otak pada sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal.
Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik,
mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi
dan gangguan proses berpikir.
Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak
dan paranoid
Jenis Obat Antipsikotik :
Antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke
dua (APG ll).
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,
mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan
cepat menurunkan gejala positif.
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang
digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah
trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat
ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala
dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi.
Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan
gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin
antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal.
Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin
pada ke empat jalur dopamin di otak yang
menyebabkan rendahnya efek samping
extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi
gejala negatif.
Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah
clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK
Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya
perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan
mengguncang pada saat duduk.
Tardive dyskinesia
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka
panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter
yang berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu
jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.
Efek samping pada sistem saraf perifer atau
anti cholinergic side efect
Efek farmakologi:
1. Mengurangi agresivitas
2. Tidak menimbulkan efek sedatif
3. Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya
flight of idea
Indikasi:
Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan.
kondisi berat kombinasi dengan obat antipsikotik.
Efek samping: efek neurologik ringan: fatigue, lethargi,
tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga
terjadi nausea, diare.
Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP
(tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi;
pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga
menambah keadaan oedema.
Anti Ansietas (Anti Cemas)
Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer.
Jenis obat antara lain: diazepam
(chlordiazepoxide).
1. Persiapan
Melihat order pemberian obat di lembaran obat
(di status)
Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk
tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping dan
cara pemberian
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
Next..
2. Lakukan minimal prinsip 7 benar dalam pemberian obat
3. Laksanakan program pemberian obat
Gunakan pendekatan tertentu
Bantu klien minum obat, jangan ditinggal
Pastikan bahwa obat telah diminum
Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai
aspek legal
4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program
rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik
6. Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka
EVALUASI