Anda di halaman 1dari 36

SISTEM EKONOMI ISLAM

Di susun oleh:
MUTIA ADIVA ARIBOWO 11010116120089
Kelas F

*ps: jika di slide show, pilih custom show 1.


Landasan Al-Qur’an
Q.S. al-Muthaffifin (83): 1-3

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”

Q.S. al-Baqarah (2): 278

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”

Kedua ayat tersebut menghendaki adanya kemaslahatan dalam


perlakuan perekonomian, tidak dibolehkan menciptakan sistem
saling memaksa kepada pelaku ekonomi lain untuk melakukan sistem
tersebut, walaupun ia tahu dirinya akan menjadi korban dari para pelaku
riba.
Pengertian Ekonomi Islam
Menurut Beberapa Ahli
 Yusuf Qardhawi:
“Ekonomi Islam adalah ekonomi yang
didasarkan pada ketuhanan. Sistem ini bertitik
tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah,
dan menggunakan sarana yang tidak lepas
dari syari’at Allah.”
 M. Syauqi Al-Faujani:
“Ekonomi Islam merupakan segala
aktivitas perekonomian beserta
aturan-aturannya yang didasarkan
kepada pokok-pokok ajaran Islam
tentang ekonomi.”
Pengertian Ekonomi Islam
Secara Umum
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan
agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Fungsi Ekonomi Islam
Fungsi ekonomi Islam dan perannya terhadap perkembangan zaman
snagatlah besar, melalui system ekonomi Islam pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan negara bisa meningkat. Hal ini tercatat
dalam sejarah saat kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz,
bahwa pada saat itu kota Baghdad yang berada
dalam kepemimpinannya mengalami sesuatu yang sangat
menakjubkan yaitu kesulitan para muzakki (pemberi zakat) mencari
penerima zakat. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa telah
terjadi sebuah kecemerlangan sistem ekonomi dalam mengatur
negara dan ekonomi Islamlah satu-satunya yang dapat membuatnya
menjadi kenyataan.
Peran Ekonomi Islam
Peran ekonomi Islam di Indonesiapun mulai mengalami
pertumbuhan yang cepat, hal ini ditunjukkan
dengan menjamurnya berbagai macam Lembaga Ekonomi
Syariah. Respon masyarakatpun menyambut baik hal ini,
karena dalam ekonomi syariah kedua belah pihak, baik pihak
pembeli maupun penjual mendapatkan keuntungan yang
lebih dibandingkan menggunakan ekonomi kapitalisme yang
menyuburkan lahan riba.
Manfaat Penerapan Ekonomi
Islam
Keberkahan

Tanpa ada
Tahan pihak yang
Krisis dirugikan

Distribusi Pertumbuhan
Entrepreneur
merata tanpa riba
Manfaat Penerapan Ekonomi
Islam
 Keberkahan, Menerapkan dan sharing) yang merupakan
mengamalkan ekonomi syariah implementasi keadilan dalam
akan mendapatkan keuntungan roda perekonomian.
duniawi dan ukhrawi.
 Distribusi merata, Bahkan
 Tanpa ada pihak yang untuk tuntunan yang mungkin
dirugikan, dengan melakukan terlihat sebagai sesuatu yang
praktek ekonomi berdasarkan berat dan menyakitkan, akan ada
syariah Islam selain hikmah yang membawa
mendapatkan nilai ibadah akan kemaslahatan (QS. 2:216).
ada keadilan didalamnya.
 Tahan Krisis, banyak ahli yang
 Pertumbuhan Entrepreneur telah mengakui salah satu
tanpa riba. Sistem penerapan keuntungan ekonomi syariah.
ekonomi syariah memiliki
prinsip bagi hasil (lost and profit
More
info
Keterangan
Pertumbuhan Entrepreneur
Tanpa Riba
Salah satu cerminannya adalah dalam produk-produk
mudharabah dan musyarakah yang telah diterapkan di singapura
dan Inggris.
More
info
Keterangan
Karakteristik Ekonomi Islam
 Spirit ketuhanan (Robbaniyah)

Sebagaimana Islam selalu menanamkan akhlaq dan adab dalam


segala aspek kehidupan, diterapkan pula dalam hal interaksi perkonomian.
Islam telah mengajarkan bahwa manusia merupakan pemimpin di muka
bumi sebagaimana firmanNya “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” Kemudian dilanjutkan dengan ayat “Dia
Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya.” Ditambah lagi dengan firmanNya “Dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.”

Jelas penuturan ayat-ayat di atas jelas sudah rujukan serta tujuan


dari sistem ekonomi islam, yaitu sebuah asas ketuhanan. Sehingga nantinya
dapat menciptakan masyarakat yang tentram serta seimbang
perkonomiannya.
 Keseluruhan (syumûliah)
Sistem ekonomi Islam tidak lain merupakan sebuah
cakupan dari ketetapan-ketetapan yang berlaku dalam Islam.
Karena Islam merupakan sebuah sistem yang mengatur segala
aspek kehidupan yang masuk di dalamnya aspek perekonomian.
Dengan masuknya ekonomi sebagai salah satu aspek kehidupan
dalam Islam, maka tidak mungkin ada produsen yang memproduksi
barang di dasarkan atas kemauannya saja. Tetapi dia juga pasti
mempertimbangkan akan halal dan haramnya. Para produsen tidak
juga memproduksi sesuatu yang mengandung hal-hal
membahayakan konsumen atau lingkungannya. Dan berbagai
perbuatan lainnya akan disesuaikan dengan aspek dan ketentuan
yang ada dalam Islam.
 Fleksibilitas (murûnah)

Kaidah-Kaidah dalam Islam bersifat shôlihun likulli zamân wa


makân. Dengan bahasa yang mudah dipahami adalah bisa diaplikasikan
dalam berbagai dimensi waktu dan tempat. Tentunya hal itu berkaitan erat
dengan tsawabit (sesuatu yang sudah tetap) serta mutaghayyirat (hal yang
masih berubah-ubah) yang berasaskan hal-hal ushul (pokok) dalam agama
dan furu’nya (cabang). Dengan model yang disebutkan tadi berbagai macam
kejadian bisa disesuaikan dengan hukum-hukum fiqh yang ada

Tapi fleksibilitas yang dimaksud di sini harus lebih ditinjau lagi.


Dr. Rif ’at Audhy di salah satu bab dalam buku Mausu’atul Hadhoroh al
Islamiyah menerangkannya dengan cukup jelas. Fleksibilitas dalam Islam
mempunyai sisi yang tidak bisa diterima dan ada yang bisa. Adapun sisi yang
tidak diterima yaitu ketika suatu permasalahan bisa dihukumi dengan dua
hukum yang berbeda sesuai perbedaan kondisi alias kondisional. Karena
yang seperti itu sama saja mengatakan bahwa yang hukum-hukum Islamlah
yang menyesuaikan keadaan, dan bukannya keadaan yang merujuk pada
hukum Islam. Sedangkan sisi yang bisa diterima adalah ketika syariah yang
sholih likulli zaman wa makân ini mampu menghukumi perkembangan zaman.
 Keseimbangan (tawâzun)
Islam dan berbagai aspek hidupnya selalu berdasarkan keseimbangan
antara dua sisinya. Sebagaimana keseimbangan antara dunia dan akhiratdan juga
keseimbangan antara iman dan perekonomian serta keseimbangan antara boros
dan kikir. Islam juga memberi keselarasan antara kebutuhan rohani dan kebutuhan
materi dengan memberi porsi yang sesuai antara keduanya.
Hal penting lain dari konsep keseimbangan ini adalah sebuah sikap yang
tidak condong pada kapitalis ataupun sosialis. Islam punya kedudukannya sendiri
dalam hal ini, yaitu berada di antara keduanya dengan tidak menafikan kepemilikan
individual ataupun kepemilikan sosial. Islam memiliki batasan-batasannya sendiri
antara kepentingan negara dan individual dalam ekonomi sehingga dapat
menyeimbangkan antara keduanya.
Jelas sudah bahwa intervensi negara dalam ekonomi Islam tidaklah sesuatu yang
bertentangan dengan kebebasan individual. Bahkan ia menjadi unsur pelengkap
untuk menciptakan maslahat umum. Hal itu bisa disaksikan lagi dengan adanya
kewajiban zakat yang dikeluarkan oleh individual untuk selanjutnya dikelola oleh
negara. Di sini didapati bukan saja keseimbangan antara negara dan individu, tapi
juga keseimbangan dan kemerataan putaran harta. Sehingga pada akhirnya tidak
tercipta jurang pemisah yang terlalu lebar antara si kaya dan si miskin.
 Keuniversalan (‘âlamiyyah)

Konsep keuniversalan ini sudah ada sejak diutusnya Rasul ke


atas bumi, karena tidak lain diutusnya Rasul adalah sebagai rahmat bagi
seluruh alam. Keuniversalan ekonomi Islam semakin terasa jelas
setelah datangnya krisis global yang melanda AS dan belahan negara
lain pada tahun 2008. Karena sejak saat itu beberapa negara barat
mulai menerapkan ekonomi Islam. Bahkan salah satu yang pertama
kali menerapkannya adalah vatikan sendiri sebagaimana yang
ditegaskan dalam salah satu surat kabar resmi milik mereka yang
bernama L’osservatore Romano edisi 6 Maret 2009.
Sumber Hukum Ekonomi
Islam
1. Allah —- Al-Qur’an 4. Qiyas
Al-Qur’an adalah Kallam Allah, Qiyas adalah mempersamakan peristiwa
merupakan mu’jizat yang diturunkan yang terdapat nash hukumnya dengan
(diwahyukan) kepada Rasulullah SAW peristiwa yang terdapat nash bagi
yang ditulis dimushab dan diriwayatkan hukumnya.
dengan mutawatir serta membacanya
adalah ibadah.
5. ‘Urf
2. Hadits dan Sunnah
‘Urf adalah apa yang saling diketahui dan
Sunnah dan Hadits yang se zaman dan dijalani orang dan ‘Urf merupakan
sama hakikatnya pada tahap paling dini
setelah Nabi SAW itulah yang dijadikan kebiasaan tapi tidak boleh bertentangan
kaidah. dengan al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan
Qiyas.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah mencurahkan daya
kemampuan untuk menghasilkan hukum
syara’ dari dalil-dalil syara’ secara
terperinci yang bersifat operasional
dengan cara istinbat.
Sumber Hukum Ekonomi
Islam
6. Ijma’ 8. Istishlah

Ijma; adalah kesepakatan para mujtahid Istishlah adalah menetapkan hukum suatu
memutuskan suatu masalah sesudah wafatnya peristiwa hukum yang tidak disebut nash dan ijma
Rasulullah. Ijma’ dibagi menjadi 2, yaitu: yang berlandaskan pada pemeliharaan mashlahat
mursalah.
a. Ijma’ Sharih: Kesepakatan mujtahid terhadap
hukum mengenai suatu peristiwa. 9. Istishhab

b. b. Ijma Sukuti: Terang-terangan menyatakan Istishhab adalah hukum terhadap sesuatu dengan
pendapatnya dengan fatwa atau memutuskan keadaan yang ada sebelumnya.
suatu perkaran.

7. Istihsan

Istihsan berarti memperbandingkan yang


dilakukan oleh mujtahid dari qiyas yang jelas
kepada qiyas yang tersembunyi.
Konsep Riba Dalam Ekonomi
Islam dan Pengaruhnya Dalam
Ekonomi
Pengertian

Riba adalah tambahan yang di syaratkan dalam transaksi


tanpa adanya ganti (padanan)yang dibenarkan dalam syari’ah.
Jenis-jenis riba:

1. Riba Dayn (hutang-piutang), yang termasuk didalamnya adalah:


a. Riba An-nasi’ah (jahiliyah): Menambah waktu bayar dengan membayar tambahan uang
yang harus di bayarkan.
b. Riba Al-Qard: Adanya penambahan uang yang harus di bayar sejak awal transaksi.

2. Riba Buyu’, yang termasuk di dalamnya adalah:


a) Riba An-nasi’ah (jahiliyah): Menambah waktu bayar dengan membayar tambahan uang
yang harus di bayarkan.
b) Riba fadhli: tukar-menukar barang yang tidak sama ukurannya.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
1. Badan Amil Zakat

Badan Amil Zakat adalah


merupakan sebuah lembaga keagaamaan
yang beregerak dalam bidang perekonomian
yang salah satu tugas pokoknya adalah
mengentaskan masyarakat khususnya
ummat Islam dari kemiskinan, kebodohan
dan keterbelakangan. Badan Amil Zakat
diharuskan dibentuk secara berjenjang mulai
dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat
kecamatan. Hal ini dimaksudkan agar
potensi ummat Islam dalam bentuk zakat,
infaq dan shodaqah dapat diberdayakan
secara maksimal sehingga berdaya guna dan
berhasil guna.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
2. Badan Perwakafan Nasional
Wakaf merupakan salah satu
lembaga ekonomi Islam yang cukup
dikenal di Indonesia, namun satu hal
yang sangat disayangkan lembaga ini
belum memberikan kontribusi
yang signifikan bagi
keberlangsungan bangsa dan Negara.
Hal ini disebabkan karena wakaf
sebagai aset berharga ummat Islam
dan sangat potensial, belum
dimanfaatkan secara maksimal dan
belum menghasilkan secara optimal.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
3. Baitul Maal Wat Tamwil
Baitul Maal wat Tamwil adalah
merupakan sebuah lembaga Negara yang
bergerak dalam bidang penampungan harta
ummat Islam dan Negara. Semua dana yang
terkumpul apakah itu dari pajak maupun
dari yang lainnya, kesemuanya dikumpul
pada lembaga yang disebut dengan Baitul
Maal Wat Tamwil. Baitul Maal Wat Tamwil
ini adalah semacam Kas Negara ataupun
Departemen Keuangan pada zaman
modern yang bertugas menyimpan dan
mengelola keuangan Negara sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik
secara transfaran dan akuntable.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
4. Bank Syariah

Perbankan syariah adalah


merupakan sebuah lembaga keuangan
yang berdasarkan hukum Islam yang
adalah merupakan sebuah lembaga baru
yang amat penting danm strategis
peranannya dalam mengatur
perekonomian dan mensejahterakan
umat Islam.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
6. Asuransi Syariah

Asuransi dalam Islam lebih dikenal dengan istilah takaful


yang berarti saling memikul resiko di antara sesama orang Islam,
sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas
resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong
menolong dalam kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan
dana/sumbangan/derma (tabarruk) yang ditunjuk untuk menanggung
resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan surat
al-Maidah (5) : 2 “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan
dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Asuransi seperti ini disebut dengan Asuransi Syariah.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
7. Obligasi Syariah

Obligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis


yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu
tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk
kegiatan tertentu menurut syarat dan ketentuan tertentu serta
membayar sejumlah manfaat secara priodik menurut akad.

Perbedaan mendasar antara Obligai Syariah dan Obligasi


Konvensional adalah terletak pada penetapan bunga yang besarnya
sudah ditentukan di awal transaksi jual beli, sedangkan pada
obligasi syariah saat perjanjian jual beli tidak ditentukan besarnya
bunga, yang ditentukan adalah berapa proporsi pembagian hasil
apabila mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
8. Pegadaian Syariah

Pegadaian syariah dalam hukum


Islam dikenal dengan istilah rahn. Rahn
secara bahasa berarti at-tsubut (tetap),
al-dawam (kekal), dan al-habas
(jaminan). Secara istilah rahn berarti
menjadikan sesuatu barang yang
berharga sebagai jaminan hutang dengan
dasar bisa diambil kembali oleh orang
yang berhutang setelah dia mampu
menebusnya.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
9. Reksadana Syariah

Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi


menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk
akad antara pemodal sebagai pemilik harta dengan manejer
investasi sebagai wakil shohibul maal, maupun antara manejer
investasi sebagai wakil shohibul maal dengan pengguna investasi.
Reksadana syariah dan reksadana konvensional sebenarnya
hampir sama pengertian dan bentuknya, hanya saja berbeda dari
sisi pengelolaan, kebijaksanaan invesatasi, akad, pelaksanaan
investasi dan pembagian keuntungan.
Lembaga-lembaga Dalam
Ekonomi Islam
10. Badan Arbitrase Syariah Nasional

Badan Arbitrase Syariah Nasional adalah suatu badan


yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas untuk
menyelesaaikan perkara perbankan di luar pengadilan umum.

Anda mungkin juga menyukai